Selamat Jalan Yon Koeswoyo, Sang Musisi Kehidupan

Sabtu, 6 Januari 2018 | 19:20 WIB
0
544
Selamat Jalan Yon Koeswoyo, Sang Musisi Kehidupan

Jumat pagi, 5 Januari 2017 seorang musisi legendaris, vokalis Koes Bersaudara dan Koes Plus, Yon Koeswoyo, menginggal dunia. Banyak yang merasakan kepergiannya adalah kehilangan besar dalam dunia musik Indonesia. Tidak, Yon tidak pergi kemana pun. Meski raganya tiada, jiwanya tetap mewarnai jagat seni musik Indonesia. Lagunya, suaranya, iramanya akan diingat selamanya. Immortal.

Banyak pengamat dan penikmat musik menyandingkan Yon sebagai John Lennon-nya Indonesia dan Koes Plus sebagai The Beatles Nusantara. Koes menyusun nomor-nomor musiknya secara sederhana dan menjadikannya istimewa. Aransemennya mampu membawa pendengarnya pada suasana dialektika yang mesra dengan lingkungannya, juga suasana kebatinannya.

Koes Ploes lahir di tengah kegelisahan politik dan sosial yang luar biasa. Lewat nada-nadanya, Koes ingin meyakinkan bangsanya bahwa sekacau apapun negaranya, rakyatnya harus memiliki jiwa merdeka.

Kolam Susu adalah salah satu pandangan Koes tentang Indonesia yang harus dijaga kemurniannya.

“Dengarkan baik-baik musik Koes, rasakan dengan tulus: Anda akan menemukan ke-alam-an dan ke-guyub-an. Sangat terasa ada muatan emosi kolektif dalam lagu-lagu itu, yang mencerminkan situasi zaman tatkala musik itu dilahirkan,” demikian komentar sahabat Yon, Emha Ainun Nadjib terhadap lagu-lagu Koes Plus, 24 tahun silam.

[embed]https://youtu.be/navKuwYm-rE[/embed]

Selara musik Indonesia saat ini banyak berubah. Tak ada lagi lagu-lagu  yang mampu menjadi rekreasi batin di tengah kegaduhan politik, kecamuk konflik SARA dan berbagai macam pertengkaran syahwat manusia. Irama lagu kita saat ini kering dari nuansa nasionalisme bahkan spiritualisme. Kalaupun ada itupun karena 17 Agustus-an atau menjelang bulan puasa yang sarat kepentingan bisnis.

Yon bukan musisi industrialis, bukan pula musisi pragmatis yang mengincar popularitas duniawi. “Walaupun kelihatannya kita genjrang genjreng tidak jelas, kami menyuarakan tentang bangsa. Bahkan, kalau saya boleh gambarkan nusantara ini tanah perjanjian,” kata Yok Koswoyo mengenang perjuangannya bersama sang kakak dikutip Jawapos.

Yon bersama saudaranya dibesarkan sejak era yang penuh prasangka. Kesuksesan mereka dilalui lewat sebuah pintu penjara pada Juni tahun 1965.  Selain ditangkap, alat musik mereka disita, surat-surat penggemar ikut ludes pula. Koes dianggap kebarat-baratan lantaran membawakan musik Ngak-Ngik-Ngok yang dianggap sebagai bentuk imperialisme barat harus diganyang.

Yon telah wafat, Koes Plus telah menjadi bagian dari melankolisme, nasionalisme dan spiritualisme musik Indonesia. Nadanya menjadi penghibur setia orang tua kita dan kini kita mewarisinya.  Koes Plus tak perlu pengganti. Ketunggalan irama musiknya biarlah abadi.

Bersinarlah bulan purnama

Seindah serta tulus cintanya

Bersinarlah terus sampai nanti

Lagu ini ku akhiri.

***