Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) Komisi Pemberantasan Korupsi Dedie A Rachim mengundurkan diri pada Rabu, 27 Desember 2017 lalu. Pengunduran diri ini ihwal dirinya yang akan maju pada pemilihan wali kota Bogor 2018 medatang. Dedie dipinang Bima Arya Sugiarto untuk dijadikan wakilnya.
Tentu terjun ke dunia politik menjadi tantangan baru dan besar bagi Dedie. Pasalnya, ya, bedalah. Kalo di KPK kan ngurusin soal korupsi saja. Lah kalo terpilih jadi wakil wali kota nanti, tentu cakupan permasalahannya lebih luas dan tak sekadar soal korupsi.
So, biar lebih kenal Dedie lebih dekat, kamu harus tau perjalanan karirnya Dedie selama 12 tahun menjadi pegawai KPK.
For your information nih ya, Dedie yang merupakan alumni magister Administrasi Kebijakan Publik Universitas Indonesia ini sebelum bekerja di KPK, Ia bekerja di berbagai perusahaan swasta.
Lalu, pada tahun 2005 ia berhasil lolos dalam program Indonesia Memanggil I. Ia menjabat fungsional madya yang mengurusi promosi, kampanye, komunikasi media, dan pencegahan korupsi hingga tahun 2009.
Pada periode 2009-2015 Dedie menjadi Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas). Ia juga pernah menjabat sebagai pelaksana harian Deputi Bidang Pencegahan periode Maret-Juni 2015. Terakhir, Dedie menduduki jabatan Direktur PJKAKI sejak 2015 hingga 2017.
Juru bicara KPK Febri Diansyah sewaktu menjabat Direktur Dikyanmas, tugas Dedie banyak bersentuhan dengan masyarakat dan pemerintah. "Untuk membangun pendidikan antikorupsi dan menanamkan nilai integritas," ujarnya seperti dikutip dari Tempo.co.
Demi untuk meminimalkan konflik kepentingan dini dan memberikan contoh yang baik, Dedie mengundurkan diri lebih cepat, sejak Ia menerima pinangan Bima. Padahal, dalam undang-undang, pemberhentian bisa dilakukan sejak pasangan calon ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Februari 2018.
Kenapa Bima Arya, Wali Kota Bogor aktif itu memilih Dedie mendampinginya berlaga tahun depan?
Katanya sih dikutip dari media yang sama , ya, Bima melihat dan menilai sisi personal wakil yang digandengnya. Ia merasa perlunya sosok pemimpin dari kalangan profesional untuk bersama-sama melanjutkan penataan dan pembenahan Kota Bogor. Dan sosok itu ada pada diri Dedie.
"Saya tidak melihat latar belakang tadi, dikotomi antarpartai dan nonpartai, tapi lebih kepada sosok personal," kata Bima, Sabtu, 30 Desember 2017.
Selain itu, juga ada Bima ikatan persahabatan antara keluarganya dan keluarga Dedie. Ternyata, Kakek Bima dan kakek Dedie bersahabat. Bima juga beberapa kali mengundang Dedie dan memintanya memberikan materi ihwal reformasi birokrasi kepada jajaran Pemerintah Kota Bogor. Sehingga sosok dan personal Dedie sendiri sudah kenal baik oleh Bima.
[irp posts="5475" name="Begini Kisah Pemberantasan Korupsi di Indonesia Sebelum Ada KPK"]
Ada tiga kriteria yang dimiliki Dedie yang menurut Bima bisa melengkapi kemepimpinan dirinya nanti jika terpilih.
Pertama, Bima merasakan cinta Dedie terhadap Bogor. Hal itu tampak ketika Bima berinteraksi dengan pendampingnya itu untuk membahas perkembangan Bogor.
Kedua, sikap Dedie yang santun dan bersahaja. Sikap ini dinilai penting agar bisa diterima seluruh masyarakat Bogor.
Kriteria yang ketiga adalah berhubungan dengan kinerja Dedie. Dedie dinilai sebagai pekerja keras yang lurus, profesional, dan berintegritas. Dedie pun dianggap memahami betul permasalahan pemerintahan daerah karena kerap berinteraksi dengan pemerintah daerah.
Dedie bersedia mendampingi Bima karena menilai kader Partai Amanat Nasional itu adalah tokoh muda yang energetik, berani, dan berwawasan luas. Kepemimpinan Bima di Kota Bogor pun dinilai cukup berhasil di banyak bidang.
Sama-sama 'suka', pinangan itu langsung diterima Dedie. Dedie rela meninggalkan jabatannya sebagai Direktur PJKAKI KPK.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews