Penting Nggak Penting soal Hidung Rina Nose

Rabu, 22 November 2017 | 08:25 WIB
0
551
Penting Nggak Penting soal Hidung Rina Nose

Suyati komedian asal Yogyakarta tahu betul kalau dunia hiburan persaingannya cukup ketat. Sulit diingat masyarakat kalau tidak punya ciri khas. Komedian tugasnya bikin orang tertawa dengan berbagai macam cara, termasuk menertawakan dirinya sendiri. Lalu Suyati menjelma menjadi Yati Pesek.

Nama itu terbukti membawa hoki. Dengan senang hati dia merelakan hidung peseknya dieksploItasi sedemikian rupa. Pesek membawa berkah.

Generasi berikutnya, Nurina Permata Putri entah mengikuti seniornya, Yati Pesek atau punya ide sendiri, juga mengeksploitasi hidungnya yang sebenarnya lebih mancung sedikit dibanding Yati Pesek. Jadilah Nurina menjelma menjadi Rina Nose. Lebih keren dikit, keenglis-englisan. Tapi tetap saja dia merelakan hidungnya jadi bahan tertawaan, baik oleh lawan main atau oleh dirinya sendiri.

Hidung yang juga membawa berkah itu disyukurinya bertahun-tahun. Tidak semua cowok ganteng gandrung pada hidung mancung. Penyanyi cowok asal Brunei konon kepincut dengan kecantikan Rina Nose. Hubungan keduanya rupanya saling menguntungkan bagi karir keduanya. Rina Nose semakin populer.

Sampai pada suatu ketika ada penanya iseng kepada Ustadz Abdul Somad perihal Rina Nose yang melepas jilbab. Kok pertanyaan nggak penting itu ditanyakan kepada ustadz Abdul Somad yang sudah LC, ditambah pula MA. Seorang ustadz pantang tidak menjawab pertanyaan. Menyembunyikan ilmu ancamannya nggak tanggung-tanggung. Neraka.

Ustadz Abdul Somad bukannya nggak tahu ada artis bernama Rina Nose. Artis yang kita tidak kenal pun, barangkali dia tahu juga. Ustadz juga tahu kalau setiap penampilan Rina Nose selalu tertawa senang saat lawan mainnya mem-buly hidungnya, karena punya nilai rupiah yang tinggi. Eh, ini fakta lho.

Ustadz yang juga gemar melucu ini tanpa ragu balik bertanya, "Rina yang pesek itu?"

Pertanyaan yang sudah sangat biasa bagi Rina Nose. Tapi karena yang mengatakan ustadz dan bukan dalam satu panggung pula, sebagai artis yang berpengalaman Rina tahu apa yang harus diperbuat. Merasa dizolimi adalah pilihan sikapnya.

Ternyata pilihan sikapnya itu sangat tepat. Merasa dizolimi mendongkrak namanya. Simpati mengalir. Namanya hampir setiap hari berseliweran di media. Orang-orang yang sudah lama kesal dengan ustadz Abdul Somad pura-pura menjadi pembela Rina, padahal sasaran tembaknya ya Pak Ustadz.

Rina mesti berterima kasih pada masyarakat yang memang gemar mengomentari hal-hal sepele. Masyarakat bukan kurang kerjaan, cuma gara-gara persoalan ini akal dan hatinya seolah-olah pesek.

Bayangkan, dalam urusan perdebatan syariah, nama Rina Nose "disejajarkan" dengan ustadz Abdul Somad, LC.MA. Itulah salah satu keuntungan merasa dizolimi!

Celakanya, akal dan hati saya juga ikut-ikutan pesek sampai saya tidak tahu, kenapa saya ikut-ikutan menulis soal ini. Mungkin gara-gara tadi di kolom komen ada yang nanya.

Hadeeeeeh …

***