"Kantor Kepresidenan Hadir di Jayapura, Siap Difungsikan di Gedung Negara Papua".
Demiian terbaca berita dari media online Papua Lintaspapua.com, Rabu 14 Februari 2018. Berita itu disertai foto megah Gedung Negara Dok V Atas Papua yang akan difungsikan sebagai Kantor Kepresidenan. Gedung dengan pilar-pilar besar dan berkubah di atapnya itu didominasi warna putih, sehingga layak disebut "White House"-nya Indonesia di Papua.
Masih dari media online Papua, kali ini Pasificpos.com yang menulis berita mengenai sudah hampir rampungnya pembangunan stadion megah bernama Stadion Papua Bangkit, yang tak pelak lagi menjadi stadion kedua terbesar di negeri ini setelah Stadion Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta. Proyek yang pembangunannya dimulai akhir 2016 itu hingga saat ini masih dalam proses sentuhan akhir.
[caption id="attachment_10617" align="alignleft" width="560"] Stadion Papua Bangkit (Foto: Youtube.com)[/caption]
Disebut kedua terbesar setelah GBK karena Stadion Papua Bangkit memiliki total area 13,7 hektare dengan luas stadion utama 71.697 meter persegi. Dengan kontrak senilai Rp 1,3 triliun, kompleks stadion ini dilengkapi lapangan latihan seluas 13 ribu meter persegi dan bangunan utility seluas 450 meter persegi. Jika GBK mampu menampung 80.000 penonton, maka kapasitas Stadion Papua Bangkit setengahnya dari GBK, yaitu 40.000 penonton. Itupun sudah menjadi kedua yang terbesar setelah GBK.
Tentang gedung negara, Gubernur Papua Lukas Enembe berharap agar kantor kepresidenan yang telah rampung dibangun itu dapat dimanfaatkan oleh Presiden Jokowi sekarang ini maupun Presiden RI berikutnya.
"Kita harap Presiden (Jokowi) bisa berkantor di gedung yang sudah kita buat sewaktu-waktu berkunjung ke Jayapura. Gedung ini sudah jadi dan siap difungsikan," kata Lukas sebagaimana dikutip Lintaspapua.com.
Layaknya standar kantor kepresidenan dengan sistem pengamanan penuh, di belakang gedung baru yang megah itu terdapat helipad atau tempat pendaratan helikopter yang menghadap laut lepas yang sewaktu-waktu digunakan Presiden. Lukas mengakui, Jokowi selaku Presiden RI sangat memperhatikan Provinsi Papua di mana tahun 2017 saja sudah lebih tiga kali berkunjung ke Jayapura.
Di luar bahwa kelaparan dan gizi buruk di Asmat yang masih terjadi dan menjadi berita negatif bagi Provinsi Papua, Jokowi memang serius membangun Papua, bukan sekadar wacana. Hal ini juga merupakan janji kampanyenya bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta atau Pulau Jawa saja, melainkan seluruh provinsi yang ada di Indonesia, termasuk Papua.
Maka dengan susah payah Jokowi menyamakan harga BBM di Jayapura agar sama dengan tempat lain di seluruh Tanah Air. Selama ini, harga minyak atau bensin bisa puluhan kali lipat dari harga normal yang berlaku di seluruh Indonesia dengan alasan pengangkutan yang sulit. Jokowi menghidupkan Tol Laut yang sampai saat ini masih ada kendala dalam pengoperasiannya.
Pembangunan rel kerata api atau jalan panjang Trans Papua pun tidak lepas dari kritik mengingat penduduk Papua tidak sepadat di Pulau Jawa dan infrastruktur seperti rel kereta api atau jalan dianggap belum mendesak diperlukan.
[irp posts="9954" name="Dulu Ada Rumah Polonia, Sekarang Ada Rumah Jokowi"]
Akan tetapi, Jokowi punya rencana lain untuk Papua. Baginya, sebagaimana yang banyak termuat di media, ketertutupan dan keterisolasian Papua harus dibuka. Caranya tidak lain membangun akses dan mobilitas penduduk untuk menggerakkan perekonomian rakyat. Membangun jalan dan rel kerata salah satu solusinya.
Dengan kata lain, alih-alih memerangi gerakan separatis yang masih mengintai dan berkeliaran di Papua, Jokowi melakukan pendekatan pembangunan dan kesejahteraan. Dampaknya mungkin baru bisa dirasakan dalam jangka waktu panjang, bukan instan. Selagi dampak positif belum dirasakan manfaatnya, maka hujatan, kritik dan nyinyir yang ditujukan kepada Jokowi bakal terus diterimanya.
Bukan tidak mendengar kritikan pedas itu, tapi Presiden Jokowi rupanya menerapkan prinsip "biarkan anjing menggonggong kafilah berlalu" dalam bekerja untuk Papua dan provinsi lain di Indonesia.
Prinsip inilah yang menjadikan Papua punya ikon baru saat ini, Stadion Papua Bangkit dan Kantor Kepresidenan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews