“Nyeruputnya tipis-tipis aja, Jenderal!”
“Kopi tahlil antum memang nikmat, Ustadz.”
“Haha… semoga berkah, Bang.”
Deddy Mizwar menyeruput kopinya, Hidayat Nur Wahid reflek mengangkat cangkirnya. Lalu seruputan keduanya terdengar bersautan, layaknya twitwar yang belum lama ini mereka pertontonkan.
“Dari tadi pagi hand phone ane engga berhenti bunyi nih, ustadz. Ada aja panggilan, sms, dan whatsapp masuk,” Deddy membuka percakapan sambil meletakkan cangkir ke meja.
“Dari wartawan ?” timpal HNW (nama Hidayat yang disingkat) sesaat sebelum seruputan berikutnya.
“Siapa lagi ?”
“Haha….” Slruupttt…
Ajakan ngopi-ngopi mulanya diutarakan Deddy Mizwar. Demiz, begitu ia disapa, merasa kurangnya ngopi bersama adalah pangkal miss-persepsi keduanya. Deddy mencuit: Dengan yth. ustadz @hnurwahid insyallah silaturahmi kami baik, barangkali hanya perlu ngopi bareng kembali hehe.
Gayung bersambut, HNW menawarkan kopi tahlil andalannya. HNW menyatakan, Imam Masjid Al-Aqsha Syaikh Ali Umar Al Abbasyi kagum dengan kelezatannya.
“Terakhir ini ane cek ada lagi yang nanya, kopi tahlil ustadz HNW rasanya pahit apa manis?
“Terus antum jawab apa?
“Belum ane jawab, takut salah ketik. Nanti keluar judul aneh-aneh lagi, hehe…”
Lha gimana tidak menimbulkan prasangka, wong baru ngetwit ajakan ngopi warganet sudah begitu skeptisnya. Ini ustadz hnw ngajak demiz ngupi. Tiati lho bang demiz, nanti dicurigai calon mitra kualisi. Politik kita kan penuh kecurigaan.~ Twit @Suryadelalu merespons cuitan HNW.
“Aneh gimana?” sahut HNW.
“Begini misalnya, ‘Disuguhkan Kopi Pahit, Akankah Twitwar Demiz-HNW Kembali Sengit?’ atau ‘Secangkir Kopi Manis, Sinyal Islah Demiz-PKS yang Romantis’”
[irp posts="7060" name="Tak Elok Deddy Mizwar Adu Mulut dengan Hidayat Nur Wahid di Twitter"]
HNW membetulkan pecinya yang tidak miring. Tiba-tiba Bibi pembantu lewat. “Permisi !” katanya.
Demiz tersenyum. “Mau kemana, Bi ?” tanya Deddy.
“Enggak, iseng lewat aja,” Bibi tersenyum malu-malu kucing. Sebenarnya sudah lama ia nge-fans dengan Haji Husin dalam serial lorong waktu ini.
Tak ada teman abadi, tak ada musuh sejati yang ada mitra dan koalisi. Kalau tak sejalan silakan angkat kaki. Kalau mau bertahan harus ikut arahan pimpinan kami. Ukhuwah hanyalah mitos, dogma agama agar gerakan grass root semakin josss. Se-ngejosss kopi tubruk Yogyakarta.
Toh akhirnya kita melihat ada kader partai dakwah yang senang marah-marah. Di Twitter lagi.
Politik kita hari ini adalah politik entertainment, kita tak akan merasakan ruang-ruang diskusi yang substansi. Hyper realitas media menambah manis drama para artis politisi dan artis yang menjadi politisi. Kuat dilakoni, ra kuat tinggal ngopi lah ya…
“Ada baiknya kalau foto kita ngopi-ngopi antum upload, ustadz. Ummat negliatnya juga adem,” kata Deddy sambil menjamahi beberapa cemilan di atas meja. Ada ketan kinco, kacang goreng, beberapa toples biskuit dan gorengan.
“Kalau adem-adem terus namanya bukan politik, tetapi Poliklinik,” kata HNW disambut tawa sahabatanya.
“Lebih susah peran politisi daripada jadi Jenderal, ya Ustadz,” timpal Deddy. HNW membalas dengan seruputan.
“Waktu zaman ngelawan Jenderal Scotch dulu, ane pernah debat Lukman soal pangkat. Eh diturunkan pangkatku dari Marskal ke Jenderal. Sekarang ane debat PKS malah dicerai dan ditarik dukungan.”
Suasana tetiba hening, keduanya saling lirik dan mendiam. Ting ! suara jarum jahit Bibi yang jatuh terdengar menggelegar.
“Kopi itu pahit, Jenderal !” HNW memecah kesunyian. Keduanya tertawa bersama lagi. Sedetik kemudian tangan HNW menyambar ketan kinco. Taburan kelapanya begitu menggoda.
[irp posts="6950" name="Deddy Mizwar dan Meikarta"]
Di jalanan klakson mobil terdengar bersahutan, persis suasan twitwar Demiz-HNW. Sementara seorang anak tetangga tengah menonton serial anak Adit, Sopo, Jarwo . Ia terpingkal-pingkal melihat Jarwo diceramahi pak RT yang suaranya mirip Demiz itu, termasuk wajahnya.
Kembali, mengatakan Demiz berkhianat juga tudingan yang tidak tepat. Ia sendiri tegas mengatakan kader Demokrat. Sebagai rekanan partai dakwah yang taat ia telah banyak berkhidmat. Masalahnya dimana? Apa karena Demiz sering berperan sebagai Ustadz? Atau mungkin Kiamat Sudah Dekat sehingga PKS butuh Juru Selamat?
HNW boleh uring-uringan soal Pakta Integritas, tetapi Demiz di mata Demokrat punya “kelas”. Polemik yang memanas bisa jadi bonus Deddy mendulang elektabilitas. Suara duo Dedi (Dedi Mulyadi-Deddy Mizwar) yang diusung Demokrat dan Golkar pada Pilgub Jabar diharap bisa mekar.
“Seruput lagi, Jenderal !” Slruuuppttt…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews