Keren, Sepeda Listrik Rakitan SMKN 5 Surabaya Ini Mulai Dipasarkan!

Jumat, 26 Januari 2018 | 20:28 WIB
0
820
Keren, Sepeda Listrik Rakitan SMKN 5 Surabaya Ini Mulai Dipasarkan!

Inilah bukti bagaimana generasi emas di Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya itu ada dan nyata. Sepeda listrik karya rakitan siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Surabaya, mulai dipasarkan ke koperasi-koperasi seluruh organisasi perangkat daerah se-Jawa Timur.

Sepeda listrik atau biasa disebut "Seli" karya siswa-siswi SMKN ini memiliki keunggulan, yaitu  ramah lingkungan dibandingkan sepeda yang beredar di pasaran. Selain itu dilengkapi sistem pengaturan kecepatan sehingga pengguna bisa mengatur kecepatan rendah, sedang, dan tinggi mulai 20 km/jam hingga 60 km/jam.

Dengan proses isi daya baterai selama 4 jam, sepeda karya rakitan siswa ini bisa digunakan sejauh 60 km. Harganya pun terjangkau hanya Rp3-9 juta per unit.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim DR. Saiful Rachman, MM, MPd, Jumat 26 Januari 2017 mengatakan, sepeda listrik karya SMK ini layak untuk dipasarkan sebagai pengganti alternatif sepeda motor yang berbahan bakar bensin.

“Harapan kita ke depannya, dunia pendidikan di Jatim tidak hanya merakit, tapi membuat sendiri dan memproduksi sendiri sepeda listrik dengan merek khas Jatim,” lanjut Saiful Rachman.

Sementara itu, Kepala SMKN 5 Surabaya Rinoto menjelaskan, siswanya mampu merakit sebanyak 250-350 unit sepeda listrik dalam sebulan atau rata-rata 10-15 unit sepeda listrik per hari.

Ia berharap, semoga ke depannya kerjasama ini tidak hanya dalam perakitan tapi dilanjutkan pada produksi sepeda listrik oleh Pemprov Jatim,” kata Rinoto. SMKN 5 siap memproduksi sepeda listrik karena memiliki sumber daya manusia yang handal.

“Apalagi para alumni sudah terlatih di bidang sepeda listrik ini. Dan, kami siap menyediakan tenaga-tenaga handal dan terlatih untuk memproduksi sepeda listrik,” lanjutnya. Salah satu program unggulan lainnya adalah pendirian SMK Mini.

Pembangunan SMK Mini ini bertujuan untuk mewujudkan SMK Mini di ponpes yang berbasis kewirausahaan yang bisa menghasilkan sejumlah produk unggulan. Sehingga tercipta sentra usaha yang berbasis pesantren (pesantren-preneurship).

Dari target 470 lembaga SMK Mini pada 2019, dalam konteks kekinian telah terealisasi sebesar 370 lembaga. Jadi, tinggal 100 lembaga lagi yang harus diwujudkan dalam 2 tahun mendatang.

Pada pelaksanaan program pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, Pemprov Jatim bertumpu pada perluasan dan peningkatan mutu. Di samping itu, Pemprov Jatim juga sedang menggiatkan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan inklusif di seluruh wilayah Jatim.

Sebab, saat ini baru 11 daerah saja yang mendeklarasikan pelaksanaan pendidikan inklusif ini. Yaitu, Kabupaten Banyuwangi, Pacitan, Nganjuk, Bojonegoro, Magetan, Trenggalek, Gresik, Sidoarjo; serta Kota Malang, Batu, dan Probolinggo.

Pendidikan karakter

Guna mencapai pendidikan berkualitas tersebut, Pemprov Jatim menggalakkan program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Indikator bisa dilihat dari pelaksanaan peningkatan mutu dan kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan (kualifikasi S1 dan S2 pelatihan).

Pengembangan karier pendidik dan tenaga kependidikan (penilaian angka kredit) yang telah dilakukan secara online; peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan; serta pemberian penghargaan pada pendidik dan tenaga kependidikan berprestasi dan berdedikasi.

⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠Prestasi yang diukir peserta didik di Jatim ini tentunya tidak terlepas dari para guru, tentunya. Beberapa penghargaan pun telah pula diterima Pemprov Jatim dan Dinas Pendidikan Jatim sendiri beberapa waktu lalu.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menekankan kembali pentingnya penguatan dalam pendidikan karakter anak didik guna mewujudkan generasi Emas 2045.

“Mari kita tumbuhkan karakter pada setiap anak didik kita demi masa depan mereka menuju generasi Emas 2045 untuk penguat karakter bangsa,” ajak Saiful Rachman saat menjadi pemateri dalam seminar Nasional “Melejitkan Potensi Generasi Emas” di Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Dalam seminar yang dihadiri sekitar 500 peserta terdiri atas siswa dan guru SMA/SMK di Kota Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, ia mengungkapkan tantangan Indonesia selama ini yang belum bergerak menjadi negara maju sehingga masih disebut sebagai negara berkembang.

Hal tersebut berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia seperti diungkapkan dalam hasil kerja task force United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Badan khusus PBB yang menangani Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan itu menyebut,  kualitas pendidik tetap menjadi faktor kunci dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh dunia.

“Karenanya persoalan bangsa ini harus kita carikan solusi melalui pendidikan yang bermutu,” ujar Saiful Rachman. Negara maju, lanjutnya, bukanlah karena mereka memiliki sumberdaya alam melimpah.

***

Editor: Pepih Nugraha