Terkait Ketua DPR Yang Baru, Ini Kata Fahri Hamzah

Jumat, 15 Desember 2017 | 04:20 WIB
0
376
Terkait Ketua DPR Yang Baru, Ini Kata Fahri Hamzah

Kosongnya jabatan Ketua DPR RI setelah Setya Novanto resmi menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi beberapa waktu lalu tentu membuat lembaga negara ini diincar oleh banyak politikus. Jabatan tinggi DPR akan diperebutkan dengan berbagai manuver untuk menduduki kursi panas tersebut.

Olehnya, tentu semua masyarakat Indonesia berharap siapapun ketua DPR yang terpilih ke depan harus memiliki integritas tinggi terhadap negara dan masyarakat. Selain itu, kriteria ketua DPR yang baru juga diharapkan bersih dari praktik korupsi dan bersih dari cacatan buruk.

Oleh karena itu, memasuki awal sidang pada 9 Januari 2018 mendatang, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah berharap Ketua DPR RI pengganti Setya Novanto sudah ditentukan sebelum tanggal tersebut. Sebab, ketuaa DPR RI yang baru itu akan dijadwalkan memberikan sambutannya pada pembukaan masa sidang.

"Mudah-mudahan, kalau bisa ada pelantikan langsung tanggal 9 Januari. Begitu masuk, kami langsung bisa menyelenggarakan pelantikan pada hari pertama sehingga ketua yang dilantiklah nanti yang menyelenggarakan pidato pembukaan," kata Fahri seperti dikutip Kompas.com di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis 14 Desember 2017.

[irp posts="3622" name="Fahri Hamzah dan Pesta Pernikahan Kahiyang-Bobby Yang Mewah"]

Fahri mengatakan, dirinya tak mempermasalahkan siapapun ketua DPR yang nanti akan menggantikan Novanto sesuai yang ditunjuk Fraksi Partai Golkar. Menurut dia, siapa saja yang nantinya terpilih akan diproses.

Sebelumnya, mantan Ketua DPR Setya Novanto telah memainkan perannya sebagai Ketua Partai Golkar dengan mengirimkan surat sakti kepada Fraksi Golkar terkait pengunduran dirinya dan menunjuk Aziz Syamsuddin sebagai pengganti dirinya. Namun, surat sakti yang turut ditandatangani Plt Idrus Marham tersebut ditolak dengan tegas oleh 50 anggota Fraksi Golkar.

Ke-50 anggota Fraksi tersebut akhirnya menggalang tanda tangan penolakan terhadap penunjukkan itu. Sebab, penunjukan Aziz tak sesuai dengan prosedur AD/ART Partai Golkar.

Saat ini, Partai pohon beringin itu masih diberikan waktu untuk memutuskan siapa yang akan dikirim ke DPR. Keputusan tersebut kabarnya menunggu terlaksananya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang akan digelar pada 19-20 Desember 2017, sekaligus pengukuhan Airlangga Hartarto menggantikan Novanto.

Adapun pengukuhan tersebut mengacu pada keputusan penetapan Airlangga sebagai ketum diambil pada rapat pleno DPP Golkar, Rabu 13 Desember 2017 malam. Nama Airlangga mendadak naik setelah direkomendasikan oleh Presiden Joko Widodo yang memberikan restu untuk dirinya.

Airlangga didukung

Sementara, sebuah survei yang dilaksanakan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 1-4 November lalu menunjukkan penunjukkan Airlangga Hartarto sejalan dengan keinginan akar rumput para pemilih Golkar. Survei tersebut mengajukan pertanyaan kepada responden terkait pilihan mereka pada partai mana jika pemilu legislatif dilaksanakan hari ini.

Dari pertanyaan itu, 11,6 persen suara memilih Partai Golkar. Lalu, survei mengajukan pertanyaan lainnya siapa kira-kira yang akan mereka dukung sebagai Ketum Golkar. "Hasilnya, Airlangga mendapatkan hasil tertinggi dengan 51,6 persen," kata peneliti LSI Ardian Sopa, saat merilis hasil surveinya, Kamis tadi.

[irp posts="5893" name="Airlangga Hartarto, Ketua Umum Baru Partai Golkar!"]

Tak sampai di situ. Pemilih juga ada yang memilih nama lain meski tak signifikan. Idrus Marham misalnya, mendapatkan 16,3 persen disusul Titiek Soeharto 9,7 persen kemudian Aziz yang hanya dipilih 8,3 persen. Terakhir adalah Bambang Soesatyo 7,2 persen.

Dari hasil tersebut, kata Ardian, nama Airlangga didukung oleh masyarakat pemilih Golkar lantaran disebut-sebut bukan bagian dari partisan Setya Novanto, yang terjerat kasus korupsi dan bisa membawa perubahan di tubuh partai beringin itu.

"Publik luas membutuhkan Golkar yang bersih, memutus diri dari riwayat yang melilit, yang membuat partai Golkar terseok," ucap Ardian.

Survei itu dilakukan LSI secara nasional dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan 1.200 responden. Adapun metode yang digunakan kali ini adalah multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 2,9 persen.

***