Kita mungkin masih ingat buku Bambang Tri berjudul: "Jokowi Under Cover," yang menghebohkan itu bukan? Buku ini menghebohkan pemberitaan dalam dan luar negeri, karena yang diberitakan itu adalah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
Di dalam buku Bambang Tri dan diterbitkan secara stensilan itu disebutkan bahwa Jokowi keturunan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ternyata tuduhan ini semua fitnah. Setelah diadili, Bambang Tri dihukum. Bambang Tri ini adalah adik kandung Bambang Sadono yang sekarang anggota MPR RI. Sementara Bambang Sadono adalah teman saya ketika saya sedang menuntut ilmu di SMA Negeri Blora.
Bagaimanapun kita sering membaca berbagai permasalahan sekitar fitnah memfitnah ini di dunia politik, baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan orang-orang baik pun seperti mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidak luput dari berbagai cobaan ketika masih menjabat.
Ketika Presiden Jokowi shalat berjemaah di Afghanistan, tidak seluruh orang percaya. Bahkan bertanya kepada saya, apakah ini berita hoax. Mudah-mudahan bukan berita hoax, harapnya.
Mengapa Presiden Jokowi menceritakan pengalamannya sholat di Afghanistan, menurut saya, itu pun dikarenakan banyaknya berita hoax belakangan ini.
Presiden Jokowi menceritakan pengalamannya saat shalat berjemaah di Masjid di Kompleks Istana Kepresidenan Arg, di Kabul, Afghanistan, Senin, 29 Januari 2018.
Sebelumnya, video Jokowi tengah menjadi imam saat shalat ramai diberitakan banyak media massa dan jadi bahan pembicaraan netizen.
Video itu dirilis Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.
Namun belakangan, beredar juga foto Jokowi yang tengah menjadi makmum saat shalat di Afghanistan. Hal ini kemudian membuat banyak warganet bertanya-tanya.
Jokowi mengatakan, shalat memang dilakukan dua kali.
"Yang pertama, itu kan shalat dzuhur, imamnya dari Imam Masjid di sana," kata Jokowi kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 31 Januari 2018.
Selanjutnya, karena menempuh perjalanan jauh dan berstatus sebagai Musafir, Jokowi dan rombongan langsung melanjutkan ke shalat ashar.
Jokowi yang semula berada di saf barisan pertama bersama Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, lalu maju dan mengambil posisi imam.
"Kemudian, kita ingin jamak takdim melanjutkan ke ashar, saya maju, ya biasa lah. Apa sih yang diramaikan? Apa?" kata Jokowi.
Cerita Jokowi ini berbeda dengan penjelasan sebelumnya yang disampaikan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Pramono justeru menyebut, awalnya Jokowi menjadi imam shalat dzuhur.
Setelah itu, menurut Pramono, dilakukan shalat sunnah di mana Jokowi sudah tidak lagi menjadi imam.
Jokowi mundur dari posisi imam dan mengisi saf pertama, berdiri tepat di samping Presiden Ghani. Sementara, pria yang semula ada di samping Ghani lalu mengambil posisi imam.
Menurut Pramono, shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat dzuhur itu dilakukan sebanyak dua rakaat.
Shalat sunnah dilakukan untuk mendoakan warga Afghanistan yang tewas dalam berbagai serangan teror beberapa hari terakhir.
Kalau saya menanggapinya tidak terlalu mempersoalkan masalah Presiden Jokowi jadi imam atau makmum. Yang jelas, Jokowi benar bukan anggota PKI yang dituduhkan Bambang Tri.
Jokowi berasal dari keturunan muslim yang taat.
Hanya Allah SWT yang mengetahui lahir dan bathin makhlukNya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews