100 hari kita sudah dapat tontonan sirkus murahan di Jakarta, apa karena pawangnya tidak pintar atau karena binatangnya buta tuli sehingga disuruh lompat malah tiduran, diminta lari malah menyalak. Aturan persirkusan ditabrak semua, akhirnya kita bukan nonton sirkus terlatih tapi kebun binatang yang isinya binatang malas, buta tuli dan kelaparan, pawangnyapun jadi ikut bisu kelu, setengah malu.
Contoh di atas adalah kondisi keseharian di Pemprov DKI yang makin lucu, memuakkan dan menjijikkan karena sudah jauh dari norma yang ada, walau belum ada Pemda di Indonesia yang 100% bisa kerja tapi Jakarta luar biasa celakanya.
Gubernur yang menang dengan cara menebar SARA, penuh tekanan dan membangun kebencian, setelah memerintah kelihatan seperti hilang arah, tatanan sosial yang dibangun atas dasar kebaikan diporakporandakan, otak kita jadi menciut menyaksikan kelakuan murahan.
Jalan dijadikan pasar, jalan protokol dimasuki motor, Monas dijadikan lapangan kotor, becak mau dihidupkan. Zaman Ali Sadikin 40.000 becak dirumponkan sekarang becak mau dihidupkan, cuma orang gila yang kurang kerjaan yang akan melakukan ide murahan dan memuakkan.
Sejak statement-nya tentang pribumi kita tau dia mau mengambil hati masyarakat kelas ekonomi jerami, tapi caranya menjadi cara kelas bawah yang tidak bernilai sama sekali. Bagaimana nalar kita mau menerimanya hal-hal baik yang sudah tertata dirusak dengan sengaja.
[irp posts="8523" name="Riset Terbaru Desember Akhir 2017, Anies Siap Tarung di Pilpres"]Kita tau dia berseberangan dengan pemerintah yang ada, tapi caranya bekerja telah merusak ibu kota, kesannya kota kebanggaan bangsa ini mau dibuat kubangan sapi, pribumi dari mana dia kalau membedakan keindahan dan kebaikan dengan kekumuhan saja tak bisa, apa hal itu bukan disengaja.
Kalau perusakan yang dia lakukan dibiarkan sama saja kita membiarkan icon Indonesia diacak-acak.
Koloni yang memenangkannya harusnya tobat nasuha untuk tidak membiarkan orang yang pernah diusungnya mempasung kebaikan dan membebaskan kerusakan merajalela, kalian jangan merasa yang punya Jakarta, kami juga punya hak yang sama karena KTP kita Indonesia.
Lawan kemungkaran demi Indonesia bukan membela demi kelompok yang jumawa!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews