“Jadwal buka lapak perpustakaannya gak tentu, sih,” kata Kang Ipul, pengelola Panti Baca Ceria. Panti Baca Ceria seminggu sekali menggelar lapak perpustakaan di Alun-Alun Kota Sumedang. “Kadang Sabtu sore, sering juga Minggu pagi. Pokoknya seminggu sekali. Tergantung bisanya saya...”
“Kalau kayak gitu ada yang nyariin, gak?” tanyaku. “Misalnya biasanya Minggu pagi trus tiba-tiba Kang Ipul buka pas Sabtu sore, gitu.”
“Ya ada aja sih. Kadang Kalo hari Minggu saya bangunnya kesiangan gitu udah ada yang nelpon, ‘buka gak nih?’” jawab Kang Ipul.
“Sebenernya, kita, anak muda yang melakukan kegiatan literasi dengan tujuan menyediakan fasilitas baca untuk masyarakat, harus bisa konsisten. Kalau emang mau buka lapak bacanya Minggu pagi ya usahakan setiap Minggu pagi bisa hadir. Kalau gak konsisten kasian masyarakatnya,” Kata Rifal, seorang relawan dari TBM Pohaci di Kabupaten Bandung.
“Dan konsistensi itu adalah masalah utama pada anak muda gak sih?” sahut Khusnul, relawan dari Perpustakaan Jalanan Atap Usang dari Kabupaten Bekasi.
**
Percakapan tadi adalah sepenggal obrolan yang terjadi ketika aku memandu diskusi tentang kegiatan literasi yang dilakukan oleh pegiat literasi muda. Tanggal 14 Desember 2017 lalu, aku mendapat kesempatan menjadi fasilitator acara Workshop Menulis Essay Bagi Pegiat Literasi yang diadakan di DISPUSIPDA Jawa Barat.
Dalam acara ini, dipaparkan materi Tips dan Trik Menulis Essay oleh Pak Nanang Supriatna, redaktur pelaksana Tabloid Mingguan Galura. Setelah itu peserta dibagi dalam kelompok untuk berlatih menulis dengan tema yang ditentukan. Aku menjadi fasilitator untuk tema tren anak muda dalam kegiatan literasi.
Dalam percakapan itu aku kemudian berfikir, “Iya juga yah?”
Walaupun sebenarnya konsisten itu bukan hanya masalah anak muda. Orang-orang dewasa juga ada yang tidak bisa konsisten.
Aku pernah bekerja sebagai penanggung jawab di sebuah klinik. Setiap akhir bulan, orang yang mengurus administrasi di klinik selalu lembur untuk membereskan laporan-laporannya. Beliau, sudah bukan lagi anak muda. Laporan-laporan itu sebenarnya bisa dikerjakan setiap hari dan akhir bulan tinggal direkap.
Aku mencoba memberi usul pada petugas administrasi itu untuk menyisihkan waktu 30 menit sebelum pulang untuk membuat laporan harian supaya tidak menjadi beban di akhir bulan. Pembuatan laporan harian itu hanya bertahan selama 1 minggu. Hari berikutnya, ada berjuta alasan ketika ditanya mengapa tidak membuat laporan harian. Dan pada akhir bulan, beliau kembali lembur untuk membuat laporan.
[irp posts="6688" name="Lebay Sebut Pesepakbola Yang Tuntut Ilmu sebagai Penghianat Bangsa"]
Saat sedang surfing di dunia maya, aku menemukan sebuah video menarik. Video ini adalah marshmallow test yang dilakukan oleh Dr. David Walsh. Marshmellow test atau marshmellow experiment adalah percobaan tentang delayed gratification atau menunda kepuasan dan self control atau kemampuan mengontrol diri sendiri yang pertama kali dilakukan oleh seorang psikolog bernama Walter Mischel.
Dalam percobaan ini, anak-anak berusia 4-5 tahun diajak ke sebuah ruangan dan diberi pilihan untuk mendapatkan sebuah marshmellow secara langsung atau mendapatkan 2 buah marshmellow jika mau menunggu selama waktu yang ditentukan (15-20 menit).
Reaksi anak-anak bermacam-macam. Ada yang langsung memakan marshmellow tersebut, ada yang menunggu beberapa menit namun kemudian memakan marshmellow tersebut, ada juga yang menunggu hingga waktu yang ditentukan sehingga berhasil mendapatkan 2 buah marshmellow. Dalam percobaan tersebut, Dr. Walsh ingin orang tua bisa mengatakan ‘tidak’ pada anaknya untuk membentuk perilaku self control dan delay gratification.
Kita sadar, dalam kehidupan nyata, imbalan saat bisa melakukan self control dengan baik bukan sekedar 2 buah marshmellow. Dalam konteks diskusi yang terselenggara di DISPUSIPDA Jawa Barat kemarin, self control pegiat literasi muda untuk bisa konsisten dalam menyediakan bahan bacaan untuk masyarakat harus betul dijaga. Yang secara langsung menikmati hasil dari konsistensi mereka bukanlah diri mereka sendiri.
Ngomong-ngomong, untuk diri sendiri apa saja resolusi yang sudah tercapai di tahun 2017? Dan apa resolusi tahun 2018?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews