Almarhum Yan Nurindra diberikan penghargaan sebagai Bapak Hipnoterapi Indonesia. Penghargaan itu disematkan oleh keluarga besar Asosiasi Hipnoterapis Klinis Indonesia (AHKI), dalam Kongres Nasional I yang digelar di Hotel Santika Jakarta, 14 Januari 2018, belum lama ini.
DR Adi W. Gunawan, ketua umum AHKI menjelaskan, almarhum Yan Nurindra memiliki andil yang sangat besar dalam menyebarkan ilmu hipnoterapi di Tanah Air.
Sebagai pecinta dan praktisi meditasi, energi, metafisika, dan hal-hal berhubungan dengan kekuatan pikiran sejak muda, Adi mengaku bersyukur ketika mendapat kesempatan belajar Pak Yan Nurindra pertama kali, 10 Oktober 2004, di kelas "Alpha Power: Mind Over Matter" di Surabaya.
"Saya akhirnya mengikuti kelas hipnoterapi yang beliau selenggarakan di Surabaya, 29-30 Mei 2005, dan saya mendapat sertifikasi sebagai hipnoterapis. Saat itu gelarnya certified hypnotherapist," bebernya.
Melalui dua pertemuan itu, ia mengaku semakin terbuka dengan dunia hipnosis, hipnoterapi, dan kekuatan pikiran bawah sadar. "Saya akhirnya paham bahwa hipnosis dan hipnoterapi bukan klenik dan sangat ilmiah," lanjutnya.
Di akhir pelatihan hipnoterapi Adi sempat bertanya pada Yan Nurindra, "bila mau belajar lebih lanjut, adakah kelas advanced?" Ternyata dijawab, belum ada. Karena terdorong ingin terus belajar, Adi pun terus bertanya, kemana jika ingin memperdalam hipnosis. Saat itulah, Yan Nurindra menyarankan agar Adi membeli buku hipnosis atau hipnoterapi di toko buku online luar negeri. "Saya disuruh cari yang dapat rating bintang 4 atau 5," katanya.
Sejak itu, Adi mengakui membeli banyak buku dengan topik hipnosis, hipnoterapi, psikologi, intervensi klinis, dan sejenisnya. Total sudah lebih dari 1.300 judul buku yang dibeli.
"Itulah alasan kami memberikan penghargaan kepada almarhum, melalui keluarga beliau. Pak Yan Nurindra adalah guru saya. Beliau mencerahkan dan menghidupkan untuk mendalami dunia pikiran. Dari pertemuan singkat dengan beliau, saya belajar terus bahkan sampai ke luar negeri," bebernya.
Padahal, awalnya Adi adalah seorang pebisnis sejak 1987, hingga sejak 2005 memutuskan serius menggeluti dunia pikiran, psikologi, hipnoterapi dan intervensi klinis. "Semua yang saya capai saat ini bermula dari pencerahan yang saya dapatkan dari Pak Yan Nurindra," ulasnya.
Disampaikan, sejak 2004, Yan Nurindra adalah pelopor dan satu-satunya tokoh, trainer hipnosis dan hipnoterapi yang konsisten menyelenggarakan pelatihan hipnosis dan hipnoterapi ilmiah di Indonesia hingga akhir hayatnya.
"Melalui pelatihan yang beliau selenggarakan, masyarakat akhirnya paham bahwa hipnosis dan hipnoterapi bukan klenik namun memiliki landasan teori sahih dan adalah cabang ilmu psikologi," urainya.
Yan Nurindra yang wafat pada 30 Agustus 2016 lalu adalah tokoh yang babat alas, menerobos hutan lebat, angker, dan membuka lahan agar murid-muridnya, dapat menggunakan lahan untuk membangun rumah dengan aman dan nyaman. Hingga saat berpulang, Yan Nurindra memiliki lebih dari 24.000 alumni. "Saya salah satu di antaranya," katanya.
Lantas bagaimana perkembangan hipnoterapi di Tanah Air saat ini? Adi menyampaikan, sejak Yan Nurindra berpulang, greget pelatihan hipnosis dan hipnoterapi menurun drastis.
"Belum ada satu pun alumni beliau yang bisa mengganti posisinya, baik sebagai trainer andal maupun sebagai tokoh disegani dan mampu menyatukan banyak kalangan dan kepentingan dalam dunia hipnosis dan hipnoterapi," bebernya.
[irp posts="4941" name="Inovasi RSUD Dr. Soegiri, Terapi dengan Quantum Relaksasi Healing""]
Menurut Adi, pergerakan dan perkembangan hipnosis dan hipnoterapi di Indonesia pasti akan menjadi lambat karena tidak ada lagi tokoh mumpuni yang mampu menggerakkan dunia pelatihan hipnosis seperti Yan Nurindra.
"Ini saya bicara dalam konteks pelatihan yang berlangsung singkat, dua atau tiga hari. Namun untuk pelatihan yang dilakukan trainer dengan kekhususan tersendiri, yang mengajarkan materi hipnoterapi klinis selama 10 hari pelatihan, ini akan terus jalan karena segmentasi pasar dan peminatnya beda," urainya.
Maka, agar hipnoterapi semakin diterima masyarakat, para praktisi di bidang ini perlu lebih serius mengembangkan diri, belajar, mengasah kemampuan mereka, dan menaikkan standar lebih tinggi. "Apa yang telah Pak Yan Nurindra bangun dan berikan pada murid-muridnya perlu dilestarikan dan terus dikembangkan," pungkasnya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews