Mengambil "Ibroh" dari Batalnya Pencalonan Deddy Mizwar

Rabu, 3 Januari 2018 | 20:04 WIB
0
530
Mengambil "Ibroh" dari Batalnya Pencalonan Deddy Mizwar

Dari keputusan tak jadi mengusung Deddy Mizwar (Demiz)- Ahmad Syaikhu, kader PKS bisa mengambil pelajaran. Sebelumnya, di antara kita ada yang menggugat keputusan itu, mengkritik qiyadah terbuka atau diam-diam, dan memperturutkan zhon dari minimnya informasi yang dimiliki. Lalu surat "Pakta Integritas" itu pun dibuka, dan pahamlah kita kondisi sebenarnya. Sebagian dari kita menarik kembali zhon yang terlanjur diumbar.

Beberapa poin pelajaran itu antara lain:

1. Bahwa dunia politik begitu dinamis dengan perubahan yang bisa sangat cepat terjadi.

2. Rupanya akses informasi yang kita punya tak selengkap yang dimiliki para qiyadah. Yang dengan itu mereka mengambil keputusan.

3. Tak mudah mengambil keputusan dalam dinamisasi yang tinggi, dengan sumber informasi yang beragam, dan di hadapan pilihan-pilihan yang tak ada satu pilihan pun yang bisa memuaskan semua pihak.

4. Karena itu ketika ada pilihan politik yang membuat kita bingung, jangan terburu mengetuk palu penghakiman atas dasar prasangka. Bersabarlah menanti penjelasan utuh yang belum tentu pula kita berhak menerima informasi itu.

5. Mungkin saja ada hal-hal yang tak bisa diungkap ke masyarakat luas, bahkan ke kalangan internal sekalipun, karena ada sesuatu yang tak etis bila tersebar. Bahkan ketika ustadz Hidayat Nur Wahid membuka dokumen "Pakta Integritas", tak sedikit pihak yang menyayangkan. Contoh lain, aib seseorang kader yang telah dipecat, tak pantas diungkap ke banyak orang, tapi kader hanya tahu bahwa telah terjadi pemecatan. Karena itu jangan selalu menuntut ingin tahu segala hal.

6. Rupanya mekanisme syuro masih terjaga di level qiyadah. Tak hanya Presiden partai, Wakil Ketua Majelis Syuro pun paham latar belakang keputusan kemarin. Tentunya informasi telah disebar rata ke kalangan yang berhak untuk kemudian diolah dalam syuro yang merupakan syariat Allah. Alhamdulillah. Dan dengan syuro, antara mereka bisa saling menjaga dari tercampurnya hasrat pribadi dalam keputusan yang strategis.

6.a. Hasil syuro itu bersifat ijtihadi yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan berbeda dari satu tempat dengan tempat lain, sesuai konteks dan dinamika yang sedang dihadapi. Bersiaplah mendamaikan ego pribadi menghadapi segala kemungkinan.

7. Bahwa qiyadah masih mengutamakan kepentingan umat dan kader. Mereka menghindari risiko bahwa cek kosong yang diberikan Demiz itu kelak terisi capres yang umat dan kader resisten terhadapnya.

8. Setelah clear, bahwa politik penuh perubahan, bahwa akses informasi yang kita miliki tak seluas yang di atas, bahwa mekanisme syuro masih berjalan, maka hadirkanlah sikap sakinah terhadap qiyadah. Selalu kedepankan husnuzhon. Tak ada lagi celah untuk terhasut tudingan "qiyadah mengkhianati kadernya."

8.a. Jaga jaga misalnya di pilkada Jatim qiyadah tetap memilih Gus Ipul, ke depankan dulu husnuzhon. Mungkin tak banyak di antara kita yang tahu bagaimana Habib Salim tekun mengunjungi para ulama di Jawa Timur untuk mendekatkan gerakan partai ke tengah umat serta mengklarifikasi tuduhan negatif (stigma wahabi, anti NKRI, dll) kepada partai yang disebar oleh lawan politik.

Dan pada silaturahim-silaturahim itu, terselip aspirasi dari para Kiai kepada PKS agar tetap bersama Gus Ipul di pilkada Jatim 2018. Gus Ipul bukanlah penista Al Quran, beliau kader PKB, dan ketika ada partai pendukung penista agama ikut mendukungnya, tentu bukan pilihan yang mudah antara memenuhi permintaan para kiai atau menghindari partai itu.

9. Bahwa loyalitas dalam rangka pengorganisasian dakwah - selama bukan untuk maksiat kepada Allah - adalah hak qiyadah dari kita. Maka bila ada tokoh pujaan yang berselisih dengan mereka, bukanlah alasan untuk menarik loyalitas atau sampai merendahkan kehormatan qiyadah di hadapan orang lain.

9.a. Loyalitas karena Allah dalam cakupan gerak partai yang memiliki cita-cita yang telah kita sepakati bersama. Sekalipun dunia politik mensyaratkan penokohan, tetap tak perlu sampai mengkultuskan mereka. Kalau pun ada kekaguman, tempatkan di posisi yang layak dengan kesadaran bahwa mereka pun manusia juga. Tidak men-sakralisasi qiyadah, tapi juga tak merendahkan mereka.

9.b. Mungkin kita melihat apa yang mereka putuskan adalah kesalahan. Tetapi hasil syuro memuat limpahan keberkahan daripada aksi one man show - selama bukan dalam rangka maksiat kepada Allah. Dan kembalikan penilaian itu pada kaidah, “belum tentu hal yang tidak kita sukai itu buruk, bisa jadi itu baik.”

10. Di ujung semua ini, ikhlas lah bekerja karena Allah. Kedepan kita akan dihadapkan pada hal-hal yang tidak kita sukai, padahal belum tentu buruk buat kita. Sedangkan kewajiban kita hanyalah beramal sampai limit kemampuan, lalu murnikan amal itu hanya untuk Allah ta'ala. Sehingga kita hadir di hari kebangkitan dengan qolbun salim. Semoga. Amin

11. Tadzkirah ini memuat dalil aqli tentang ketaatan kepada otoritas. Saya rasa kita sudah paham dalil naqli-nya, bahwa pada rombongan yang terdiri tiga orang pun tetap ada kewajiban mengangkat pemimpin untuk ditaati dalam cakupan urusan perjalanan.

Tentunya dalam hal siyasah yang kita berkumpul di atas cita-cita bersama, ada otoritas pula. Silakan renungkan dalil naqli yang telah kita pahami tentang ketaatan, agar hujjah dalam tadzkirah ini menjadi lebih kokoh.

***