Membangun Jakarta dan memberikan kepuasan kepada masyarakatnya itu mudah.
Begini. Semua orang sudah tahu Tanah Abang itu macet dan semrawut. Maka tambahkan lagi agar PKL dagang di tengah jalan.
Kita paham jalan protokol utama itu juga sering susah melintas karena kepadatan kendaraan mobil dan angkutan. Maka kita harus membuka jalan itu untuk sepeda motor. Biar lebih rame.
Warga Jakarta juga paham jika kemacetan bukan cuma melanda jalan utama dan jalan besar. Bahkan jalan-jalan kecil dan alternatif juga gak lepas dari macet. Maka di sana harus dihidupkan kembali becak beroperasi. Biar lebih sesak.
Itu caranya membangun.
Saya ingat seorang teman yang mengeluh. "Bro, rumah gue sumpek banget. Ruangan kecil dan sempit. Udara pengab. Gimana caranya ya biar rumah gue lebih nyaman?"
"Kamu pelihara burung dong di rumah. Minimal tiga pasang," saran Bambang Kusnadi. Sarannya diikuti. Tapi temannya terus berkeluh.
"Makin sumpek mas Bambang..."
"Kalau gitu coba pelihara ayam Bangkok. Kandangnya di taruh di ruang tamu." Saran itu diikuti juga. Tapi beberapa hari dia datang lagi.
"Mas, kok rumahku makin pengab. Berisik dengan suara ayam dan burung. Saya sudah gak betah hidup di sana."
"Ini terakhir ya, coba kamu beli anak kambing tiga ekor. Pelihara dengan baik..."
Seminggu kemudian dia datangi Bambang lagi. "Mas, aku gak mungkin lagi hidup di rumah ini. Suasananya makin gak enak. Bau. Berisik. Sumpek. Saya nyerah..."
"Ya, sudah, kamu jual semua hewan-hewan itu. Keluarkan dari rumah," usul Bambang lagi. Seminggu kemudian dia mendatangi Bambang dengan wajah yang ceria.
"Terimakasih mas. Rumahku kini jauh lebih nyaman," katanya sambil membungkuk pada Bambang. Bambang cuma senyum-senyum saja. Padahal rumahnya yang itu-itu juga. Gak ada yang berubah.
Nah, begitupun dengan Jakarta. Jika PKL yang dagang di tengah jalan itu dibenahi nanti. Jika becak-becak yang beroperasi juga ditangkapi lagi. Jika motor-motor dilarang kembali memasuki Sudirman-Thamrin, lalu Gubernur bertanya, gimana kondisi Jakarta sekarang?
[irp posts="7709" name="Pak Ogah Bakal Dapat Gaji di Bawah Pemerintahan Anies-Sandi"]
"Wuihhh makin bagus. Udah gak semrawut lagi kayak dulu. PKL di Tanah Abang tertib. Becak dihapuskan. Dan motor dilarang melintas di jalan protokol utama. Gubenur memang hebat..."
Padahal mah, Jakarta cuma dikembalikan ke awal saja.
Ini sama kayak tukang urut orang keseleo. Di posisi yang bengkak dia pencet keras-keras. Pasiennya kesakitan sampai melintir. Lalu dilepaskan, sambil bertanya. "Gimana sekarang, udah gak sakit lagi, kan?"
"Iya, udah lebih enak sekarang. Gak terlalu sakit lagi kayak tadi..."
Padahal gak sakit lagi dibandingkan dengan pencetannya tadi. Bukan keseleonya sembuh.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews