Sebenarnya isyarat Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bakal maju dan menantang lagi Joko Widodo pada Pilpres 2019 nanti sudah terang-benderang dengan poster-poster segede gaban di berbagai sudut Ibukota, bahkan sudut kota-kota lainnya di luar Jakarta.
Memang tidak terang-terangan, tetapi dibungkus dengan ucapan hari tertentu di mana foto Ketua DPD atau anggota Dewan dari Gerindra, bersanding dengan foto Prabowo, sebagaimana yang terjadi di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Boleh jadi yang diperlukan tinggal deklarasi saja. Atau seperti yang dikemukakan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, pihaknya tengah mencari momentum yang tepat untuk mendeklarasikannya. Deklarasi apa lagi kalau bukan memajukan Prabowo Subianto sebagai capres pada Pilpres 2019. Ya iyalah capres, masak cawapres.
[caption id="attachment_10010" align="alignleft" width="521"] Ahmad Muzani (Foto: Rilis.id)[/caption]
Muzani sendiri mengakui Prabowo belum menyatakan secara tegas atau eksplisit akan maju sebagai capres pada Pilpres 2019. Namun tanpa bermaksud mendahului kehendak Tuhan, ia yakin Prabowo akan maju bertarung kembali. Tentu majunya Prabowo didasari perhitungan bahwa elektabilitas tertinggi dari sejumlah lembaga survei masih menempatkan Jokowi dan Prabowo sebagai yang tertinggi.
Memang Jokowi selalu lebih unggul. Tetapi berdasarlan pengalaman Pilpres 2014, elektabilitas yang tinggi tidak menjamin tergerus dan bahkan terkejar di saat-saat akhir pencoblosan. Bahkan ada yang beranggapan, kalau saja Pilpres 2014 lalu diundur satu atau dua minggu, dipastikan Prabowo mengungguli Jokowi. Mau bilang ini hayalan boleh, dibilang kenyataan juga boleh.
Soalnya, kalau bukan Prabowo yang maju, siapa lagi? Muhaimin Iskandar dan Zulkifli Hasan cukup tahu diri, hanya mempromosikan dirinya sebagai bakal calon wapres saja. Jangan sampai Pilpres 2019 nanti hanya ada calon tunggal, 'kan ga lucu, ya.
Jadi, bagi Jokowi sekalipun, majunya Prabowo harus dianggap sebagai anugerah sekaligus rezeki dari Tuhan. Kasarnya bila perlu, Jokowilah yang membiayai majunya Prabowo!
Realitas politik menunjukkan, tidak ada bakal capres lagi yang kini menunjukkan batang hidungnya selain Prabowo dengan elektabilitas yang masih tinggi dan popularitas yang masih sangat kuat. Prabowo masih "top of mind" bagi sebagian rakyat Indonesia meski "tenggelam" dalam ingar-bingar pemberitaan selama hampir empat tahun.
Berbeda dengan Jokowi, karena kedudukannya sebagai Presiden RI, ia masih menjadi "media darling" di mana-mana. Di media sosial aktif, apalagi di media massa yang dengan sendirinya akan mengikuti ke mana langkah kaki Jokowi. Meminjam senandung Mbah Surip, tak gendong ke mana-mana.
Kembali ke Ahmad Muzani, pernyataan kesediaan Prabowo maju lagi memang tidak pernah atau belum diucapkan. Namun demikian, isyarat dan semua gerak-gerik dan keputusan politiknya bisa terbaca bahwa Prabowo bakal maju kembali jadi capres. "Kami sudah simpulkan, beliau (Prabowo) maju," yakinnya di Jakarta, Selasa 6 Februari 2018.
[irp posts="9970" name="Jokowi Bukan Prabowo Bukan, Siapa Capres Dambaan Amien Rais?"]
Muzani menambahkan, seluruh kader Gerindra dari Sabang sampai Merauke bahkan yang berada di luar negeri telah bulat untuk mengusung kembali Prabowo sebagai capres pada Pilpres 2019. Tak ada opsi lain selain mengusung Prabowo. Untuk itulah Gerindra terus mengintensifkan komunikasi dengan sejumlah partai untuk membangun koalisi untuk mengusung Prabowo.
Selama ini, Gerindra selalu berpartner dengan PKS dan PAN. Tapi di tempat terpisah pendiri PAN Amien Rais menyatakan belum tentu mendukung Prabowo. Artinya, kalau tanpa PAN, Gerindra tidak mungkin hanya berduet dengan PKS. Mesti dicari partai lain dan partai lain yang masih "nganggur" itu tidak lain Demokrat. Jadi, Gerindra harus bermesra dan bermanis-manis dengan partai yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Bagi Gerindra, bicara dengan PKS dan PAN saja belum cukup aman, apalagi dengan PAN yang terkenal plin-plan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews