Ajakan ini tentu saya sampaikan kepada seluruh generasi muda Indonesia yang mukim di berbagai pelosok dan sudut negeri ini, dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote, tidak semata-mata generasi muda Makassar di Sulawesi Selatan.
Bahwa saya menyebut Makassar, tidak lain karena adanya unsur kesejarahan di mana saya lahir dan dibesarkan di daerah ini, menghabiskan masa muda sampai dewasa di sini sebelum beranjak ke Jakarta karena panggilan tugas negara sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Itu alasan pertama.
Alasan kedua, saya mengenal betul karakter wilayah yang memiliki berjenis-jenis kuliner khas ini, juga karakter orang-orangnya di mana Makassar yang sudah menjadi "melting pot" berbagai etnis di wilayah Sulawesi Selatan seperti Bugis, Mandar, Makassar, Toraja, etnis lainnya dari Pulau Sulawesi sendiri seperti Manado dan Kaili, juga etnis dari luar Pulau Sulawesi.
Sebagai orang yang dibesarkan di Makassar, saya menjadi paham karakter sekaligus budaya Bugis-Makassar, dua etnis terbesar Pulau berbentuk "K" Raksasa ini.
Alasan ketiga, dan ini yang penting, saya memenuhi undangan Indonesia Future Leaders (IFL), sebuah organisasi pemuda nonprofit yang kegiatannya berfokus kepada pemberdayaan pemuda dan kerelawanan sosial. Organisasi inilah yang mengadakan IFL Conference berupa kegiatan pelatihan kepemimpinan tingkat nasional yang konon dirancang untuk mendorong sikap keberanian seseorang, meningkatkan kualitas kepemimpinan, meningkatkan motivasi calon pemimpin, dan meningkatkan kemampuan kerjasama generasi muda serta mengasah kepekaan sosial.
Saya yang kini mukim di Jakarta serasa "mudik" karena didapuk untuk hadir sebagai pembicara kunci di acara yang mengambil tema “Sinergi dan Kolaborasi dalam Membangun Negeri” ini. IFL Conference ini rencananya dilaksanakan mulai Kamis besok hingga Sabtu, 1-3 Maret 2018 di Balai Sidang 45, Jalan Urip Sumohardjo Km 4, Makassar.
Apa yang akan saya bicarakan dan pengetahuan apa yang saya bagikan dalam acara itu? Tidak jauh-jauh dari soal pemberantasan korupsi, merujuk pengalaman saya di Makassar saat membentuk lembaga swadaya masyarakat antikorupsi sampai saat saya menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.
Banyak hal yang ingin saya ungkapkan, banyak persoalan yang ingin saya sampaikan, khususnya dari sisi praksis bagaimana pemberantasan korupsi dijalankan.
Bukan saya menghindari teori yang bisa dibaca dari berbagai literatur, tetapi rasanya saya ingin berbagi hal-hal praktis yang pernah saya alami selaku penggiat pemberantasan korupsi, khususnya saat saya memimpin lembaga antirasuah itu.
Ajakan bahwa generasi muda agar menumbuhkembangkan nilai-nilai integritas dalam diri masing-masing dengan cara mencegah diri sendiri dan orang lain tidak tidak melakukan korupsi sejak dini, itu pasti saya sampaikan. Alasannya sederhana, bangsa dan negara ini tidak dibangun di atas prilaku korupsi, melainkan dibangun di atas kejujuran dan nilai-nilai integritas.
Saya ingin meluruskan kembali rel yang selama ini seperti sengaja dibengkokkan bahwa integritas dan kejujuran bukanlah nilai yang utama kehidupan. Padahal sebagai Generasi muda penerima estafet kepemimpinan bangsa dan negara, mereka wajib menumbuhkembangkan nilai-nilai ini karena merekalah yang akan membuat negara ini berdiri kukuh atau hancur menjadi kepingan-kepingan tak berarti.
[irp posts="10166" name="Abraham Samad Is Back""]
Tugas saya sebagai pembicara kunci adalah memberi motivasi kepada generasi muda Makassar khususnya dan generasi muda Indonesia pada umumnya, bahwa calon pemimpin bangsa wajib mempersiapkan diri dari sisi mental maupun moral. Dari sisi mental terkait harus kuatnya pemimpin muda menahan godaan dalam bentuk pemberian gratifikasi, komisi, yang ujung-ujungnya korupsi. Dari sisi moral bagaimana generasi muda wajib memegang agama, keyakinan, dan etika yang selalu mengajarkan kebaikan.
Ingin saya tekankan bahwa moralitas dan etikalah yang pada gilirannya menjadi modal penting untuk membendung setiap pemimpin muda atau calon pemimpin di masa mendatang dari setiap prilaku koruptif. Kepada generasi muda saya akan memberi motivasi sekaligus hal-hal praktis tentang keharusan mereka memiliki integritas, terutama menyiapkan ketahanan diri dari godaan duniawi dan korupsi.
Demikianlah pandangan dan pemikiran pertama saya di PepNews! ini.
Saya ingin kembali menggali pikiran dan pengalaman saya dalam bentuk narasi seperti ini, tentu saja yang terkait dengan kepakaran saya di bidang hukum dan "profesi" saya selaku pegiat antikorupsi, lalu membagikannya kepada publik seperti ini.
Ada niat dan keinginan kuat saya untuk mengungkap seluruh kegiatan saya terkait bagaimana pemberantasan korupsi dilakukan sekaligus momen-momen penting mengapa saya terpental dari KPK.
Untuk keperluan itu saya harus membuka-buka kembali catatan harian saya dan notulensi pribadi yang terserak. Terlebih lagi, saya harus mengumpulkan segenap ingatan saya, kemudian kembali membuka percakapan dengan kolega saya baik yang masih berada di KPK maupun yang sudah tidak berada di lembaga antirasuah itu seperti posisi saya sekarang.
Seluruh rangkaian peristiwa itu belum lama terjadi. Karenanya masih lekat dalam ingatan, tinggal merekonstruksinya.
Sampai jumpa besok di Makassar!
Tabe ki'....
Jakarta, 28 Februari 2019
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews