Sahlat berjamaah di masjid yang seharusnya digunakan untuk ukhuwah Islamiyah sekaligus menunaikan kewajiban, meminta kebahagiaan dan kedamaian, serta berharap rezeki yang halal dan selamat dunia akhirat, kini dibelokkan hanya sekadar suara jamaah tidak dicuri partai lain pada Pemilu nanti.
Adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), yaitu Zulkifli Hasan, yang punya ide itu, sebagaimana termuat di sejumlah media. Akhir-akhir ini, pernyataan-pernyataannya yang kerap keliru tapi juga lucu seperti soal adanya lima partai yang mendukung LBGT, kepala daerah korupsi karena gaji kecil, dan yang terbaru memerintahkan kader-kader PAN untuk rajin sholat ke masjid meraih suara pemilih.
Tetapi, pernyataan yang terakhir itu tentu bukan lucu dan belum tentu keliru, itu namanya ikhtiar. Boleh dong sholat sambil bermunajat, sebab PAN diyakini masih percaya pameo ora et labora, berdoa dan bekerja.
Ketua partai ini memang lagi menaikkan elektabiltasnya untuk menjadi calon wakil Presiden, entah mau menjadi calon wakil presiden siapa. Tetapi sekarang ini ada kecenderungan politikus macam Zulkifli menjadi rendah hati sebagaimana Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Mereka meraih cita-cita tidak setinggi langit, tetapi cukup jadi wakil presiden saja. Sikap yang mencerminkan tahu diri.
Sebagai ketua umum, Zulkifli Hasan meminta kadernya yang ingin mencalonkan sebagai anggota calon legislatif untuk rajin sholat berjamaah di masjid untuk meraih suara pemilih yang kerap sholat berjamaah di masjid.
Sholat berjamaah memang dianjurkan, tapi kalau orang sholat berjamaah punya niat dan maksud duniawi yaitu biar bisa terpilih menjadi anggota DPR, ko ya rendah banget niatnya, pahala sholat jamaah mau digadaikan ke hal-hal yang sifatnya politik dan duniawi.
Bahkan ia juga meminta kader-kader PAN untuk rajin sholat Maghrib dan Subuh berjamaah. Kenapa harus sholat magrib dan subuh di masjid, sebab kalau sholat subuh dan magrib tidak di masjid, katanya, orang-orang di masjid nanti suaranya diambil PKS semua. Demikian kata Zulkifli, entah serius atau cuma kelakar.
Sampai segitunya, jamaah masjid jadi rebutan hanya untuk memperoleh dukungan, takut ga kebagian dukungan karena direbut oleh partai lainya.
Inilah yang dinamakan jaman edan asli, nek ora edan ora keduman, takut tidak kebagian, maka mengikuti cara-cara mereka ikut edan. Jernihkan hati dan pikiran supaya bisa selamat dari orang-orang yang sudah edan karena ambisi dan syahwat politik yang sudah mencapai ubun-ubun.
Masjid yang awalnya untuk mendekatkan diri antara hamba dengan tuhannya, kini mulai dimasukin orang-orang gila jabatan sekadar untuk kepuasan duniawai.
Imbauan sholat berjamaah di masjid merupakan salah satu kiat kadernya yang ingin mencalonkan sebagai oanggota legislatif.
Saking takutnya tidak mendapat dukungan dari jamaah masjid, sampai memberikan imbauan seperti itu, masjid-masjid akan dipenuhi pemburu-pemburu kekuasaan. Sholat di masjid bukan mencari ridha Allah semata, tapi ada maksud lain atau tersembunyi, yaitu memperoleh dukungan politik.
Ya Allah... ya Tuhanku, hamba yang lemah dan hina ini pantaskah dapat pahalamu, sedangkan niatku tidak lurus menyembahmu. Mafkan tuhanku bila aku ingin menggadaikan pahalaku dengan jabatan duniawi. Bolehkan, Tuhanku, aku melakukan ituu...!?
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews