Donald Trump Cemas atas Bersatunya Fatah dan Hamas

Sabtu, 9 Desember 2017 | 17:28 WIB
0
366
Donald Trump Cemas atas Bersatunya Fatah dan Hamas

Foto dari Republika ini menggambarkan betapa kedua pemimpin Palestina ini, baik dari Fatah dan Hamas tersenyum gembira setelah delegasi dua faksi Palestina itu mencapai beberapa kesepaktan dalam perundingan di Kairo, ibukota Mesir pada bulan Oktober 2017. Kesepakatan itu direalisasikan pada 1 Desember 2017.

Boleh jadi senyuman itu berubah menjadi kemarahan terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump karena menjelang diberlakukannya kesepakatan kedua kelompok organisasi Palestina itu, Trump di awal Desember 2017 mengumumkan keputusannya untuk menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Israel.

Memang secara langsung bersatunya kedua faksi organisasi Palestina itu adalah urusan Palestina dan kebijakan Trump adalah urusan dalam negeri negara adidaya itu. Tetapi karena sikap Trump ini bersinggungan dengan Jerusalem, maka berdampak kepada kedua organisasi Palestina yang baru saja ingin melaksanakan kesepakatan yang dicapai mereka di Mesir tersebut.

[irp posts="5376" name="Inilah Pidato 11 Menit Donald Trump Yang Bangkitkan Amarah Dunia!"]

Pengumuman Trump ini membuat situasi  dunia kembali menjadi panas. Lihatlah aksi unjuk rasa di berbagai negara, juga di Indonesia. Menteri Luar Negeri Indonesia mengajukan sikap Indonesia kepada Duta Besar AS di Jakarta. Sejalan dengan sikap Indonesia yang telah disampaikan sebelumnya oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Indonesia menentang keras keputusan AS menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Israel.

Menurut Jokowi, ia sudah menyatakan akan datang menghadiri pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) pertengahan Desember 2017 ini di Turki. "Saya sendiri yang akan hadir di sana, " ujarnya bersemangat.

OKI terbentuk setelah Perang Enam Hari antara pasukan negara-negara Arab dengan Israel. Perang yang melelahkan dan kekalahan di pihak negara-negara Arab menyebabkan Masjid Al-Aqsa yang dibangun Nabi Daud as pada tahun 1000 Sebelum Masehi itu yang pernah jadi alat pemersatu itu beralih ke tangan Yahudi. Ummat Islam marah, apalagi Yahudi berniat membangun Kuil Sulaiman, tempat peribadatan suci untuk ummat Yahudi.

Sayangnya pada tahun 612 Sebelum Masehi, Jerusalem jatuh ke tangan Nebukhadnezar, seorang penguasa dari Babilon. Penguasa baru ini melakukan pembersihan besar-besaran dan semua bangunan suci dimusnahkan, termasuk Kuil Sulaiman.

[caption id="attachment_5489" align="alignleft" width="595"] Mesjid Al Aqsa (Foto: Amust.com.au)[/caption]

Bagi ummat Yahudi, kuil tersebut sangat disucikan, sehingga mereka berupaya bangun kembali. Namun tempat sebenarnya agak sulit menentukan, karena batas-batas tanahnya telah lama lenyap. Sehingga karena didorong kepada kebencian, akhirnya mereka menentukan sendiri batas-batasnya, yaitu di tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa.

Buat ummat Islam, hal itu dianggap tidak masuk akal, karena masjid tersebut adalah tempat di mana Nabi Muhammad SAW mengawali mi'raj dan tercantum jelas dalam kitab suci Al Qur'an. Klaim ummat Yahudi ini sangat tidak masuk akal.

[irp posts="5110" name="Akui Jerusalem sebagai Ibukota Israel, Trump Picu Perang Dunia III"]

Masjid Al-Aqsa ini pernah terbakar pada tanggal 21 Agustus 1969. Menurut saya, ini adalah kaitan untuk membangun kembali Kuil Sulaiman oleh kelompok Yahudi. Sama halnya jika semua bangunan terbakar, akan berdiri di sana Kuil Sulaiman. Tetapi usaha kaum Yahudi ini tidak berhasil. Ada juga usaha untuk merobohkan Masjid Al Aqsa dengan menggali tanah di dekatnya, sehingga masjid ummat Islam itu roboh. Tetapi usaha ini pun cepat diketahui.

Presiden AS Donald Trump ketika berkunjung ke Jerusalem sudah tentu mendengar masalah Kuil Sulaiman dari pemuka agama Yahudi. Ini pula salah satu alasan yang membuat mengapa ia membuat pernyataan, Jerusalem sebagai ibukota Israel, agar ketika menjadi milik Israel, kelompok Yahudi leluasa membangun Kuil Sulaiman.

Sekaligus ingin tampil beda di hadapan presiden terdahulunya yang masih ragu-ragu memutuskan, sementara keputusan menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Israel sudah lama disetujui, hanya selalu ditunda.

***