Di dalam artikelnya yang dipublikasikan di Asia Times 23 Januari 2018 dengan judul, "Widodo's smoke and mirrors hide hard truths", John Mc Beth menyampaikan dan menjabarkan secara gamblang bahwa Pemerintahan Indonesia yang sedang dipimpin oleh Joko Widodo sedang memainkan permainan "Asap dan Kaca". Permainan yang difasilitasi oleh sebagian besar media yang tidak perlu dipertanyakan lagi.
Permainan yang membuat sejumlah peristiwa terlihat telah terjadi, padahal secara kenyataannya tidak.
Membuat dan menyampaikan pernyataan-pernyataan resmi yang sifatnya ngambang, tidak jelas dan dihiasi sedemikian rupa. Mencakup persoalan daging, sumberdaya alam hingga permasalahan infrastruktur. Semua itu dilakukan dalam rangka menaikkan citra positifnya menuju hari Pilpres 2019 yang sudah semakin dekat.
Siapa John McBeth?
Selintas, kita bisa mengetahui bahwa John bukanlah wartawan atau jurnalis kemarin sore. Jurnalis senior dan penulis internasional yang telah memfokuskan dirinya selama lebih dari 40 tahun pada peristiwa-peristiwa politik ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Pengalaman jurnalisnya dibukukannya dengan judul, "Reporter: Forty Years Covering Asia" (Talisman Publishing Singapura, 2011).
Bukan hanya menyerang Jokowi, John yang berasal dari Selandia Baru ini juga pernah menyerang kepemimpinan SBY melalui bukunya "The Loner: President Yudhoyono's Decade of Trial and Indecision" (Strait Times Press, Singapura, 2016).
Apakah serangan, pandangan atau pendapat John Mc Beth tersebut sifatnya objektif, independen, sesuai dengan kenyataan?
Kita, rakyat Indonesialah yang lebih berhak menyimpulkan apa dan bagaimana kualitas kepemimpinan Jokowi dan pemerintahannya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews