Pesta demokrasi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018 bakalan menarik dan heboh lantaran diikuti oleh sejumlah perwira polisi. Sejumlah perwira tersebut dikatakan diusung oleh berbagai partai di sejumlah daerah dan telah mengundurkan diri per Jumat, 5 Januari 2018 lalu.
Hal tersebut diungkap Wakapolri Komjen Syafruddin di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin 8 Januari 2018 tadi. "Sudah. Mengajukan pengunduran diri dan sudah kita ganti," kata Syafruddin seperti dikutip Kompas.com.
Syafruddin mengatakan, adapun perwira Polri yang akan maju dalam pentas politik yakni Irjen Safaruddin untuk Pilkada Kalimantan Timur, Irjen Anton Charliyan untuk Pilkada Jawa Barat, Irjen Murad Ismail untuk Pilkada Maluku.
"Pak Anton, Pak Murad, Pak Safaruddin, sudah mengundurkan diri. Per hari Jumat yang lalu, tanggal 5 Januari mengundurkan diri dan sudah diganti tanggal 5 Januari. Tiga-tiganya sudah diganti," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian harus melakukan mutasi jabatan atas tiga jenderal yang berniat untuk terjun pada Pilada tersebut.
Adapun jenderal yang dimutasi tersebut adalah Kepala Polda Kalimantan Timur Inspektur Jenderal Safaruddin yang kini dimutasi sebagai perwira tinggi Badan Intelijen dan Keamanan Polri. Posisi sebelumnya diganti oleh Brigradir Jenderal Priyo Widyanto yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Polda Jambi.
Selanjutnya, Tito juga memutasi Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan Kepolisian Indonesia Inspektur Jenderal Anton Charliyan. Jabatan Anton setelah dimutasi menjadi Anjak Utama Bidang Sekolah Pimpinan Tinggi Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri. Posisinya diganti oleh Inspektur Jenderal Sigit Sudarmanto.
[irp posts="7169" name="Musim Pilkada 2018 Ini Bertabur Jenderal TNI dan Polri"]
Selain itu, mutasi juga diberlakukan kepada Komandan Korps Brigade Mobil Polri Inspektur Jenderal Murad Ismail. Ia dimutasi sebagai analis Kebijakan Utama Bidang Brigade Mobil Korps Brigade Mobil Polri. Ia digantikan oleh Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi. Sebelumnya Rudy menjabat sebagai Kepala Polda Sulawesi Tengah.
PepNews.com menelusuri sepak terjang ketiga perwira Polri yang terjun sebagai calon kandidat dalam sejumlah Pilkada serentak 2018.
Irjen Safaruddin
Irjen. Pol. Drs. Safaruddin, S.H. adalah pria kelahiran Sengkang, Sulawesi Selatan pada 10 Februari 1960. Ia adalah salah satu perwira yang menyelesaikan pendidikan kepolisiannya di Akademi Kopolisian pada tahun 1984.
Pada 5 Januari 2018, Safaruddin dimutasi oleh Kapolri Tito Karnavian sebagai Pati Baintelkam karena mengikuti Pilkada serentak 2018 sebagai bakal calon Gubernur Kalimantan Timur.
Irjen Anton Charliyan
Irjen. Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N. lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 29 November 1960. Saat ini Anton telah dimutasi menjadi Analis Kebijakan Utama Sespimti Lemdiklat Polri karena akan maju dalam Pilkada Jawa Barat 2018.
Sebelumnya, Anton adalah seorang perwira tinggi Polri yang pada 25 Agustus 2017 hingga 5 Januari 2018 mengemban amanat sebagai Wakalemdiklat Polri pengganti Irjen. Pol. Alberto Simanjuntak berdasarkan Surat Telegram Kapolri No. ST/2032/VIII/2017. Lulusan Akpol 1984 ini berpengalaman dalam bidang reserse. Jabatan sebelumnya adalah Wakalemdiklat Polri.
Irjen Murad Ismail
Selain dua perwira di atas, Irjen. Pol. Drs. Murad Ismail yang lahir di Waihaong, Nusaniwe, Ambon, Maluku, 11 September 1961 adalah seorang perwira Polri yang juga akan terjun dalam Pilkada serentak 2018.
Murad yang juga lulusan Akpol pada tahun 1985 tersebut sejak 5 Januari 2018 mengemban amanat sebagai Analis Kebijakan Utama Bidang Brigade Mobil Korbrimob Polri. Jabatan terakhirnya digantikan oleh Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews