Sejarah Catur Dunia (3): Abad XVIII, Stamma dan Philidor

Sabtu, 23 Desember 2017 | 07:20 WIB
0
653
Sejarah Catur Dunia (3): Abad XVIII, Stamma dan Philidor

Setelah itu pusat catur Eropa mulai bergeser ke arah utara, yaitu ke Perancis dan Inggris. Salah satu pecatur kuat pada abad XVIII adalah Philip Stamma. Stamma adalah seorang Syria yang bekerja untuk pemerintah Inggris sebagai penerjemah bahasa-bahasa Timur di kota London.

Pada tahun 1737 ia menerbitkan bukunya Essay sur le Jeu des Echecs di kota Paris, buku ini diterbitkan kembali dalam suatu edisi revisi dalam bahasa Inggris pada tahun 1745 dengan judul The Noble Games of Chess. Di dalam buku-buku inilah notasi aljabar untuk pertama kalinya dipergunakan.

Pada masa itu catur sering kali dimainkan di dalam kedai-kedai kopi, baik dengan sejumlah taruhan maupun tidak. Di London Stamma biasa bermain di kedai kopi Slaughter's Coffehouse. Di kedai kopi itu pulalah akhirnya muncul seseorang yang mampu mengalahkan Stamma.

Orang itu bernama François André Danican Philidor, seorang musisi asal Perancis. Philidor kemudian menulis sebuah buku dengan judul Analyse du Jeu des Echecs yang diterbitkan pada tahun 1748. Buku ini adalah salah satu buku catur yang paling banyak dicetak dalam sejarah catur.

Di dalam bukunya Philidor mencantumkan komentar yang mendalam untuk setiap langkah yang dimainkan sehingga para pembaca dapat mengikuti jalan pikiran para pemain, suatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain.

Hal yang lebih menarik lagi dalam diri Philidor adalah gaya permainannya. Philidor adalah orang pertama yang bermain dengan perencanaan dan analisis posisional.

Selain itu Philidor juga sangat memperhatikan permainan bidak, dengan ucapannya yang terkenal: "Bidak adalah jiwa permainan catur". Permainan posisional Philidor ini menjadi tonggak yang penting dalam perkembangan teori catur.

Sumbangan terhadap teori catur juga dilakukan oleh Giambattista Lolli, seorang Italia, yang pada tahun 1763 menulis sebuah buku yang antara lain membahas faktor mobilitas buah-buah catur.

Jadi sebenarnya Philidor melahirkan teori catur modern, namun sayangnya teori itu mengalami kelahiran yang prematur. Para pecatur lain di zaman itu belum dapat menerima teori Philidor, bagi mereka gaya permainan Philidor tidaklah menarik dan cenderung membosankan. Mereka menghormati Philidor terutama karena ia tak terkalahkan!

Setelah kematian Philidor gaya permainannya dilupakan orang dan permainan yang penuh dengan angin serangan serta spekulasi-spekulasi kembali merajalela. Teori catur harus menunggu satu abad lagi untuk suatu 'kelahiran kembali'.

Kini nama Philidor diabadikan dalam satu sistem pembukaan yang dianalisis olehnya, yaitu Pembelaan Philidor (1. e4 e5 2. Kf3 d6).

(BERSAMBUNG)

***

Tulisan sebelumnya:

http://pepnews.com/2017/12/16/sejarah-catur-dunia-2-perkembangan-di-spanyol-dan-italia/