(Mengenang lima tahun penangkapan Luthfi Hasan Ishaaq)
Luluh lantak. “Guncangan keras” di episentrum Kantor DPP PKS, Jl TB Simatupang membuat goyangan yang menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan dunia, yang hanya dirasakan oleh kader PKS. Kejadian itu lima tahun lalu, saat Presiden PKS kala itu, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) ditetapkan oleh KPK sebagai terduga korupsi impor daging (30 Januari 2013). Menampar semua pengusung partai berlambang dua bulan sabit kembar.
Karena mereka (dan juga saya) telanjur mendaku slogan “Bersih dan Peduli”. Bertahun-tahun tak ada tangkapan KPK dari partai ini. Membuat kader percaya bahwa partai ini paling bersih, paling baik, hingga tanpa sadar terjerumus dalam sikap “ana khoirun minhu”.
Banyak yang meramalkan PKS akan tenggelam di pemilu 2014. Tetapi fakta berkata lain. Tak sampai sebulan kemudian (24 Februari 2013), partai dakwah itu malah memenangkan pilkada Jawa Barat. Terpilihnya kembali Ahmad Heryawan sementara dapat menghapus air mata kader. Asa kembali bangkit. Dilanjutkan dengan beberapa hari kemudian (7 maret 2013) kader PKS kembali memenangkan pilkada Sumatera Utara. Kemenangan di dua provinsi besar itu cukup fenomenal mengingat ketika itu sedang tren istilah “Jokowi effect”.
Perlahan-lahan mental kader mulai bangkit. Saya sendiri, dengan menuangkan testimoni dalam tulisan ini, akan mengemukakan beberapa faktor yang memulihkan rasa percaya diri.
1. Murobbi
Dia adalah pihak yang paling pertama membuat saya tak larut dalam kesedihan. Dia ingatkan lagi tentang jalan dakwah yang dipenuhi onak dan duri. Menjadi asing bila dakwah itu begitu mulus tanpa ada guncangan.
Memang, ujian itu sering kali malah datang dari internal. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuuraa: 30). Bedanya, ada mekanisme istidraj bagi orang yang fasiq. Sementara orang yang bertaqwa acap disegerakan teguran dalam bentuk musibah kepadanya agar tidak terlalu jauh menyimpang.
Hari-hari setelah kejadian penangkapan kader PKS, saya masih rutin mendatangi kajian pekanan yang kala itu dibina oleh seorang ustadz muda yang punya kata-kata yang memotivasi, yang punya pemahaman yang luas tentang Islam dan juga dakwah, yang dengan tekun dan sabar menjaga ghiroh para binaannya.
2. Kehidupan berjamaah dan perangkat tarbiyah
Saya bersyukur bahwa partai ini didiami oleh banyak orang-orang sholeh. Taushiyah tidak hanya saya dapatkan dari murobbi, tapi juga dari mereka yang tak jemu menggali hikmah kehidupan. Inilah indahnya hidup berjamaah, berkawan dengan orang-orang yang punya jiddiyah dengan dakwah, yang bisa menularkan semangatnya pada orang sekitar.
Saya pun masih merasakan perangkat-perangkat tarbiyah berjalan seperti biasa. Beberapa hari setelah penangkapan, saya mengikuti mukhoyyam yang sarat dengan tarbiyah jasadiyah.
Maka semangat terisi kembali. Juga tetap berlangsung acara mabit, tatsqif, dan lainnya selain halaqoh pekanan. Mekanisme ri’ayah ma’nawiyah adalah kemestian bagi seorang da’i agar siap menyikapi berbagai goncangan di jalan yang ditempuhnya.
Saya berhutang kepada orang-orang sholeh yang menyalakan semangat di komunitas ini.
3. Petinggi partai yang tetap mendongakkan kepala dalam terpaan cacian
Tak saya pungkiri pidato Anis Matta saat pelantikannya menggantikan LHI kala itu begitu cetar membahana menggelorakan kembali semangat kader. Masyarakat Indonesia pun terbetot perhatiannya. Rupanya ada sosok yang tidak begitu mereka kenal yang punya kekuatan kata-kata. Setelah orasi itu, ia mulai diundang stasiun-stasiun televisi. Dalam hujan pandangan negatif, PKS punya kesempatan menampilkan hal positif yang dimilikinya.
Setelah penangkapan LHI, sebenarnya kelompok yang kala itu menginginkan adanya gerakan pemurnian (kembali pada asholah dakwah, begitu jargon mereka) menginginkan Hidayat Nur Wahid yang menjadi Presiden PKS. Tetapi yang terpilih tak sesuai keinginan mereka. Dalam kabut duka, tudingan bahwa petinggi PKS telah menyimpang dari jalan dakwah semakin keras. Tentu mereka mendapatkan bukti berupa hasil tangkapan KPK.
[irp posts="9327" name="9 Poin Ini Menyebabkan PKS Terpuruk dan Terancam Gagal ke Senayan"]
Tetapi Anis Matta bisa mengendalikan badai. Ia memang hebat bernarasi. Salah satu taushiyahnya dalam menenangkan gejolak internal adalah tulisannya yang berjudul “Mengelola Ketidaksetujuan terhadap Hasil Syuro.” Tulisan lama memang. Tapi hingga kini pun tetap menjadi pengingat bagi kader yang kecewa dengan kebijakan partai. Saya rasa, tulisannya harus diaplikasikan oleh semua kader yang masih ingin berjalan bersama PKS. Begitu kan?
4. Janji Allah, Inna Ma’al ‘Usri Yusron.
Kemenangan di dua pilkada, Jabar dan Sumut, di tengah Jokowi Effect, menjadi pembangkit semangat yang sempat ambruk. Ahmad Heryawan telah menabung prestasi di 5 tahun pertama kepemimpinannya dengan sekian banyak penghargaan. Itu kemudian menjadi argumen untuk meyakinkan rakyat Jawa Barat. Dan alhamdulillah, tabungannya itu bisa di panen di kala duka. Maka Kang Aher (begitu sapaannya) pun sebenarnya punya jasa yang besar dalam memulihkan rasa percaya diri kader
Juga kemenangan Gatot Pujo Nugroho. Juga kemenangan di pilkada-pilkada daerah lainnya seperti Maluku Utara yang dimenangkan kader PKS, Abdul Gani Kasuba. Inilah kebenaran firman Allah, bersama kesusahan ada kemudahan.
Jadi bukan hanya satu faktor, atau satu individu saja yang membuat PKS bisa bangkit di 2014 lalu. Kita harus adil mengenang jasa mereka. Jasa para murobbi, jasa orang-orang sholeh, jasa qiyadah kala itu, jasa mereka yang punya prestasi saat menjadi pejabat.
Dan yang paling utama adalah ini semua karena karunia Allah. Maka ucapkan, “hadza min fadli robii”.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews