Setelah menerima kunjungan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di kantornya, Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj, mengatakan bahwa masalah rekaman video Pak Tito yang menyebutkan bahwa hanya NU dan Muhammadiyah yang berjuang untuk Indonesia, tidak perlu lagi diperpanjang. “Sudah selesai di sini,” kata Said Aqil.
Seperti diketahui, Kapolri mengatakan Polisi hanya akan memperkuat NU dan Muhammadiyah. “Jangan yang lain,” ujar Tito di rekaman video itu. Menurut Kapolri, hanya NU dan Muhammdiyah yang konsisten membangun dan menjaga NKRI, yang lain-lain malah mau menghancurkan Indonesia. Pernyataan Pak Tito ini memicu reaksi keras dari sejumlah ulama dan pimpinan ormas yang merasa disepelekan oleh Kapolri.
Tentu pantas diapresiasi upaya Said Aqil dan Kapolri untuk menyelesaikan kisruh pernyataan yang menyinggung perasaan itu. Kita semua berharap agar suasana sosial-politik tidak terganggu.
Akan tetapi, sayang sekali Said Aqil malah mengeluarkan ucapan yang berpotensi untuk memperkeruh situasi. Ketua PBNU itu mengatakan, kalau ada pihak yang masih mengembangkan pembahasan tentang pernyataan Pak Tito itu, patut dicurigai.
[irp posts="8874" name="Islam Nusantara Ala Nahdlatul Ulama, Sebuah Kritik Historis"]
Kata kuncinya adalah “patut dicurigai”. Kalimat Said Aqil ini tidak multi-tafsir. Cukup jelas. Nadanya sangat intimidatif. Sinonimnya tak jauh-jauh dari makna “menggertak”. Bertetangga juga dengan makna kata “menakut-nakuti”. Yaitu, menakut-nakuti orang agar berhenti membicarakan isu yang sangat mengganggu ini. Intervensi Said Aqil itu terasa seperti suasana zaman otoriter dulu.
Saya teringat, seandainya Said Aqil hidup di zaman otoriter dan beliau menduduki posisi sebagai kepala lembaga keamanan, bisa jadi sudah banyak orang yang dia tangkapi dan digertak-gertak karena mengomentari ucapan Pak Tito yang memang harus dibahas sampai tuntas. Bukan malah dilarang-larang.
Kalau Said Aqil ingin mendinginkan suasana, seharusnya tidak melontarkan ucapan yang sifatnya menggertak dan menakut-nakuti. Gaya semacam ini pasti akan kontra-produktif. Sebab, kita tidak lagi hidup di era yang penuh dengan intimidasi.
Yang diperlukan adalah uluran tangan persuasif dari beliau kepada para pimpinan ormas-ormas yang telah tersakiti oleh pernyataan Pak Tito.
Eskpektasi masyarakat kepada tokoh sekaliber Said Aqil sangatlah tinggi. Beliau semestinya muncul dengan uacapan yang bisa menghibur pimpinan ormas-ormas yang saat ini merasa resah. Bukan malah memperberat cedera perasaan yang mereka alami.
Semoga saja Said Aqil Siraj bisa memahami seriusnya ketersinggungan yang dialami oleh para pimpinan dan aktivis ormas-ormas kaum muslimin yang sejak puluhan tahun ikut berjuang membangun Indonesia sesuai dengan kiprah mereka masing-masing.
Kita berharap agar beliau mau memahami perasaan sanak-saudara beliau yang semuanya melakukan kegiatan dakwah meskipun tidak membawa bendera NU atau Muhammadiyah.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews