Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kita merindukan sosok "ceplas-ceplos" dan kadang kontroversial ini, sekian puluh tahun Jakarta sejak ditinggal Bang Ali seolah tenang dan damai ditangan penerusnya, ternyata damainya karena pinter bagi-baginya, semua kebagian kerja dan hasil siluman lainnya.
Sejak Jokowi dan Ahok memasuki Jakarta, menjadi Gubernur, transparansi biaya dilakukan, APBD diterang benderangkan, rapat disiarkan, kerja dijalankan. Jakarta menjadi Ibu kota yang sebenarnya, bukan ecek-ecek, becek dan bengek.
Sayang umurnya tak lama hanya karena mereka tak suka kepada orang yang tak seagama, jujur mengatur uang negara agar tidak lagi di mangsa. Itulah masalahnya, sehingga hasil kerja yang nyaris sempurna dianggap tak ada, bahkan yang baikpun dicari-cari kejelekannya agar bisa di cela.
[irp posts="5929" name="Retorika Anies-Sandiaga Bikin Jakarta Kian Terisolir"]
Sekarang kita menganga melihat Gubernur penggantinya yang terus salah gaya, dan tak bisa kerja, kelihatan banget mau bagi-bagi duitnya, membetulkan kolam saja begitu mahalnya, dana hibah salah alamat, mengangkat pembantu melebihi menteri negara, gajinya besar tak berdasar, sayang uang KJP dipenggal daging pun sulit dibeli untuk menambah gizi anak-anak negeri karena subsidi dialihkan kepada tim untuk balas budi.
Benar kata kawan-kawan, Anies dan Sandi itu apes, mereka meneruskan kerja Gubernur yang digdaya. Coba kalau meneruskan bekas Gubernur yang malas pastilah mereka aman dan bisa tidur pulas.
Sekarang mereka duduk dikursi panas. Kebiasaan Ahok kerja cepat dan tepat sasaran jadi bandingan. Tidak usah kebijakan, Tanah Abang saja sudah membuat perbedaan bagaimana mereka tidak bisa mengatur pedagang kaki 5 yang membuat jalanan porak poranda. Gubernur tak berdaya dan tak bisa, malah ngomongnya ke mana-mana.
Oh Jakarta, andai saja engkau bisa bicara, pastilah engkau memilih kembali menjadi Batavia daripada diurus orang gila kuasa tapi tak bisa kerja. Atau ibarat ruang kelas matematika diajar guru bahasa, angkanya ke mana-mana, dijawab sekenanya.
[irp posts="5616" name="Lain Sandiaga Lain Ahok, Unggah Video Rapim di Youtube pun Dihentikan"]
Kini masyarakat Jakarta jadi pengap, dan megap-megap. Inilah risiko memilih orang yang gagap hasilnya cuma mangap, pengusungnya alap-alap yang targetnya kekuasaan dan membuat Indonesia jadi tontonan karena kita dianggap menelan ketololan gara-gara memilih pengembik daripada petarung.
Jakarta itu beranda Indonesia, bukan kandang kuda, sehingga perlu dijaga bukan dicoba-coba. Jadi kalau tak bisa kerja mundur saja daripada terus dicela. Kalau kelas menjangan jangan ikuti jejak harimau, selain kelihatan kerdil Anda tak kan bisa sama karena memang belangnya berbeda.
Jakarta darurat pemimpin.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews