Setelah Rapat OKI kemarin, fixed Saudi, Mesir, Bahrain, Emirat, gak datang kepala negaranya.
Kenapa gak mau datang? Karena takut hubungan mereka dengan Israel terganggu, secara gak langsung, pilih Yahudi atau pilih Erdogan, dan mereka memilih Yahudi.
Hari ini Palestina sedang menghadapi tekanan Saudi agar Palestina mau menerima keputusan Trump, masalah ini sedang diurus oleh lawyer nya Emirat.
Tentang Uni Eropa yang menolak keputusan Trump dan meminta Jerusalem sebagai ibukota Israel - Palestina, ini sesungguhnya aksi yang bahaya dan menyesatkan.
[irp posts="5812" name="Status Jerusalem: Donald Trump Sedang Membuat Ribuan “Hot Spot”"]
Hari ini Perancis dan Belgia mewacanakan akan membuka kantor perwakilan di Jerusalem, ini sangat bahaya.
Alhamdulillah Turki-Lebanon sudah bergerak ke arah sana dan mau membuka kantor perwakilan mereka di sana juga, ini yang benar dan tepat, karena mereka adalah negara anggota OKI, semoga negara OKI lain ikut segera nyusul, termasuk Indonesia.
Diperlukan langkah nyata buat menghadang langkah Trump dan Israel ini, semoga semua anggota OKI kompak dan solid. Jangan sampai keduluan Uni Eropa, karena Uni Eropa gak tulus dan mereka secara de facto adalah sekolam dengan zionis juga.
Kepala kebijakan luar negeri uni Eropa semuanya pro zionis, mulai kepala yang dulu Javier Solana sampai kepalanya yang sekarang Ibu Federica Mogherini.
Walaupun negara OKI harus nyewa satu petak kantor di Jerusalem, maka itu lebih baik daripada satu gedung mewah perwakilan Uni Eropa, umat jangan dangkal dan terkecoh.
Erdogan-Raja Muhammad Maroko-Tunisia- Hamas-Ikhwan sedang bahu membahu menentang aksi menyesatkan Uni Eropa tersebut, semoga Jokowi segera siuman dan ambil langkah lebih konkret.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews