Setelah sekian lama tertunda, pada akhirnya Pemprov DKI Jakarta melalui Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno mengemukakan penataan kawasan Pasar Tanah Abang. Sebagaimana telah banyak beredar bahwa konsep penataan terbagi menjadi 2 tahap yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Tahap jangka pendek dalam praktiknya Pemprov DKI Jakarta di antaranya akan melakukan rekayasa lalu lintas dengan menutup dua jalur yang ada di depan Stasiun Tanah Abang secara berkala pada pukul 08.00-18.00 dan mulai berlaku pada hari Jumat, 22 Desember 2017. Satu jalur akan digunakan untuk Pedagang Kaki Lima (PKL), dan satu jalur lagi digunakan untuk jalur bus Transjakarta berikut disediakannya enam shelter Transjakarta yang akan beroperasi dengan mengelilingi seluruh kawasan Pasar Tanah Abang.
Kemudian Pemprov DKI Jakarta akan melakukan pembenahan dengan menyediakan lahan baik bagi ojek pangkalan dan online berjarak 100 meter dari pintu keluar Stasiun Tanah Abang guna menaikkan dan menurunkan penumpang. Untuk mengakomodir hal tersebut Pemprov DKI Jakarta turut menggandeng pihak PT KAI agar menyediakan lahan sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk tahap jangka panjang, Pemprov DKI Jakarta berencana membuat Transit Oriented Development (TOD) atau membuat kawasan terpadu yang menyerupai Grand Bazaar Istanbul di Turki.
Sekilas dari pemaparan yang dikemukakan oleh Anies Baswedan nampak hebat dan masuk akal dengan upaya mensterilkan kawasan Pasar Tanah Abang dari hiruk pikuk kendaraan bermotor, menyediakan lahan berjualan bagi PKL, menyediakan lahan bagi ojek pangkalan dan online, sarana transportasi umum, dan menjadikan trotoar agar menjadi area nyaman bagi pejalan kaki.
Akan tetapi seperti kalimat mengatakan teori lebih mudah ketimbang praktiknya, Anies nampaknya berusaha mengalihkan inti permasalahan yang lain terjadi di sana dan tidak memperhatikan secara saksama seperti apa kondisi real kawasan Pasar Tanah Abang.
[irp posts="5264" name="Apa Solusi Jitu Anies Perkara Pasar Tanah Abang Yang Mulai Semrawut?"]
Sebagaimana isi pemaparan, Anies tidak sekalipun membahas prihal bagaimana penyelesaian prihal pungli baik oknum aparat maupun preman dan tindak kejahatan yang terjadi di kawasan Pasar Tanah Abang. Konteks yang Anies ingin tekankan hanya sekedar "konsep penataan bukan penertiban" sebagai idiom-nya. Anies seolah memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang peduli kepada PKL tetapi bersamaan dengan itu ia juga tak acuh akan bentuk penindasan yang terjadi kepada warganya.
Kemudian isi pemaparan seperti tidak memperhatikan kondisi real di lokasi dan dampak atau imbas berlakunya kebijakan baru, sebagaimana kita ketahui bersama kawasan Pasar Tanah Abang bukan hanya sebagai sentral dari kegiatan ekonomi tetapi juga bagian atau jalur hilir mudik kendaraan bermotor. Dengan adanya rekayasa lalu lintas di kawasan tersebut maka sudah dapat dipastikan akan menimbulkan titik-titik kemacetan di lokasi lainnya.
Sedangkan konsep awal yang ingin diciptakan pada era Ahok-Djarot yaitu penertiban PKL agar kawasan tersebut aman dan nyaman bagi siapapun yang berinteraksi di sana tanpa adanya perombakan yang sedemikian rupa.
Lalu konsep Transit Oriented Development menyerupai Grand Bazaar Istanbul di Turki, apakah ini sebagai sebuah lelucon untuk menghibur warga Jakarta? Secara gamblang TOD sebelum diterapkan harus terlebih dahulu mencakup syarat-syarat yang dibutuhkan yaitu area pedestrian dan bisnis yang cukup besar dibarengi sarana transportasi umum memadai serta meminimalisir mobilisasi kendaraan bermotor.
Memaksakan TOD di kawasan Pasar Tanah Abang tentu akan sulit untuk direalisasikan mengingat kawasan tersebut sudah menjadi satu kesatuan atau rangkaian yang tidak mungkin diputus sebagai destinasi masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
[irp posts="4819" name="Pasar Tanah Abang Tertib Lagi, Itu Mimpi di Siang Bolong"]
Kalau Anies benar-benar mau menerapkan TOD maka mau tidak mau lakukan secara menyeluruh dan jangan setengah-setengah. Hanya saja area Tanah Abang tersebut sangat luas, pertanyaannya apakah Anies mampu? Menjadikan kawasan Pasar Tanah Abang yang sudah mengadaptasikan perniagaan modern agar menyerupai Grand Bazaar ibarat mimpi di siang bolong.
Pemaparan prihal penataan kawasan Pasar Tanah Abang seolah memperlihatkan kualitas Anies Baswedan yang cakap sebagai konseptor atau orang yang mencetuskan ide atau gagasan, akan tetapi tidak memperlihatkan sosok pemimpin yang tegas, cermat, berkomitmen, dan mampu memberikan solusi yang tepat.
Sebagaimana ia harus mempersiapkan begitu banyak hal untuk mengakomodir ide-idenya tetapi ia tidak mampu mengayomi warganya agar tertib dan patuh kepada peraturan. Apakah ide yang digagas oleh Anies akan berhasil, hanya waktu yang dapat menjawabnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews