Sedari dulu, sepak terjang Mbah Wali Gus Dur memang sulit sekali ditebak. Jangankan masyarakat awam, banyak Kyai Sepuh dalam tubuh NU juga dibuat pusing tujuh keliling sekaligus terheran-heran dengan Mbah Wali. Sebab, di kemudian hari hal yang “ keluar dari kebiasaan” ini dibenarkan sendiri oleh berlalunya zaman.
Namun, pada masa itu tak seorang ulama muktabar NU pun yang menyatakan Mbah Wali Gus Dur itu sesat. Beberapa di antaranya memang secara lugas menyatakan “Gus Dur itu sesat”, namun hampir keseluruhan Guru Mulia ketika dikonfirmasi ulang secara pribadi malah melakukan itu karena besarnya sayang dan kekaguman kepada Mbah Wali. Lha kok bisa?
Jawabannya juga cukup unik: karena langkah yang dilakukan oleh Mbah Wali tidak bisa dan tidak boleh ditiru oleh orang lain. Jika sampai ditiru bisa-bisa orang tersebut menjadi orang yang “tersesat” di jalan yang benar. Jadi, menyatakan Mbah Wali sesat, bukan dalam artian aqidah tetapi sebagai siasat dakwah.
[irp posts="7391" name="Mungkin Yenny Lebih Pilih Pilpres Agar Bisa Teruskan Cita-cita Gus Dur"]
Lebih gampangnya lagi begini: Kalau orang-orang teriak ke sana ke mari menyesat-nyesatkan Mbah Wali bahkan mengkafirkan beliau, sebaiknya kita flashback.
Mbah Wali itu sudah aktif di PBNU sejak masa tahun 1970-an dan didaulat sebagai ketua PBNU sejak tahun 1984-1999. Fakta di lapangan, masa itu para Priyogung Guru Mulia Ulama Sepuh Muktabar NU hasil didikan langsung dari Hadlrotussyaikh Hasyim Asy’arie banyak sekali yang masih hidup dan tersebar luas di seantero Nusantara.
Alih-alih menyebut Mbah Wali sesat apalagi menyebut kafir, malah beliau-beliau rahimahumullah ramai-ramai mengagumi dan memuji Mbah Wali Gus Dur.
Bahkan lebih dari itu, banyak Kyai Sepuh yang nekad pasang badan. Beberapa di antaranya:
1. Guru Mulia KH ALI MAKSUM Krapyak Jogja, selaku Rois Am 1981-1984 pada masanya beliau secara tegas memveto keputusan yang ingin menggulingkan Mbah Wali sebagai ketua umum PBNU, sehingga peserta muktamar tidak punya pilihan lain kecuali sami’na wa atho’na, padahal di bawah tekanan dahsyat pemerintah Orde Baru.
2. Guru Mulia KH AHMAD SHIDDIQ Jember, selaku Rois Am 1984-1991 pada masanya pasang badan ikut menggolkan ide Mbah Wali untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal, bahkan beliaulah penggagas pendekatan Pancasila dengan Piagam Madinah.
3. Guru Mulia KH AS’AD SYAMSUL ARIFIN Situbondo, ulama struktural tersepuh dari NU juga tidak mau ketinggalan. Menurut KH Hasyim Muzadi, Mbah As’ad inilah yang pasang badan dengan mengikrarkan, “Jika apa yang diutuskan Gus Dur salah, saya yang akan bertanggung jawab di hadapan Gusti Allah”
4. Guru Mulia KH MUCHID MUZADI Jember, Mustasyar sekaligus ulama sepuh NU secara tegas juga menyatakan bahwa Gus Dur itu sangat progresif seperti dengan kakeknya, sehingga beliau menyematkan gelar: Gus Dur adalah Mbah Hasyim Muda.
5. Dan masih banyak Ulama Sepuh Muktabar lainnya melakukan hal serupa.
Mari kembali berfikir kita lebih percaya yang mana: orang-orang yang bertemu dan ngaji di bawah asuhan KH Hasyim Asy’arie langsung atau orang yang hanya merasa membaca Kitabnya Hadlrotus Syaikh Hasyim Asy’arie lalu menghakimi Mbah Wali, lebih-lebih jika dibandingkan dengan Bani Copas yang jelas-jelas tidak bisa membaca Kitab Karya Hadlrotussyaikh, maksimal hanya terjemahannya saja?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews