Dikutip melalui portal berita Kompas.com bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar acara soft launching program "one karcis one trip" (OK Otrip) hari ini, Kamis 14 Desember 2017. Acara digelar di pendopo Balai Kota DKI Jakarta. Program diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Selain meluncurkan program ini, dilakukan juga simulasi program Ok Otrip.
Secara sistematis program OK Otrip bertujuan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pengguna transportasi umum. Dengan sistem terintegrasi, pemilik kartu OK Trip hanya dikenakan satu kali pembayaran sebesar Rp5.000 satu tujuan perjalanan sekalipun dengan bergonta-ganti moda dari angkutan kota, Kopaja, dan Transjakarta.
Dengan program OK Otrip ini, pelanggan membayar secara non-tunai untuk sebuah perjalanan dengan menggunakan sejumlah moda transportasi massal angkutan jalan dalam durasi maksimal tiga jam perjalanan.
Sebelum disosialisasikan kepada publik, program "one karcis one trip" akan terlebih dahulu dilakukan uji coba selama tiga bulan terhitung mulai pertengahan Januari 2018 hingga April 2018 di beberapa kawasan Jakarta antara lain, kawasan Jelambar Jakarta Barat, Duren Sawit Jakarta Timur, Warakas Jakarta Utara dan Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Jika ditelaah maka program OK Otrip ini merupakan salah satu wujud akan realisasi janji kampanye Anies-Sandiaga, namun perlu diingat bahwa program ini belum sepenuhnya berjalan. Ada beberapa hal yang masih perlu dikaji jikalau hanya sekedar menawarkan efisiensi dari sisi biaya semata.
[irp posts="5929" name="Retorika Anies-Sandiaga Bikin Jakarta Kian Terisolir"]
Sejenak apabila berpikir akan permasalahan transportasi di Jakarta yaitu kemacetan di mana salah satu penyebabnya dikarenakan keengganan para pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum. Lalu pertanyaannya apakah efisiensi biaya yang ditawarkan oleh program Ok Otrip ini mampu atau berdampak kepada beralihnya pengguna kendaraan pribadi kepada transportasi umum?
Bilamana tidak, maka program Ok Otrip ini hanyalah sekedar sebuah perombakan atau penyederhanaan kepada sistem transportasi yang ada di Jakarta. Alangkah ambisius apabila program ini mengharuskan pengguna transportasi umum memiliki kartu Ok Otrip, bukannya disertakan pula efisiensi pembayaran dengan cukup menggunakan kartu TransJakarta atau kartu prabayar multifungsi (e-money).
Kemudian apakah program Ok Otrip ini turut pula menyertakan perbaikan kualitas dari transportasi umum tersebut?
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kualitas transportasi umum di Jakarta tidak hanya secara kuantitas minim (tidak mampu mengakomodir jumlah populasi yang berinteraksi di Jakarta) tetapi secara kualitas pun mengkhawatirkan. Baik aspek kenyamanan, keamanan, maupun keselamatan penumpang seolah terabaikan. Faktor-faktor itulah yang menjadikan transportasi umum sebagai opsi akhir bagi mereka yang memiliki kendaraan pribadi.
Beruntung hadirnya inovasi transportasi online menjadikan mimpi buruk pengguna transportasi umum sedikit berkurang dan diapresiasi lebih oleh masyarakat sebagai solusi dari permasalahan minimnya kualitas transportasi umum Jakarta yang urung usai.
Lalu pertanyaannya, apakah program Ok Otrip ini ke depannya akan mengakomodir perbaikan kualitas dari transportasi umum pendukungnya dan akankah dari segi pelayanan dapat bersaing dengan transportasi online?
Dan yang terakhir, apakah program Ok Otrip ini dapat memperbaiki kualitas hidup dari supir-supir angkutan umum serta memperbaiki attitude mereka dalam berlalu lintas?
Inilah salah satu dari sekian tantangan terbesar dari program Ok Otrip. Bagi supir-supir transportasi umum yang ikutserta atau tidak dalam program Ok Otrip, dasar ekonomi menjadi buah pemikiran mengingat sebelumnya mereka terikat oleh sistem setoran kepada pemilik dan mengapa menyebabkan mereka harus berlomba-lomba mencari penumpang tanpa mengindahkan aturan lalu lintas untuk memenuhi tanggungjawab (setoran) sebagai supir dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
[irp posts="5093" name="Menelaah Ambisi Terpendam Anies Baswedan pada Pilpres 2019"]
Apabila program Ok Otrip hanya berfokus pada kesejahteraan para supir transportasi umum namun tidak mampu memprakarsai perubahan attitude supir agar patuh kepada peraturan, maka jangan mengherankan bilamana program ini akan dinilai gagal.
Integrasi transportasi tanpa dibarengi perbaikan kualitas baik sarana prasarana tanpa mengikutsertakan perbaikan kualitas manusianya maka menyebabkan ketimpangan. Fokus program di mana ditujukan untuk memberikan solusi tidak akan terpenuhi dikarenakan menyisakan permasalahan yang mendasar.
Semoga saja program Ok Otrip ini bukan sekedar proyek ambisius Anies Baswedan dan Sandiaga Uno untuk memenuhi janji kampanye semata tanpa mengindahkan apa permasalahan utama sebenarnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews