Palestina Tetap Menyatakan Jerusalem Timur Ibukota

Jumat, 22 Desember 2017 | 04:23 WIB
0
1186
Palestina Tetap Menyatakan Jerusalem Timur Ibukota

Inilah peta Palestina tahun 1947. Peta ini dikirim Sekretaris Letjen TNI (Purn) Rais Abin, Dian Noviarsih Sudarsono dari National Geographic tahun 1947. Sesudanya Agency Yahudi, pada 14 Mei 1948, memproklamirkan kemerdekaannya di wilayah Palestina dengan menyebut negara yang didirikan itu sebagai Israel.

Sehari kemudian, lima negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon dan Irak menyerang Israel. Meski yang diserang Israel, negara Arab menganggap bahwa negara Sekutu pemenang Perang Dunia II, terutama Amerika Serikat (AS) bertindak tidak adil kepada mereka.

Coba lihat peta di atas. Tahun 1947, tidak ada negara Yahudi di wilayah Palestina. Tetapi pada tahun itu, yang perlu dicatat, badan dunia Liga Bangsa-Bangsa (LBB) berganti dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

[irp posts="5812" name="Status Jerusalem: Donald Trump Sedang Membuat Ribuan “Hot Spot”"]

Menurut saya, sedikit agak aneh. Apakah pergantian nama dari LBB yang dianggap gagal melaksanakan tugasnya dan diganti dengan PBB sebuah strategi yang telah diperhitungkan sebelumnya, karena dengan cepat PBB mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan No. 181, tanggal 29 November 1947. Intinya wilayah Palestina yang luas itu, sebagaimana peta di atas dipecah menjadi tiga bagian.

Kaum Yahudi mendapat 56 persen dari seluruh wilayah Palestina, meskipun 30 persen dari seluruh penduduk  di wilayah itu. Arab Palestina yang mendiami tanah Palestina sebagaimana peta di atas, seharusnya jika terpaksa berbagi harus mendapatkan 56 persen, bukan 42 persen.Dua persen yang semula memang menjadi wilayah Palestina itu, yaitu kota tua Jerusalem, menurut resolusi itu masuk pengawasan internasional.

Dua persen wilayah itu menurut saya bolehlah dipertimbangkan, karena di Jerusalem ada pusat agama Islam, Kristen dan Yahudi. Tetapi kejanggalannya pihak Israel terus mencaplok wilayah Palestina.

Tentara Israel bebas berlalu lalang di wilayah dua persen itu. Jika memang masuk wilayah pengawasan internasional, sebaiknya sejak awal pasukan penjaga perdamaian PBB sejak awal harus hadir di wilayah dua persen itu, bukannya di Masjid Al-Aqsa yang terlihat hanya pasukan Israel.

Cara Israel meluaskan wilayahnya adalah dengan mendirikan pemukiman baru di Jalur Gaza dan baru-baru ini juga melebar ke Tepi Barat. Inilah cara Israel memperluas wilayahnya dengan mencaplok tanah milik warga Palestina. Sekarang wilayah Palestina itu di google semakin lama semakin lenyap. Peta Palestina di atas, sepertinya hanya akan menjadi sebuah kenangan.

[irp posts="6140" name="Selain Ikhtiar Diplomasi, Indonesia Bantu Palestina dengan Berdoa"]

Kembali ke masalah perang antara Arab-Israel bukan hanya terjadi pada tahun 1947 itu saja.Berkali-kali terjadi perang, akan tetapi Israel selalu menang melawan pasukan Arab. Dalam Perang Enam Hari, Israel ber hasil mengambil alih wilayah Arab. Hanya Mesir yang berhasil memperoleh wilayahnya dicaplok Israel, yaitu melalui Perjanjian Camp David.

Perkembangan terakhir, Presiden AS Donald Trump telah memproklamirkan Jerusalem sebagai ibukota Israel. Hal ini akan kembali menyulut pertikaian di wilayah Palestina, baik di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Di manakah PBB berdiri? Selama iuran terbesar untuk PBB masih berasal dari AS dan AS pun memiliki hak veto di samping empat negara lain, Rusia, Perancis, Inggeris dan Republik Rakyat China, kita harus mengatakan "tunggu dan lihat."

***