Jika ada berita yang menyedihkan, ialah mengenai gugatan cerai Ahok pada Veronica Tan. Sungguh, saya lebih sedih mendengar berita ini, daripada berita-berita menyedihkan yang lain dalam politik.
Beberapa informasi yang coba saya dapatkan, menguatkan berita itu. Bukan hoax, katanya, meski dalam Kristen, perceraian bukan sesuatu yang mudah, meski hal itu bisa dibenarkan, dengan syarat-syarat (berat) yang memenuhinya. Tapi benarkah justeru dengan pertimbangan itu?
Ahok sendiri pernah curcol pada sahabat terdekatnya, bahwa perkawinannya bukan tanpa masalah. Meski pun saya kutipkan untuk Ahok, sebagaimana ditulis Friedrich Nietzsche dalam Nachlass; Nicht der Mangel der Liebe, sondern der Mangel der Freundschaft macht die unglücklichen Ehen (yang saya sendiri tak tahu artinya). Meski saya juga curiga, jika gugatan cerai itu benar, hal ini karena Ahok mau balik ke gelanggang politik lagi?
Namun tulisan ini tak ingin memasuki wilayah pribadi Ahok secara lebih jauh, apakah itu soal perkawinan atau agamanya. Sebagai makhluk sosial, saya mengenal Ahok sebagai tokoh yang beredar di public, dan dalam kapasitas itu “hubungan” saya dengannya. Pada sisi itu, sebagaimana ditunjukkannya dalam kerja-kerja sosialnya, ia manusia baik. Lebih baik dari penggantinya bahkan.
Mohon ijin, satu paragraph saja ingin saya manfaatkan di sini, untuk menjelaskan soal kenapa tidak lebih baik itu. Sebagai gubernur pelanjut Ahok, Anies sampai seratus hari kekuasaannya, bahkan sampai kini, masih saja merasa sedang berkampanye pilkada.
TGUPP ia bentuk bukan membantunya, tetapi untuk membuat legitimasi langkah-langkahnya, sementara legislasinya tidak kuat. Ada kesan justeru hanya untuk "membereskan" Ahok, bukannya membereskan Jakarta. Itu mirip banget dengan MKD di DPR dan munculnya UUMD3 yang diinisiasi KMP (Koalisi Merah Putih). Ideologinya sama, karakter kaum pecundang.
Kembali ke soal Ahok. Saya hanya bisa berharap bahwa persoalan Ahok dan Veronica Tan hanya kabar burung yang sengaja dihembuskan. Saya hanya ingin mengingatkan Ahok, banyak masalah yang lebih penting dari hal itu (bukannya perkawinan tak penting).
[irp posts="7364" name="Kebaikan dari Mako Brimob"]
Tapi masih banyak masyarakat Indonesia percaya dan berharap, bahwa kerja-kerja sosial untuk bangsa dan negara ini jauh lebih penting dibicarakan dan dikerjakan.
Kita semuanya, setidaknya saya, berharap Ahok tidak sangat terpukul dan terpuruk. Ada banyak kutipan kata-katanya yang telah menginspirasi dan menyemangati anak bangsa ini. Sayang jika semuanya hanya omong kosong, atau Ahok membiarkan orang-orang melibasnya dalam kesia-siaan.
Bukankah engkau pernah berkata, tak ada yang bisa membelimu, Koh, kecuali seharga nyawamu?
Saya berdoa untuk itu, dan mari kita perang, meski di dunia maya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews