Sebetulnya membicarakan tentang becak pada saat ini tidaklah terlalu penting, tapi kalau sekedar iseng dan melupakan kesuntukan kerja ya bolehlah. Apalagi memang ngerumpi membicarakan terobosan Pak Gubernur dan Wakil gubernur Jakarta itu seru.
Saya sebetulnya sudah lupa kekhasan becak Jakarta itu seperti apa, pernah lihat sih di museum transportasi yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah. Berbagai corak becak ada, tapi itu kan transportasi nostalgia zaman dulu masa sih becak yang sudah disingkirkan sejak pemerintahan Ali Sadikin mau dihidupkan lagi?
Bukankah becak itu jalannya tidak bisa cepat lebih lebar daripada motor dan tentu saja membuat jalanan semakin sempit saja. Ini dari segi negatifnya. Becak sudah kuno untuk ukuran kecepatan. Padahal sudah tahu kan Jakarta itu orangnya hidup dalam keterburu-buruan. Naik motor buru-buru, naik ojek penumpangnya menggoda tukang ojek untuk ngebut supaya cepat sampai tujuan, bahkan kadang kadang mikir persoalan bangsa juga terburu-buru sehingga logika dikalahkan oleh emosi sesaat.
Jangan-jangan saking terburu-burunya pemimpin daerahpun hanya berpikir bagaimana bisa cepat mendapat simpati rakyat, bagaimana bisa mengembalikan modal secepatnya tanpa mikir apa sih dampak kebijaksanaan yang dia terapkan terhadap masyarakat.
Oh, mungkin tebakan penulis menjawab mengapa perlu didatangkan becak adalah supaya keterburu-buruan masyarakat bisa diredam oleh adanya becak yang mempunyai prinsip alon-alon waton tekan (pelan-pelan asal sampai). Tapi bisa jadi Sang Gubernur dan Wakil Gubernur benar-benar tidak tega pada Abang Becak yang tersia-sia sering dikejar-kejar Satpol PP, mereka han sedang demam populisme, bagaimana bisa berpihak pada rakyat jelata dan mendapat simpati.
“Ya sudah kalian kami beri kesempatan untuk mengayuh becak tapi jangan di jalan-jalan protokol, ya!”
[irp posts="9209" name="Sebab Becak Setitik Rusak Jakarta Sebelanga"]
Tentu saja Abang Becak agak sedikit dongkol. Jika daerah operasional becak-hanya di perkampungan, di kompleks perumahan siapa yang mau numpang? Tahu sendiri kan jika di perkampungan Jakarta, hampir setiap meter ada polisi tidur, ada portal, ada anak-anak kecil yang seenak wudel (pusar) main sepak bola tanpa melihat kiri kanan. Lalu jika mereka ketabrak siapa yang disalahkan. Jika memakan korban siapa yang disalahkan? Aku tho, kan blaik ya tho.
Justru lebih nyaman mengayuh di jalan protokol jalannya datar, aspalnya bagus, tenagapun bisa diirit. Nih perlu kalian ketahui ya jalan-jalan yang amat dihindari oleh abang-abang becak:
Tanjakan
Ini salah satu jalan yang amat dibenci tukang becak. Bayangkan sudah membawa barang berat, atau membawa ibu-ibu yang mlenuk ginak-ginuk, belum lagi mulutnya yang terus nyerocos seperti sepur kluthuk (Kereta api jaman dulu yang bahan bakarnya batubara) melewati tanjakan adalah kesengsaraan tiada tara, sudah nafasnya ngos-ngosan bayarannya pun tidak sepadan dengan tenaga yang dikeluarkan. Makanya amat langka jika ada Abang Becak yang mangkal di sekitar Bintaro, Tanah Kusir dan Kemang, coba saja do cek kalau ada si Abang Becak itu tentu mempunyai tenaga ekstra seperti Samson.
Gang Sempit
Jika ada becak beroperasi di gang sempit seperti di Penjaringan, Pedongkelan, Petogogan dan kampung-kampung sempit lainnya sungguh akan sengsara dua tiga kali lipat. Bayangkan saja sudah jalannya penuh polisi tidur, motor-motor yang parkir tlalangan(sembarangan tidak teratur), belum lagi omelan ibu ibu yang terganggu ngrumpinya gara-gara becak melintas, apesnya lagi jika masuk gang yang ternyata gang buntu. Jika motor masih bisa di angkat dan diputar, lalu bagaimana dengan becak.
Sengsaranya sudah keringat membanjir, masih mengangkat roda belakang dan memutar kembali masih harus mendengar ocehan orang-orang yang nggerundel terhalang jalannya gara-gara becak yang tidak bisa cepat bergerak. Luas jalannya tidak ada semester ditambah dengan munculnya becak yang lumayan lebar. Celaka dua belaslah. Padahal sekali angkut paling banter 10 ribu sampai duapuluh ribu… Coba pasang tarif 50 ribu bisa-bisa tidak narik seharian.
Jalan berlobang
Berat nian jika harus melewati jalan berlobang, tentu becak harus zig-zag menghindari lobang. Kalau dulu masih bebas melakukan manuver dengan berjalan meliuk-liuk sekarang jika nekat meliuk-liuk maka korbannya adalah motor, mobil. Maaf, yang paling menjengkelkan jika menyenggol motor. Masih untung ketemu pemotor yang sabar, coba saja ketemu pengendara motor yang emosian, tersenggol sedikit mata melotot dan kemudian menantang duel. Kalau menang tidak ada yang memuji dan malah mencibir. “Lha betisnya saja segede tales Bogor, ototnya pating nggranceng (ototnya menonjol di mana-mana) ya maklum kalau menang, kalau kalah, sudah babak belur ditertawai pula.
Makam
Siapa yang mau melewati makam malam-malam dengan menumpang becak. Sudah jalannya pelan, tidak ada lampu lagi. Masih mending pakai motor bisa ngebut dan cepat-cepat keluar kompleks pemakaman, bagi yang penakut cilaka dua belas karena selain tidak bisa ngebut, bisa saja malah duduknya asyik ditemani seseorang yang tiba–tiba nongol, orangnya cantik tapi mukanya pucat. Hiiii seram!
[irp posts="9183" name="Kekuasaan Sang Gubernur Pribumi"]
Nah ini saran untuk Abang Gubernur dan Wakilnya.
Ah sebetulnya artikel ini tidak penting-penting amat sih tapi ya… apa salahnya di baca….
Hehehe. Salam.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews