Menurut saya, Ustad Abdul Somad, tak perlu lagi tampil siaran dakwah di televisi kecuali televisi menyiarkan ceramah dia di masjid atau di masyarakat. Dalam acara "Indonesia bertasbih" di TVOne kemarin, dia tampak tampil tidak alami, tidak asli seasli Abdul Somad dalam ceramah-ceramah alaminya di masjid-masjid yang banyak di upload ke Youtube.
Misalnya, dia tampak memaksakan sering menyebut kata "kebhinekaan," seolah-olah kalau tidak menyebut-nyebut kata itu ceramahnya kurang afdhal. Kebhinekaan atau keragaman atau pluralitas adalah include bagian dari ajaran Islam.
"Kebhinekaan" adalah bahasa politik. Dalam bahasa Al-Quran kata itu jelas dalam ayat: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (Al-Hujurat: 13).
[irp posts="6936" name="Ustad Abdul Somad Tutup Tahun 2017 dengan Tampil di Televisi"]
Ketika kalimat, "waja'alnakum syu'uban wa qaba'ila lita'rafuu" menjadi "kebhinekaan" dan kata itu sering diucapkan dalam ceramahnya tampak sekali "pesanannya," jadilah dia bukan Abdul Somad yang asli. Menurut saya, itu menurunkan marwah dia sebagai ulama yang selama ini dikenal luas ilmu, tegas dan apa adanya.
Ulama tak pantas disetir dan dipantas-pantaskan isi ceramahnya dengan pesan sponsor. Ulama itu menjelaskan ajaran Islam apa adanya walaupun terdengar pahit sekalipun.
Ketika membahas "waja'alnakum syu'uban wa qaba'ila lita'rafuu" atau ajaran Islam tentang keragaman, maka pluralitas dan kebhinekaan pasti terbahas di dalamnya tapi tak perlu dengan dipatut-patutkan menjadi kata "kebhinekaan" yang politis itu.
Nama Abdul Somad selama ini tumbuh, membesar dan menjadi besar dari video-video ceramah alami di Youtube yang memuaskan dahaga jutaan orang.
Biarlah alat, teknologi dan media massa yang mengejar-ngejar ulama untuk menyebarkan ajaran Islam dan pesan-pesan dakwahnya, bukan ulama yang mengejar-ngejar alat, teknologi dan media massa untuk popularitas dirinya atau menyenangkan para juragan dan penggede.
Wallahu a'lam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews