Maruarar Sirait adalah anak politikus Senior Sabam Sirait yang juga tokoh PNI di era Presiden Soekarno berjaya. Maruarar yang terkenal dengan panggilan "Ara" adalah politikus dari Partai PDIP. Sekalipun berasal dari etnis Batak tulen, tapi gaya bicaranya tidak meledak-ledak, justeru lebih sopan dan tertata.
Ia menjadi anggota DPR dengan reputasi termasuk baik, bahkan di awal-awal pecalonan Jokowi sebagai calon Presiden, Ara sempat mendampingi Jokowi sebagai tim sukses. Ia bukan seperti politikus-politikus lain yang suka berdebat kusir sampai marah-marah, tapi Ara termasuk politikus yang selalu konsisten. Aralah yang dari awal mendorong supaya PDIP mencalonkan Jokowi sebagai Presiden.
Niat tulus dan ikhlas membantu Jokowi dalam maju sebagai calon Presiden, Ara mendapat ganjaran dari Jokowi untuk posisi menteri komunikasi dan informasi.
Pada awalnya, Ara sudah mendapat kepastian dari Presiden Jokowi untuk masuk kabinet Gotong Royong. Bahkan sudah di Istana Negara untuk ikut pelantikan dan sudah pakai mengenakan kemeja Putih. Tentu hatinya senang dan gembira karena akan dilantik menjadi menteri.
Tapi rupanya, Ara tidak mendapat restu. Konon tidak mendapat restu dari sang "Ibunda" Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Bahkan kader-kader PDIP yang lain yang dimotori oleh Trimedya mendesak Presiden untuk mencopot posisi Ara dari posisi menteri. Kalau tidak, seluruh kader PDIP yang jadi menteri mau mengundurkan diri. Ancaman yang bukan main sombongnya saat itu.
Presiden Jokowi pun tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk berikir barang sejenak saja. Pokoknya kalau sampai nekat melantik Ara akan berakibat fatal baginya. Akhirnya Presiden Jokowi minta waktu menemui Ara beberapa menit untuk menyampaikan maksudnya. Ternyata Ara pun demi menjaga keutuhan dan tidak menjadi beban sang Presiden, Ara mempersilakan dirinya untuk dicopot, jiwa ksatria ia tunjukkan!
Nah, sekarang lagi ramai-ramainya Pilkada, nama Muarar Sirait yang cukup terkenal di Sumatera Utara tidak masuk radar partai PDIP. Dosa apa yang Ara lakukan sampai tidak masuk perhitungan PDIP, bukankah ia kader yang setia dan masih muda dan potensial di tanah leluhurnya Sumatera Utara?
Bahkan partai ini tidak mau mencalonkan Ara sebagai calon Gubernur atau sebagai wakil Gubernur. Eh, malah Djarot Saiful Hidayat yang kalah dalam Pilkada Jakarta dan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang justru dimajukan sebagai calon Gubernur Sumatera Utara.
[irp posts="3213" name="PDIP Galau, Pilih Gus Ipul atau Djarot, Khofifah Tinggal Cari Wakil"]
Djarot kini belum punya wakilnya. Rumor kuat calon wakilnya itu justru Sihar Sitorus, yang tak lain dan tak bukan anak seorang tokoh Sumatera Utara yang belum lama ini meninggal di pesawat, yaitu DL Sitorus.
Nama Ara malah tidak masuk dalam posisi wakil Gubernur sekalipun. Ini benar-benar uji kesabaranbuat Ara!
Sebagai "mantan gubernur", beratlah bagi Djarot untuk memenangkan Pilkada Sumatera Utara. Bukan karena dirinya yang bukan putra daerah Sumatera Utara atau karena faktor lain. Di sana yang paling berpeluang besar memenangkan Pilkada adalah mantan Pangkostrad Letjen (purn) Edy Rahmayadi yang didukung partai-partai militan dan punya banyak jaringan. Apalagi yang bersangkutan adalah orang militer yang tahu lapangan keras Sumatera Utara.
Jadi, sapa salah dan dosaku, Ibu...???
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews