Pengemudi Kendaraan Bermotor Ramai Ramai Menerobos
Sore tadi ketika melalui jalan Angkasa menuju ke Gunung Sahari, dari kejauhan sudah tampak lampu merah menyala, sebagai petanda bahwa sesaat lagi, kereta api akan lewat. Masih dilengkapi dengan suara khas dari lonceng yang berdentang berulang ulang kali, untuk mengingatkan agar para pengguna jalan, berhenti dan menunggu hingga kereta api lewat.
Namun ternyata, malahan pengemudi kendaran bermotor, ramai-ramai mempercepat lajunya kendaraan dan berpacu dengan pintu palang yang diturunkan. Bahkan di antaranya, ada yang membonceng istri dan anaknya. Sementara pengemudi sepeda motor yang berada di depan kendaraan yang saya kemudikan, masih mencoba menyelip di sana sini, di antara kendaraan roda 4. Tidak terpikirkan bilamana kendaraan bergerak dan penggemudi sepeda motor tergencet diantara kedua kendaraan roda 4.
Saling Serobot di Persimpangan Jalan
Ketika lampu traffic light menyala dan berwarna hijau, maka saya dan pengemudi lainnya, mulai bergerak, namun pada saat bersamaan dari arah depan, yang seharusnya sudah berhenti, karena lampu merah sudah menyala dari posisi mereka, malah memacu kendaraan mereka, sambil membunyikan klakson bertubi tubi. Padahal merekalah yang menerosbos lampu merah.
Dalam kondisi amburadul tersebut, masih ada seorang wanita dengan nekat menyeberang, sambil melambai lambaikan tangannya. Rasanya pemandangan horor di jalan raya ini, hanya dapat disaksikan di jakarta. Seakan bahaya kematian karena kecelakaan, bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi pengguna jalan raya.
Sudah Waktunya Memanfaatkan Camera Otomatis
Mungkin sudah waktunya bagi Jakarta menggunakan camera yang berfungsi memotret setiap pelanggar rambu rambu lalu lintas untuk menghindari jatuhnya korban, akibat kecelakaan lalu lintas.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews