Yang satu menjabat Wakil Gubernur Jawa Barat, satunya lagi malah Wakil Ketua MPR dan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS. Tetapi di Twitter, Deddy Mizwar dengan Hidayat Nur Wahid asyik adu mulut -kalau tidak dikatakan bertengkar- soal hal yang bukan menyangkut kepentingan rakyat negeri ini. Keduanya terlibat pertengkaran yang hanya sebatas kepentingan pribadi masing-masing, yaitu kekuasaan.
Sungguh memalukan sekaligus memuakkan!
Meski rangkaian kata-kata terlihat santun karena dibungkus dengan bahasa yang manis (sugar coated), tetap saja adu mulut atau bahasa kerennya debat itu tidak membicarakan hal yang substansial atau prinsipil. Terlihat masing-masing ingin bertahan siapa yang paling benar. Di sisi lain, ternukil ujaran siapa sebenarnya di antara mereka yang paling salah. Benar-benar sekadar menunjukkan "gue benar dan elu salah" saja yang terekam dalam cuitan Twitter antara dua pejabat sekaligus politikus ini.
Keduanya lupa, pertengkaran itu disaksikan ribuan bahkan jutaan warganet di Internet, belum lagi dimuat oleh media massa arus utama. Mereka lupa, Internet bukanlah ruang hampa atah tanah tak bertuan, terra incognita, melainkan sebuah jagat maya yang berisi orang-orang betulan, bukan semata orang-orang bayangan.
Tentu saja pertengkaran itu menjadi penilaian tersendiri warganet, bahwa sejauh itulah kalau politikus bertengkar menyangkut kekuasaan!
Di tangan mereka, seolah-olah politik dan kekuasaan itu nafas kehidupan. Kalau merasa diri salah, maka kekuasaan akan lenyap dengan sendirinya. Untuk itu, mempertahankan argumen yang tidak substansial sekalipun ditertawakan sebagian warganet yang paham mengenai etika moral berpolitik, akan terus mereka pertontonkan. Di sana, kedua politikus itu tidak menunjukkan fatsoen sebagai kredo politik beretika yang didegung-dengungkan.
[irp posts="6950" name="Deddy Mizwar dan Meikarta"]
Adu mulut bermula ketika bocornya "Pakta Integritas" yang merupakan "kontrak politik" antara oleh Deddy Mizwar dengan Partai Demokrat pada 2 Oktober 2017 lalu, sesuai tanggal kontrak itu dibuat. Di sana, terdapat tanda tangan Deddy Mizwar. Salah satu pakta integritas itu ialah siap memenangkan Presiden maupun Wakil Presiden yang diusung oleh Partai Demokrat periode 2019-2024.
PKS sengaja membocorkan "Pakta Integrita" itu mengingat sebelumnya menjadi bulan-bulanan kritik akibat menarik dukungan terhadap Deddy Mizwar selaku bakal calon gubernur Jawa Barat. Beredar kabar, PKS menarik dukungan itu dilatarbelakangi pedasnya kritikan Demiz kepada Meikarta, selain juga Deddy Mizwar dikesankan sebagai politikus yang sedang melakukan "playing victim".
PKS tidak mau dikatakan "bekerjasama" dengan Grup Lippo sebagai pengembang Meikarta karena memecat Demiz, sedangkan berita yang beredar di publik PKS "melepeh" Demiz begitu saja tanpa alasan.
Dengan alasan adanya "Pakta Integritas" yang ditandatangani Dedy Mizwar itulah yang menjadi alasan PKS menarik dukungan. Demiz khirnya didorong oleh Demokrat dan kemungkinan besar menggandeng kader Partai Golkar, Dedi Mulyadi.
Sementara sebelumnya, Deddy Mizwar sempat dipasangkan dengan kader PKS, Ahmad Syaikhu. Duet ini belakangan dibatalkan lantaran PKS lebih memilih memasangkan Syaikhu dengan bakal calon gubernur yang diusung Gerindra, Mayjen (purn) Sudrajat.
Tweet bermula saat warganet mempertanyakan mengapa PKS masih mengurusi Deddy Mizwar padahal sudah punya calon sendiri di Pilkada Jabar, yaitu Sudrajt-Syaikhu. Netizen juga mempertanyakan sosok Hidayat Nur Wahid di mata Deddy Mizwar.
Bang @Deddy_Mizwar_ berikut Pakta Integritas, ya Abang tandatangani, yg pd point 3 jelas menyebutkn ttg komitmen Demiz unt gerakkan mesin Partai unt memenangkan Presiden/Wakil Peesiden yg diusung olh Partai Demokrat. Dokumen ini kami dapat dari 2 sumber yg sangat dekat dg Antum.
Demikian salah satu cuitan Hidayat Nur Wahid dengan ciri khas sebagai politikus PKS yang "berantum-antum" dalam menyapa lawan bicara. Hidayat Nur Wahid sebelumnya melempar tweet bahwa ada komitmen atau "kontrak politik" antara Deddy Mizwar dengan Partai Demokrat untuk memenangkan calon presiden di 2019 tadi.
"Ust HNW org yg baik..utk mengakhiri ini silakan beliau menunjukkan kontrak politik yg dimaksud via sosmed atau sambil ngopi hehe," demikian Deddy Mizwar menanggapi.
[irp posts="6843" name="Maaf, Deddy Mizwar Lebih Pas Calon Gubernur, Dedi Mulyadi Wakil Saja!"]
Untuk menskak-mat lawan bicaranya itu, Hidayat Nur Wahid kemudian mengeluarkan "kartu as" berupa unggahan "Pakta Integritas" Partai Demokrat yang memang ditandatanganani oleh Deddy Mizwar.
Bang @Deddy_Mizwar_ berikut Pakta Integritas, ya Abang tandatangani, yg pd point 3 jelas menyebutkn ttg komitmen Demiz unt gerakkan mesin Partai unt memenangkan Presiden/Wakil Peesiden yg diusung olh Partai Demokrat. Dokumen ini kami dapat dari 2 sumber yg sangat dekat dg Antum.
"Sekali lagi, kami hormati pilihan politik Bang Demiz. Sbgmn kami juga berterimwkasih, Bang Demiz pun hormati pilihan politik kami di PKS," kata Hidayat lagi.
Tidak mau dipojokkan, rupanya Deddy Mizwar masih menanggapi cuitan panjang Hidayat Nur Wahid;
"Hehe kalo dokumen itu yg dimaksud mk dosa apa yg sy lakukan pd PKS.bukankah Ustadz sbg kader PKS juga harus mendukung capres/cawapres yg diusung PKS?" cuitnya.
Deddy Mizwar yang dikonfirmasi sejumlah media mengatakan, dirinya sudah menerima keputusan PKS yang tidak lagi mendukungnya pada Pilkada Jabar 2018.
“Jadi klarifikasi ini bukan untuk menyudutkan ustaz dan PKS. Melainkan untuk mengakhiri kemarahan dan kebencian di netizen karena statement ustaz,” kata Deddy.
Hidayat pun membalas dengan cuitannya bahwa PKS sudah legowo dengan pilihan politik Deddy Mizwar;
"Itu hak Bang Demiz kan. Tapi ada jg yg tunggangi hal ini unt bikin judul yg sesat, sebarkan fitnah, kompori, unt pecahbelah ukhuwah kita. Sekalipun ttg difitnah mah, bagi kami sudah hafal&kenyang he he he. Hanupis Bang," balas Hidayat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews