Sekolah dasar bagiku adalah menghapal daftar perkalian, menyusun kalimat, disetrap berdiri di sudut kelas.
Juga Mita.
Kami makan bareng, bertukar cerita di rumahnya sepulang sekolah. Kami terus mengobrol sampai ibu atau ayahku menjemputku.
Itulah bagian yang aku benci. Harus pulang meninggalkan Mita, setiap hari. Orang tuanya sering pulang telat, jadi aku tak mengenal mereka, meski mereka tahu tentangku.
Teman sekelas menyebut aku dan Mita ‘pacaran’. Aku marah dan mengajak mereka berkelahi, meski sebenarnya jauh di lubuk hatiku aku menyukainya.
Suatu hari, Mita tak masuk sekolah. Guru mengatakan bahwa dia telah pindah ke kota lain.
Aku masih ingat, rasanya tenggorokanku tersangkut biji kedondong yang hanya hilang setelah aku menangis di wc sekolah. Kami berteman hanya setahun, dan itulah periode sekolah dasar yang kuingat dengan baik. Antara saat itu dan sekarang terdapat sekolah menengah, perguruan, dan pekerjaan di salah satu perusahaan multinasional.
Aku tak pernah melihatnya lagi, tidak sampai sekarang.
Sekarang adalah resepsi pernikahan. Dia penerima tamu, dan aku sebagai tamu undangan mempelai pria. Sayangnya aku baru melihatnya setelah berada di meja prasmanan, dengan piring di tangan penuh berisi berbagai macam lauk dan sayuran.
Dia tidak berubah, hanya semakin ranum dan cantik. Aku melihatnya dan melupakan tumpukan makanan di depanku. Biji kedondong itu kembali menyumbat leherku. Hanya saja kali ini karena kegembiraan yang tak terkira.
Aku berusaha untuk tenang, tapi gagal total. Dalam hitungan detik, aku sudah berdiri di hadapannya, begitu takut garis takdir yang kurancang berubah karena tak sesuai dengan kehendak Alam Semesta.
“Mita?”
Dia menatapku, mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah melihatku. Tentu saja. Aku yang sekarang memelihara kumis, jadi aku tak berhak menyalahkannya karena gagal mengenaliku.
“Leo,” kataku, “dulu kita pernah satu SD.”
Diam. Sunyi. Bahkan dengan suara musik dan orang-orang yang berkeciap sambil mengucah makanan.
"Maaf, aku orangnya pelupa, tapi senang rasanya ada teman lama yang masih mengingatku ..."
Semua kata-katanya tenggelam dalam samudera keheningan.
Lagi-lagi biji kedondong tersekat di tenggorokanku.
Aku menyendok nasi dari piring di tanganku dan menyuapkannya ke dalam mulut.
Rasanya hambar.
Bandung, 15 Janurai 2018
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews