Saya memiliki 6 kartu kredit dari 4 bank berbeda, 2 platinum, 2 gold dan sisanya kartu tambahan. Gaya hidup saya melambung tinggi, belanja bulananpun tidak saya batasi, yang penting kulkas penuh.
Makan di mall dan nongkrong di cafe sudah menjadi rutinitas. Dari semasa Planet Hollywood dan Diskotik Millenium belum almarhum, saya salah satu pengunjung tetapnya, hingga PH menghadiahi saya gold member. Itu yang membuat kartu kredit saya makin jebol, dan bagi saya tidak masalah. Mencari uang waktu itu ibarat saya memelihara tuyul, hari ini habis besok dapat.
Itulah masa jahiliyah buat saya, dan tentunya penerbit kartu kredit senang senang saja, karena saya selalu membayar tagihan tepat waktu dan di atas minimum. Semakin lama limit kreditpun dinaikkan, sales KTA, asuransi dan produk lainpun menjadi semakin rajin menelpon saya.
Waktu berlalu, dan tuyul tuyul sayapun mulai males cari duit, tagihan kartu kredit akhirnya cuma bisa bayar minimum payment, KTA dan segala tetek bengek tagihan lainnya membuat isi tabungan hanya numpang lewat. Dan akhirnya satu persatu mengalami gagal bayar, dari 1, 2, 3 hingga akhirnya 5 macet total.
Hanya 1 yang saya sisakan, dan selalu saya bayar lancar. Tapi akhirnya dengan segala macam alasan, di blokir juga, mungkin mereka sudah tahu kalau saya sudah mulai kere.
Kalau dulu marketing dengan bahasa sopan yang menelpon, sekarang gantian debt collector yang menghubungi saya. Dan episode perang mentalpun dimulai. Hampir tiap hari saya menerima teror telpon, hari ini Bank A, besok B, besok C, begitu terus. Dalam sehari bisa 2 atau 3 kali saya ditelpon. Kalau yang menelpon laki-laki, saya masih sanggup berdebat, tapi kalau sudah mbak-mbak, saya lebih sering menyerah.
Suatu ketika saya diajak bertemu oleh salah satu debt collector salah satu penerbit Credit Card (CC), sebut saja Ramli, kami bertemu di Bekasi. Saya diajak ngopi, dan kamipun ngobrol santai. Ramli menasehati saya untuk membuat surat permohonan di semua penerbit CC yang macet. Dan untungnya dari 6 CC yang macet, 5 di antaranya bank asing, yang menurut dia lebih mudah meminta pemotongan pokok dan bunga dibandingkan bank lokal.
Setelah surat permohonan dibuat, saya melakukkan negosiasi selama beberapa bulan, satu persatu menyetujui permohonan saya, salah saunya CC yang outstanding kredit saya 27 juta, akhirnya saya bayar 11 juta dan diberi surat keterangan lunas. Satu persatu KTA dan CC dapat saya lunasi.
Hidup tanpa CC ternyata lebih sehat, sehat kantong dan jiwa raga. Ga ada duit ya ga jajan dan belanja bulanan juga sudah tidak kalap lagi. Dan jalan jalanpun cukup ke Taman Mini atau Ancol, yang penting ada air, anak-anak juga sudah senang.
Saran saya, ndak usah gaya gayaan bikin CC, gaji seupil ya dinikmati saja, kalo bisa makan warteg ndak usah gaya makan di emoll kalau Cuma ngutang. Kalau masih pengen mendem, minum ciu saja cukuplah, ndak usah sok minum Chivas, kalau harus gesek. Wong kalau sudah mabok rasanya sama saja.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews