Jumat pagi, 5 Januari 2017 seorang musisi legendaris, vokalis Koes Bersaudara dan Koes Plus, Yon Koeswoyo, menginggal dunia. Banyak yang merasakan kepergiannya adalah kehilangan besar dalam dunia musik Indonesia. Tidak, Yon tidak pergi kemana pun. Meski raganya tiada, jiwanya tetap mewarnai jagat seni musik Indonesia. Lagunya, suaranya, iramanya akan diingat selamanya. Immortal.
Banyak pengamat dan penikmat musik menyandingkan Yon sebagai John Lennon-nya Indonesia dan Koes Plus sebagai The Beatles Nusantara. Koes menyusun nomor-nomor musiknya secara sederhana dan menjadikannya istimewa. Aransemennya mampu membawa pendengarnya pada suasana dialektika yang mesra dengan lingkungannya, juga suasana kebatinannya.
Koes Ploes lahir di tengah kegelisahan politik dan sosial yang luar biasa. Lewat nada-nadanya, Koes ingin meyakinkan bangsanya bahwa sekacau apapun negaranya, rakyatnya harus memiliki jiwa merdeka.
Kolam Susu adalah salah satu pandangan Koes tentang Indonesia yang harus dijaga kemurniannya.
“Dengarkan baik-baik musik Koes, rasakan dengan tulus: Anda akan menemukan ke-alam-an dan ke-guyub-an. Sangat terasa ada muatan emosi kolektif dalam lagu-lagu itu, yang mencerminkan situasi zaman tatkala musik itu dilahirkan,” demikian komentar sahabat Yon, Emha Ainun Nadjib terhadap lagu-lagu Koes Plus, 24 tahun silam.
[embed]https://youtu.be/navKuwYm-rE[/embed]
Selara musik Indonesia saat ini banyak berubah. Tak ada lagi lagu-lagu yang mampu menjadi rekreasi batin di tengah kegaduhan politik, kecamuk konflik SARA dan berbagai macam pertengkaran syahwat manusia. Irama lagu kita saat ini kering dari nuansa nasionalisme bahkan spiritualisme. Kalaupun ada itupun karena 17 Agustus-an atau menjelang bulan puasa yang sarat kepentingan bisnis.
Yon bukan musisi industrialis, bukan pula musisi pragmatis yang mengincar popularitas duniawi. “Walaupun kelihatannya kita genjrang genjreng tidak jelas, kami menyuarakan tentang bangsa. Bahkan, kalau saya boleh gambarkan nusantara ini tanah perjanjian,” kata Yok Koswoyo mengenang perjuangannya bersama sang kakak dikutip Jawapos.
Yon bersama saudaranya dibesarkan sejak era yang penuh prasangka. Kesuksesan mereka dilalui lewat sebuah pintu penjara pada Juni tahun 1965. Selain ditangkap, alat musik mereka disita, surat-surat penggemar ikut ludes pula. Koes dianggap kebarat-baratan lantaran membawakan musik Ngak-Ngik-Ngok yang dianggap sebagai bentuk imperialisme barat harus diganyang.
Yon telah wafat, Koes Plus telah menjadi bagian dari melankolisme, nasionalisme dan spiritualisme musik Indonesia. Nadanya menjadi penghibur setia orang tua kita dan kini kita mewarisinya. Koes Plus tak perlu pengganti. Ketunggalan irama musiknya biarlah abadi.
Bersinarlah bulan purnama
Seindah serta tulus cintanya
Bersinarlah terus sampai nanti
Lagu ini ku akhiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews