Saya bersekolah di SD negeri di pinggiran kota Solo. Ada beberapa teman saya yang beretnis Cina, salah satunya bernama Yung Yyung, papahnya bandar gabah dan gaplek di daerah kami. Walau memiliki mata sipit dan beda agama, kami tidak pernah meributkan hal itu. Bukan sekali dua kali kami berkelahi, tapi saya tidak pernah menjuluki dia si kafir dan dia pun tidak pernah menyebut saya si jawa. Setelah itu kami akur lagi.
Salah satu teman favorit saya di SMA bernama Hilda, saya juluki dia "Cica", Cina cantik. Selain cantik Hilda juga baik hati dan sangat pandai. Kami satu kelas mungkin sungguh sayang dengannya. Walaupun mayoritas di kelas saya muslim, tidak satu kalipun kami saling mengolok. Bahkan dengan senang hati Hilda akan membantu saya mengerjakan PR matematika, pelajaran yang menjadi momok bagi saya.
Rumah bude di mondokan, Ceper, selalu menjadi tempat menyenangkan buat saya berlibur. Bude sekeluarga penganut katolik yang taat. Bangun pagi, mau tidur dan makan selalu diawali dengan doa. Hari minggu mereka sekeluarga berangkat ke gereja bersama sama, dan sayalah yang menunggu rumah.
Apakah bude pernah meminta saya pindah agama? Tidak sekalipun. Jika waktunya sholat, saya akan disuruh bude untuk segera ke masjid, kadang diantar kakak sepupu saya, yang menunggui saya di depan masjid.
Demikian juga ketika puasa ramadhan, bude dengan senang hati menghangatkan masakan buat saya sahur, serta menemani saya makan sahur.
Lingkungan tempat tinggal saya sekarang juga memiliki banyak penganut agama, dan selama ini kami selalu rukun. Depan rumah saya, keluarga batak, beragama kristen. Setiap idul fitri, mereka sekeluarga selalu datang ke rumah kami, sekedar mengucapkan selamat dan maaf maafan.
Demikian juga kami, ketika natal tiba, kami sekeluarga mengunjungi rumah mereka. Sekedar membawa makanan kecil dan mengucapkan selamat natal. Dan saya tidak pernah peduli larangan untuk mengucapkan selamat natal, biarlah dosanya kami tanggung nanti di akhirat.
[irp posts="6742" name="Toleransi, Intoleransi, dan Prinsip Aqidah"]
Hidup dengan banyak teman, sahabat dan tetangga yang baik adalah anugerah buat kami sekeluarga, dan ini membahagiakan. Saya bisa menerima ketika tetangga kami mengadakan ucapan syukur di rumahnya, seperti mereka juga bisa menerima ketika saya mengadakan yasinan dan tahlilan.
Apakah itu mempengaruhi iman saya? Saya rasa tidak. Walaupun anak saya sekolah di yayasan budha, dan bergaul dengan berbagai macam etnis dan agama, saya juga tidak khawatir. Toh dia sorenya juga masih belajar agama dan mengaji. Bagi saya, Lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Sudah itu saja...
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews