Pertarungan Pilkada Jawa Tengah tidak kalah menegangkan, meski belum terlalu muncul ke permukaan. Di sana ada calon gubernur petahana, Ganjar Pranowo, yang ingin memperpanjang kekuasaannya sampai lima tahun ke depan. Ganjar kader PDI Perjuangan.
Lawan tangguh dari Ganjar saat ini adalah Sudirman Said. Dia mantan menteri ESDM di kabinet Jokowi. Nasibnya sama dengan Anies Baswedan yang juga kena pecat saat jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Anies berhasil menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan serenceng cerita di belakangnya. Sudirman Said, tentu saja ingin mengulang sukses pendahulunya, yaitu Anies, agar bisa menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Uniknya, ada kesamaan antara Anies dan Sudirman. Seperti yang telah disebut di atas, dua-duanya bernasib "apes" saat dipecat oleh Presiden Jokowi dari kabinet. Kesamaan lainnya, Anies dan Sandiaga saat bertarung di Pilkada Jakarta didorong PKS dan kemungkinan Gerindra. Di Jawa Tengah, Sudirman tidak jauh-jauh didorong oleh "dua koalisi sejoli" ini.
Itu dari kesamaan koalisi pendorong. Dari sisi isu yang digulirkan, nuansa Jawa Tengah sekarang tidak jauh beda dengan hiruk-pikuk saat jelang Pilkada DKI Jakarta, yakni isu agama. Jika pada Pilkada DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok disikat habis akibat menista agama Islam, di Jawa Tengah Ganjar mulai diterpa isu miring anti-Islam.
[irp posts="4720" name="Gerindra dan PKS Pisah Ranjang di Pilkada Jawa Barat"]
Jelas dengan mudah isu itu diembuskan karena Ganjar didorong oleh PDI Perjuangan yang "berideologi" nasionalis. "Partai Nasionalis" dan "Partai Agamis" akan dimainkan, tersebab Sudirman didorong PKS yang lekat dengan cap agama, dalam hal ini Islam.
Bagi PDI Perjuangan dan terutama Presiden Jokowi, Jawa Tengah adalah provinsi yang sangat penting. Ibarat kata jika tidak ada Jawa Tengah pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi kalah dari Prabowo. Jokowi terselamatkan oleh Jawa Tengah di saat provinsi yang paling banyak memiliki suara, Jawa Barat, tidak memberi kemenangan kepadanya. Jadi, Jawa Tengah adalah baromoter Pilpres 2019 ke depan.
Tempo hari, elektabilitas Jokowi di Jawa Barat naik menyalip Prabowo Subianyto yang berjaya pada Pilpres 2014. Tetapi jika Jawa Tengah jatuh ke tangan Gubernur yang bukan PDI Perjuangan, maka alarm tanda bahaya bakal segera berbunyi keras.
Sudah umum diketahui, Jawa Tengah adalah basis PDI Perjuangan. Orang menyebutnya "Kandang Banteng". Bayangkan saja bila provinsi ini sampai jatuh ke Gubernur dengan partai lain, hal itu bakal mempengaruhi Pemilu dan Pilpres 2019 yang akan dilaksanakan serentak.
Dalam konteks PKS dan juga Gerindra, Jawa Barat dan Jawa Timur sudah susah dipegang. Syaifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Anas calon kuat yang disokong PDI Perjuangan. Di Jawa Barat di mana PKS berkuasa selama lebih hampir 10 tahun, tidak memiliki calon yang kuat. Praktis hanya Jawa Tengah yang bisa diutak-atik.
Meski bukan kader PKS atau setidaknya anggota partai itu, tetapi publik paham betul bahwa kedekatan Sudirman Said dengan PKS tidak dapat disangsikan. Sementara, PKS punya ciri khas dalam mengelola isu yang menyentuh sisi religiositas masyarakat, yaitu isu agama.
"Nasionalis" versus "Agamis" itu sudah pasti jadi jualan. Tetapi gerakan semacam tabligh akbar, gerakan sholat subuh bersama di luar sholat Jumat, adalah cara-cara menggerakan semangat keimanan warga, yang pada gilirannya penetrasi pesan politik bisa dilakukan. Persis sebagaimana masjid dijadikan ajang kampanye di DKI Jakarta tempo hari.
Celakanya, Ganjar Pranowo bakal direpotkan soal kasus KTP Elektronik. Sudah bukan rahasia, Ganjar bolak-balik ke KPK untuk menjelaskan urusan yang satu ini. Di beberapa kesaksian namanya disebut-sebut sebagai salah satu penerima uang haram korupsi KTP Elektronik. Lebih celakanya lagi, Sudirman justru orang yang disosokkan sebagai antagonis Ganjar, yakni aktivis "antikorupsi" yang aktif di Masyarakat Transparansi Indonesia, LSM yang concern untuk melawan korupsi.
[irp posts="3795" name="Upaya Mengahokkan" Megawati Soekarnoputri Dimulai dari Jawa Timur"]
Secara emosional, sebagaimana Anies Baswedan, Sudirman memiliki "dendam" yang sama terhadap Jokowi karena peristiwa masa lalu itu. Siapa yang tidak sakit hati dan malu hati jabatan sementereng menteri dicopot begitu saja oleh Jokowi. Ndilalah, keduanya didukung penuh PKS dan kemungkinan Gerindra.
Bagi PKS, tentu tidak ada salahnya menjiplak atau copy paste keberhasilan Pilkada DKI Jakarta di Jawa Tengah atau daerah lain yang melaksanakan Pilkada serentak, itu adalah naluri mencari kemenangan.
Hanya saja, karena provinsi Jawa Tengah ini sangat penting dan boleh dibilang pertaruhan hidup mati bagi PDI Perjuangan yang kebetulan mengusung gubernur petahana Ganjar Pranowo, maka pertarungan yang paling sengit di antara "Pilkada Jawa" itu adalah Jawa Tengah.
Tinggal, bagaimana PDI Perjuangan dan Ganjar Pranowo di dalamnya bisa meladeni atau bahkan menangkis serangan yang sistematis, terstruktur dan masif yang pasti akan dijalankan PKS dengan koalisinya, siapapun mereka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews