“Kau tidak pernah merasakan dunia artis sih, Bro, jadi kau tidak mengerti mengapa hampir semua artis memakai obat-obat penguat, seperti dumolit, nitrazepam, megadon. Bayangkan pekerjaanku pagi sampai pagi. Hidup dari satu lokasi shooting ke lokasi shooting lainnya, terus jumpa fans, menghadiri launching sebuah produk endorse, jumpa pers, shooting untuk variety show. Jika hanya makan nasi, susu dan multivitamin mana bisa membuat stamina tetap fit?”
"Uang, uang dan uang", itulah yang dipikirkan artis. Ia akan melakukan segalanya untuk bisa tetap hidup dalam popularitasnya sebagai selebritis. Untuk tetap populer syaratnya berat, Om, harus mempunyai manager yang handal yang bisa memberi jadual pasti segala kegiatan-kegiatannya dan menjamin dapur tetap ngebul. Persetan dengan gosip-gosip miring dunia artis. Sudah kenyang dengan gosip. Untuk memakai jasa managemen artis tidak murah, Om.
“Aku masih perlu hidup dalam sensasi, tidak masalah harus menjual kehormatan diri asal bisa tetap bertahan dalam puncak ketenaran semua akan kulakukan," begitulah rata-rata artis yang ngebet terkenal secara instan. Sebagai artis banyak yang beruntung berkat keaktifannya mengunggah video di Youtube, atau melalui ajang pencarian bakat yang sering diadakan oleh televisi, ada pula yang merangkak dari bawah, berjuang merasakan beratnya penolakan demi penolakan, audisi demi audisi hingga akhirnya dewi fortuna menaunginya.
Konsekwensi menjadi artis
“Kau tidak tahu, Bro, bahwa tuntutan untuk tetap eksis di dunia keartisan menuntut konsekwensi;
“Pertama soal waktu jika aku tengah dalam puncak popularistas, waktu itu amat berharga bahkan kalau ada waktu 1 x 24 itu tidak cukup, sebab banyak orang antri menggunakan jasaku. Setiap jam adalah uang, uang dan uang. Jangan heran jika satu kali job aku dibayar 100 juta lebih. Mereka berani membayar lebih karena dengan keartisanku perusahaan yang memakai jasaku bisa untuk berlipat-lipat berkat penampilanku di layar kaca.
Sebagai artis yang banyak disorot dan mempunyai banyak penggemar, memakai jasaku akan mendongkrak penjualan produk. Jadi win-win solution – lah. 100 juta tidaklah berat dengan keuntungan bermilyar-milyar yang mereka terima. Jadi so what gituuuu…loh!”
“Kedua, masalah Stamina. Siapa bilang tenaga artis itu super. Kuat menjaga kebugaran tubuh dari pagi ke pagi, melompat dari stasiun tivi satu ke stasiun tivi lain, berbelok ke rumah produksi satunya ke rumah produksi lainnya,, terbang ke luar daerah untuk memenuhi undangan fans atau sekedar safari bersama pemimpin daerah yang sedang mengebet pengin menjadi Bupati, gubernur. Bagaimana menjaga wajah tetap berseri-seri di layar kaca sementara anda-anda tidak tahu bahwa sebetulnya rasa lelah amat sangat menderaku.
Yang kau tahu artis itu tahunya happy-happy saja. Tanpa multivitamin, dan asupan-asupan suplemen lain aku pasti tumbang. Dunia yang duapuluh empat jam sehari itu belum cukup untuk mengembalikan stamina yang menjadi tuntutan artis untuk menjaga kebugaran tubuh. Bayangkan saja aku masih shooting untuk tayangan langsung di televisi .
[irp posts="1560" name="Antara Pilkada DKI Jakarta dan Artis Sophia Latjuba"]
Paginya pagi pagi buta harus shooting sinetron dan siangnya reading untuk sebuah film yang akan dirilis akhir tahun nanti. Kalau banyak artis akhirnya terjerat narkoba itu adalah konsekwensi dari tubuh manusia yang dipaksa untuk bugar sementara stamina manusia secara normal mempunyai keterbatasan.”
“Ketiga,Jika aku mulai kehilangan job, tahukah kamu bro…stresku tingkat dewa lho…Aku yang biasa tenar, rutin ke gym, rajin ke salon, tagihan kartu kredit, cicilan mobil mewah, cicilan rumah di puncak, berlian yang baru dibayar setengah mengantri sebagai masalah berat yang harus kutanggung. Aku harus sehat dan bugar, serta tetap menjaga otak tetap waras. Setiap hari tuntutan semakin berat karena artis-artis pendatang baru yang masih kinyis-kinyis terus berdatangan. Di atas langit ada langit.
Aku merasakan persaingan berat itu dengan tetap menjaga kredibilitasku sebagai artis papan atas. Jika lengah sedikit maka aku akan tergusur. Tahukan jika mulai kehilangan job… segala fasilitas mewah yang kutanggung mesti dilepas satu persatu untuk menutupi defisit pengeluaran yang tidak sedikit jumlahnya. Bagi kalian tampaknya ketenaran itu menggiurkan.
Memang sih tidak usah munafik ada banyak keuntungan saat tengah di puncak popularitas. Uang akan mengalir deras, job-job sampai ditolak-tolak karena kekurangan waktu. Tapi…… ada tapinya nih… hidup seperti robot yang harus memenuhi jadwal padat dari managemen artis. Sekali menolak kau akan banyak kehilangan job dan kemudian disambar artis lain. Stresssss!
Untuk relaks butuh obat penenang
Aku perlu pelampiasan dari masalah-masalah berat yang membebani hidup. Dengan quality time, yang susah terpegang maka ketika ada teman yang berbaik hati menawari obat penenang, obat relaks ya bagaimana bisa menolak. Sekali- sekali obat memang amat membantu memberi kebugaran, tapi akhirnya keterusan dan bablas menjadi pecandu… dan akhirnya aku terciduk sebagai pecandu narkoba…
Yah inilah kisahku sebagai artis. Ammar Zoni, Ridho Rhoma, Iwa K, Axel Matthew Thomas, Tora Sudiro, Pretty Asmara, Tio Pakusadewo, Jedun alias Jennifer Dunn, dan terakhir Fachri Albar dan artis sensasi Roro Fitri. Itu baru segelintir artis dari deretan panjang artis yang pernah terjerat kasus narkoba.
Berat betul menjadi artis loh…Kamu mau…
Begitulah kira-kira jeritan seorang artis. Dibalik dunia yang glamour, penuh suka cita….terbentang ruang gelap misteri kesedihan yang tak terperi…Yang kelihatan memang menggiurkan tapi merasakan ketenaran pasti pernah mengalami tekanan, depresi bahkan mungkin gila.
Bersyukurlah yang masih merasakan sebagai manusia yang masih waras dan bisa menikmati hidup apapun kesulitan dan masalah biasa. Manusia akan selalu berteman dengan masalah. Baik-baikin saja.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews