Perceraian bukanlah kegagalan rumah tangga tapi jalan hidup dan takdir yang harus dilalui sebagai pengalaman dan pelajaran hidup.
Orang yang bercerai lalu mengatakan rasa bersalahnya, "rumah tangga saya gagal," atau "saya mengalami kegagalan rumah tangga," adalah ungkapan yang keliru sebab perceraian belum tentu sebuah kegagalan, tergantung masalah dan konteksnya. Tak perlu berkecil hati.
Rumah tangga yang utuh atau tidak bercerai belum tentu rumah tangga yang sukses dan berhasil. Kalau rumah tangganya "awet rajet," atau anaknya kena narkoba, gagal sekolah, kluarganya tak taat beragama, anak gadisnya hamil saat pacaran, istrinya selingkuh, suaminya korupsi dan penghuni "Komplek LAPAS Permai Asri," dll, itukah keberhasilan rumah tangga hanya karena tidak berpisah atau bercerai?
Efek negatif dari perasaan "gagal rumah tangga" adalah merasa bersalah atau merasa kecil dibanding yang "utuh." Merasa gagal tidaklah perlu, selain belum tentu itu kegagalan, dampaknya akan tidak percaya diri bahkan "down," hilanglah optimisme. Hilangnya harapan hidup adalah dosa.
Menyebut "gagal" atau "kegagalan" harus ada indikatornya. Indikator kegagalan rumah tangga itu apa? Perpisahan atau perceraian? Belum tentu. Kalau orang merasa nyaman, lebih tenang hidupnya dan lebih bahagia setelah bercerai, kegagalannya di mana? Bahkan banyak single parent yang berhasil mendidik anak-anaknya pada sukses, gagalnya di mana?
Berpasangan dengan yang tidak cocok, yang sudah tidak sevisi-semisi, bertengkar terus, beda haluan, banyak melanggar syariat, sudah tidak ada saling hormat, kemudian berpisah karena sudah tak tahan dan pisahnya itu lebih baik bagi keduanya ketimbang terus bersama dalam kemunafikan rumah tangga, dimana kegagalannya?
[irp posts="7723" name="Gugatan Cerai Ahok dan Etika Kristen Protestan"]
Perceraian berarti ketakmampuan menjaga keutuhan, itu benar, tapi belum tentu kegagalan. Kegagalan itu menyangkut hal-hal yang substansial bukan teknis-administratif rumah tangga.
Rumah tangga disebut gagal bila tidak berhasil mengembangkan potensi anggota keluarga, bakat-bakat tak berkembang, gagal mendidik dan mencetak anak yang shaleh, gagal membimbing istri menjadi istri yang baik, gagal membawa anak istri lebih taat pada agama dan lebih dekat dengan Tuhannya, gagal membawa mereka ke surga dll. Itulah kegagalan. Wallahu a'lam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews