Acara ILC yang lalu menyisakan banyak komentar. Ada yang mengatakan Denny dan Abu dimakan Felix, dikunyah Egi, dikuliti si kembar koar F2. Substansinya bukan masalah Denny dihabisi Abu dilumat. Inti dari debat tak hebat itu adalah keterkuakan kelompok pembawa konsep pemerintahan ilegal ini makin " bengal " dan nyata-nyata mau jadi begal Pancasila.
Setelah Perppu yang lalu diketok dan membuat partai pemihak mencak-mencak menolak dan terus memihak pembubaran HTI dan para kroni pembenci Pancasila kita akhirnya tau siapa mereka. Mereka sudah memberi pelajaran berharga buat kita bagaimana Jakarta mereka koyak dengan luka menganga, agama dijadikan kayak bola, ditendang ke sana ke mari dicemari.
[irp posts="4659" name="Kuliah 17 Menit dari Profesor Mahfud MD"]
Pembiaran panjang tumbuhkembangnya kaum radikal ini sebuah kesalahan fatal, disuburkan oleh sebuah pemerintahan yang cuma suka penampilan tak menghasilkan, 10 tahun waktu yang efektif untuk mereka menjelma dari kepompong ke wujud yang membahayakan sebuah negara.
Saya katakan terus terang kita ketiban sial memilih pemimpin yang kulit luarnya mempesona isinya tak ada apa-apa. Jokowi setengah mati bongkar sana sini memperbaiki di tengah hujatan dan caci maki, sampai PKI yang sudah matipun dikatakan hidup kembali, sebuah grand design perebutan kekuasaan dengan jalan model begal jalanan, jangan ditanya moral, kita bisa kesal, karena memang mereka kuatnya pada oral, dan brutal.
Felix, yang maaf Islam karbitan yang tiba-tiba nongol bermodal 15 kali ke Turki, dengan berapi-api bisa mengecilkan para kyai dan mengangkangi Ibu Pertiwi, negeri yang direbut dengan nyawa dan darah, tiba-tiba ada tukang kuetiaw entah datang dari mana mau mengganti Pancasila, ini celaka dua belas namanya.
Apa Felix salah? Belum tentu, karena sejatinya dia juga dijadikan alat propaganda pengintai kekuasaan yang haus tidak ketulungan, tak usahlah malu-malu menampakkan muka gestur Gerindra dan PKS ini kan sudah kebaca, mereka pembela para kumpulan penista pemerintah yang sah dengan cara menggoyang kestabilan pembangunan dengan memakai kelas Felix dan sejenisnya, menolak Perppu dan membela sebuah rencana menolak Pancasila.
Saya sudah katakan siapa saja boleh memimpin Indonesia kalau dia pantas memimpin dan degan cara yang baik untuk mengejakulasikan jadi pemimpin, janganlah dengan cara-cara kotor tak bermoral yang bisa memecahbelah bangsa, apalagi memakai isu agama, parahnya mau mengganti Pancasila. Mereka lupa Indonesia ini bukan rumah kaca yang isinya mainan belaka, Indonesia ini sebuah negara dengan 250 juta manusia, masaklah mau dijadikan proyek uji coba.
[irp posts="3539" name="Hanya Ustad" Felix Siauw Pesaing Berat Prabowo Saat Ini"]
Debat murahan yang ditayangkan TV murahan juga, menampilkan kelas narasumber pembuat onar, apa ini yang kita mau dengar, untung saja ada Pak Machfud yang mumpuni menjelaskan Khilafah dan sebagainya, kalau tidak kita bisa makan soto rasa karedok.
[caption id="attachment_5628" align="alignleft" width="500"] Mahfud MD (Foto: Fakta.news)[/caption]
Khilafah klir bagai saya, jangan coba-coba mau mengganti Pancasila, kemulut buayapun kami kejar kalian, karena negara ini direbut dengan nyawa dan darah pahlawan yang militan, bukan kelas jidat hitam dengan hati pendendam gara-gara kalah Pemilu karena sujud duluan ternyata dibatalkan.
Kelompok ulama karbitan ini kok belakangan kayak jamur di musim hujan, sekolah di mana, kualitasnya entah apa, tiba-tiba nongol saja, ada kelas tomat, kelas kuetiaw, dan seterusnya. Umat ini kayak nonton sirkus jumpalitan, yang lebih heran wadah sakral ulamanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) jadi kayak banci, tanggung jawab moralnya seakan sirna, apa karena kebanyakan fatwa atau karena memang sudah tak ada gunanya.
Ngapain ada MUI kalau wadah ulama ini membiarkan para pemabuk agama ini bisa teriak di mana-mana membawa nama Islam. Begitu cepatnya saat pidato Ahok diedit langsung sekalian dibuatkan fatwa, lha ini berbulan-bulan kelompok BOTOL kepala kecil ini menghujat negara, pemerintah, dan agamanya sendiri, melenggang seolah malah dibiarkan.
Tapi ya memang susah dibilang, wong Zulkarnaen yang anggota MUI saja mulutnya menjadi mesin caci maki masih dipiara, gimana kita berharap yang lain bisa dikelola. Saya sebagai Muslimpun jujur malunya sampai kencing di celana, agama pembawa kedamaian ini menjelma menjadi buas di Indonesia gara-gara segelintir manusia penista ini, menjadi momok pemeluk agama lain, bahkan kepada saudaranya sendiri berkelahi, mencaci maki, tidak mau kepada Jokowi, tapi tetap jadi pegawai negeri, banci lu ndro.
Egi dan Anies jadi Jurkam Pilgub Jabar, ketebak apa isinya. Mereka bukan mau selfie dan salaman kondangan, mereka ujung tombak strategi.
Bangun, Ndro, bangun!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews