Anak-anak zaman kini mungkin sudah tidak mengenal kelompok penyanyi "2D" asal Bandung yang hanya terdiri dari dua penyanyi saja, kecuali mereka klik Youtube dan menikmatinya di sana. Tiga puluh tahun kemudian di Bandung lahir "2D" baru, tetapi bukan duet Deddy Dhukun dan Dian Pramana Putra, melainkan pasangan calon gubernur Jawa Barat dan wakilnya.
Pasangan itu adalah Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar. Pasangan "2D" ini berjodoh berkat Koalisi Sajajar yang digagas Partai Golkar dan Partai Demokrat dalam menghadapi Pilkada Jawa Barat 2018. "2D" mengagendakan untuk mendaftar ke KPU Jawa Barat pada 9 Januari 2018. Belum jelas siapa calon gubernur, siapa wakilnya.
Gabungan Golkar dan Demokrat yang menghasilkan "2D" memiliki jumlah kursi yang cukup untuk mendaftar ke KPU Jawa Barat, yaitu 29 kursi dengan rincian Golkar 17 kursi di DPRD Jawa Barat, sementara Demokrat 12 kursi.
Dari besaran kursi ini sebenarnya bisa ditebak siapa bakal calon gubernur dan siapa bakal calon wakil gubernur. Namun menurut Dedi, fokus koalisi yang dibangun bukan perkara bagi-bagi kekuasaan, melainkan tentang kesepahaman dalam membangun Jawa Barat. Dedi tidak menjelaskan makna "kesepahaman" yang dimaksudkannya.
[irp posts="6083" name="Dedi Mulyadi Kini Mulai Berani Melawan Ridwan Kamil"]
Bukan karena alasan "kamaruk" pula kalau Dedi Mulyadi mengaku masih terus membangun konsolidasi dan kemungkinan koalisi dengan partai lainnya yang masih "nganggur".
Sebagaimana diwartawakan sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar resmi mengeluarkan surat keputusan dukungan untuk Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai bakal calon gubernur atau wakil gubernur dalam ajang Pilkada Jabar 2018.
Perhatikan, Dedi Mulyadi yang saat didorong Golkar masih belum ditentukan apakah sebagai bakal calon gubernur atau wakil gubernur!
Dalam SK tersebut ditekankan pula bahwa Dedi diberikan mandat untuk mencari partai politik yang bisa diajak berkoalisi. Dalam koalisi tersebut, demikian SK menekankan, nama Dedi Mulyadi harus menjadi bakal calon gubernur atau wakil gubernur.
Menurut Nusron Wahid, tim pemenangan Golkar, penunjukkan Dedi Mulyadi sebagai bakal calon gubernur atau wakil gubernur Jawa Barat diharapkan mengakhiri polemik yang terjadi di DPD Golkar Jawa Barat.
Sebagaimana diketahui, mulanya Partai Golkar mengusung Ridwan Kamil sebagai bakal calon gubernur. Tapi Ridwan Kamil lalu "dilepeh" tanpa perasaan dengan alasan tidak bisa secepatnya menetapkan bakal calon gubernur yang disorong Golkar.
[irp posts="6470" name="Khofifah di “Ujung Tanduk”, Bisa Senasib dengan Ridwan Kamil"]
Sementara yang bikin Ridwan Kamil pusing tujuh keliling, saat dilepeh Golkar pun ia masih sulit menetapkan pasangannya karena partai-partai pendukung lainnya seperti PPP dan PKB masing-masing menyorongkan bakal calonnya. Di saat Golkar hengkang, tinggallah Ridwan Kamil merana sendirian. Itulah kejamnya politik. lebih kejam dari ibu tiri.
Dedi Mulyadi yang adalah Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu sigap bertekad sudah akan mulai melakukan langkah awal untuk mengembalikan citra Partai Golkar di Jawa Barat, antara lain mencetak poster, baliho dan medsos agar komunikasi publik memadai.
Dedi Mulyadi nyaris mati angin saat Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto memajukan Ridwan Kamil yang bukan kader partainya dengan alasan Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, memiliki elektabilitas tertinggi seng ada lawan di Jawa Barat.
Ketika kekuasaan Golkar jatuh ke tangan Airlangga Hartarto, jantung Dedi pun seperti berdegup kembali. Ia getol meminta Setya Novanto yang dirundung dan terlilit persoalan hukum agar segera lengser dan diganti Airlangga.
Boleh jadi sebagai tanda terima kasih dan pamrih, Airlangga mencabut dukungan terhadap Ridwa Kamil, tidak peduli apakah Dedi Mulyadi bisa "dijual" di Jawa Barat atau tidak.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews