Berita menggegerkan itu datang dari sebuah konferensi Pers. Yang berada di balik corong La Nyalla Mattalitti. Dia bukan nama sembarang. Publik sepak bola setidaknya pernah mendengar nama ini, sebab dia pernah menjadi ketua bal-balanan Indonesia. Publik Jatim apalagi. Selain Ketua Kadin, dia seorang politikus sekaligus pengusaha bergelimang fulus.
Namun di balik corong, ia menggegerkan jagat politik Tanah Air lewat pengakuannya bahwa ia diminta "uang mahar" -dalam dunia premanisme disebut "palak"- oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Ini jelas nama besar karena selain politikus kelas kakap, pendukungnya juga masih banyak terserak. Menurut La Nyalla, ia diminta uang mahar pencalonan dirinya sebesar Rp40 miliar.
Nah, itu uang, Saudara-saudara, empat puluh miliar rupiah!
Ironisnya, uang yang diminta Prabowo dan tidak bisa dipenuhi La Nyalla itu bertepatan dengan hari di mana Prabowo mengumumkan pencalonan Sudrajat sebagai calon gubernur Jawa Barat!
Itulah kisah di sisa pendaftaran calon-calon pasangan pilkada yang telah telah ditutup, bahkan kemarin memasuki tahap tes kesehatan dan psikologi di sejumlah daerah. Rupanya hajatan awal ini menyisakan cerita kekecewaan bagi kader partai yang tidak terpilih atau mendapat rekomendasi partai pengusung. La Nyalla hanyalah salah satu contohnya.
Sebut saja wakil Walikota Bogor yaitu Usmar Hariman dari Partai Demokrat dan wakil walikota Madiun, juga dari partai Demokrat yang mengundurkan diri karena kecewa.
namun puncak dari segala kekecewaan itu tidak lain dari kekesalan La Nyalla Mattalitti yang mengumbarnya secara openbaar (terbuka). Tidak tanggung-tanggung, ia mengungkapkan rasa kecewa langsung kepada Prabowo Subianto dengan menyebut nama.
[irp posts="2961" name="Pernah Tersangkut Masalah Hukum, tapi Elektabilitas La Nyalla Tertinggi"]
Awalnya La Nyalla mendapat surat mandat yang berlaku sepuluh hari, untuk mencari partai-partai pengusung atau mitra koalisi. Setelah mencari dan menjajaki atau membangun komunikasi politik dengan partai-partai, La Nyalla tidak bisa memenuhi waktu yang telah diberikan dan tidak bisa mendapatkan partai mitra koalisi. Akhirnya La Nyalla mengembalikan mandat kepada Prabowo Subianto selaku pemberi mandat.
Bahwa selama ini banyak partai yang menggunakan jargon tanpa mahar untuk maju dalam pilkada. Dari cerita La Nyalla masyarakat jadi yakin mustahil maju pilkada tanpa mahar,karena kalau tidak membayar susah untuk mendapatkan surat mandat untuk maju dalam pilkada.
Nah, dari pengakuan La Nyalla, ia diminta menyerahkan uang Rp40 miliar kepada Prabowo Subianto kalau ingin mendapatkan mandat dari partai Gerindra. Uang sebanyak itu sebagai uang muka untuk maju pilkada dan akan digunakan untuk membayar saksi-saksi dalam pilkada. Padahal pilkada masih enam bulan lagi, uang saksi kok sudah diminta?
Permintaan uang sebesar Rp40 miliar itu disampaikan saat berlangsungnya pertemuan antara La Nyalla dengan Prabowo di Hambalang, Bogor, bertepatan dengan pengumuman Sudrajat sebagai calon Gubernur Jawa Barat.
“Saya dimintai uang Rp40 milyar, uang saksi disuruh serahkan di tanggal 20 Desember 2017, kalau tidak bisa saya tidak akan direkomendasi,” beber La Nyalla.
Bahkan La Nyalla juga dimarahi dan dimaki-maki oleh Prabowo Subianto,gara-gara uang itu. Kalau benar cerita ini, menguatkan dugaan selama ini kalau Prabowo memang suka marah-marah dan punya sifat temperamen, bahkan pernah dikabarkan lempar HP pada pilpres 2014 kepada seseorang politikus.
La Nyalla adalah seorang pengusaha yang sukses dan pernah jadi ketua Ormas Pemuda, makanya dengan modal logistik bisa menjadi ketua Umum PSSI.
La Nyalla mengungkapkan unek-uneknya atau kekecewaan dalam konpres tersebut. Bahkan ia juga memutuskan untuk keluar dari Partai Gerindra dan tidak akan mendukung apalagi memilih Prabowo sebagai calon presiden. Karena ia juga mempunyai massa yang cukup banyak dan tentu ini juga akan berpengaruh di Jawa Timur.
La Nyalla juga merasa disia-siakan Prabowo, padahal ia mendukung dari Prabowo jadi calon wakil presiden dulu.
[irp posts="7360" name="Untunglah Yenny Wahid Tolak Pinangan Prabowo Subianto"]
Dari cerita ini kita akan tahu daleman partai-partai, bahwa maju pilkada tanpa mahar adalah omong kosong. La Nyalla sendiri mengaku sudah menyiapkan uang Rp300 milyar seandainya dicalonkan sebagai gubernur, uang sebanyak itu untuk kampanye, bayar konsultan, cetak baliho.
Hanya calon gubernur yang belum tentu jadi, harus menyiapkan uang sebanyak Rp300 miliar, cukup fantastis. Makanya kenapa banyak kepala daerah yang tersangkut korupsi karena biaya maju pilkada memang tidak murah dan geratis.
Tentu dengan pernyataan-pernyataan dan pengakuan La Nyalla akan membuat pendukung Prabowo gerah dan alasan klise yaitu fitnah. Anak buah Prabowo, Fadli Zon, menyebutnya sebagai "miskomunikasi" semata. Tetapi nama Prabowo semakin tercoreng dengan "testimoni" La Nyalla ini.
Jika memang La Nyalla Mattalitti telah melancarkan fitnah keji dan itu kebohongan semata, Prabowo Subianto tentu saja bisa memperkarakannya untuk kemudian menyangkalnya.
Kecuali kalau itu benar, ya sebaiknya memang diam sajalah, daripada semua bakal calon lainnya yang tidak jadi ramai-ramai mengemukakan kekecewaannya.
Wah, jangan-jangan kalau dijumlahkan nanti nominalnya tidak sekadar Rp40 miliar!
Itu duit, Saudara-saudara!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews