Panglima Hadi. Ke depan nama itu akan terbiasa di telinga pendengar. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menggantikan Panglima TNI Panglima Gatot Nurmantyo.
Paskapelantikannya, Panglima Hadi mengajak awak media berziarah ke makam Jenedral Besar Soedirman. Tentu saja banyak yang mau. Siapa juga yang menolak diajak Panglima.
Nah, saat di atas langit nan indah. Marsekal Hadi mengajak awak media menyeduh dan minum kopi bersama. Aduh indahnya pemandangan itu. Sangat humanis. Seorang militer dengan kesan sahabat media.
Terlihat dalam vidio berita, Marsekal Hadi mengajarkan bagaimana menyeduh kopi yang baik. Ini Marsekal atau tukang kopi sih? Becanda. Kemampuan meracik kopi menandakam Marsekal Hadi seorang penikmat kopi.
Sepertinya Marsekal Hadi paham betul cara menyelesaikan masalah TNI ke depan. Masalah tidak akan selesai dengan jalur otot. Kecuali perang, maka nyawa pun dikorbankan demi NKRI. Tapi kalau masalah beda paham dan pendapat. Tidak harus main kasar. Ngopi-ngopi dululah, gaya aktivis menyelesaikan masalah.
Diplomasi Kopi bukan hal baru. Kata ini muncul sebagai kode atau sandi. Diplomasi kopi adalah kata yang lahir sebagai jalan mencari solusi masalah. Saat dua pihak berseteru. Maka duduk sembari ngopi adalah jalan terbaik. Memang pinter nih Marsekal Hadi. Ngopi dulu bareng media. Nanti-nanti panggung terbuka dengan mudah.
Selain itu, diplomasi kopi memang cocok sebagai media kampanye TNI. Terlebih menghadapi tahun politik. Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Marsekal Hadi sudah berjanji "TNI Netral" katanya saat diwawancarai di atas langit di dalam pesawat Hercules.
Jadi, Marsekal Hadi sudah memberikan kode perintah kepada semua Dandim se-Indonesia. Para komandan Kodim wajib mendahulukan diplomasi kopi. Demi menjaga kenetralan TNI.
Apa hubungannya kopi dengan netralitas?
Ada dong. Bila Kodim-kodim membangun diplomasi kopi serentak, maka akan ada ruang bagi Dandim ngopi bareng awak media, pemantau pemilu dan aktivis. Dengan begitu, Dandim akan mengetahui bagaimana cara mengamankan pemilu. Tujuannya demi memupus kekhawatiran masalah pemilu serentak pertama 2019.
Marsekal Hadi terlihat memberikan makna pada diplomasi kopi. Bahwa, para komandan Kodim sewajarnya dekat dengan berita dan informasi. Juga saling bertukar pikiran. Jadi, jika ada masalah, langsung kelar tanpa harus main kasar.
Ya, banyak rakyat Indonesia yang masih takut dengan militer. Tampang seram. Apalagi kalau tersinggung. Bogem mentah bakal mendarat ke tubuh rakyat. Tidak sedikit kisah rakyat kena hantam prajurit. Meskipun banyak juga prajurit yang baik hati, tidak sombong dan ganteng.
Tapi, bila tampang seram ditujukan kepada semua pihak, kan engga enak juga. Ya paham tempat jugalah. Toh rakyat tu bangga kepada TNI. Kalau ada anak gadis di rumah, lalu ada prajurit yang melamar, dipertimbangkan untuk langsung diterima jadi mantu. Begitulah bangganya rakyat kepada TNI.
Sehingga tidak perlu ada lagi seram-seraman di lapangan. Bila muncul masalah, ngopi dululah. Jangan serius-serius kali. Toh, masalah bisa diselesaikan. Kerja tetap dilaksanakan. Dan pemilu akan kelar juga. Yang terpenting, bagaimana rakyat bisa ngopi bareng Marsekal Hadi. Kalau ada waktu, boleh juga tuh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews