Ada banyak cerita suka dan bahkan duka menjelang Piala Dunia yang akan berlangsung di Rusia tahun depan. Kala Islandia tertawa gembira karena lolos kali pertama ke pesta akbar sepak bola, Italia dibalut oleh air mata karena justru gagal melangkahkan kaki ke turnamen paling bergengsi di dunia si kulit bundar.
Sinyal buruk Italia memang telah terasa sejak mereka berada di Grup G Kualifikasi Piala Dunia. Gli Azzurri tersisih oleh Spanyol yang justru menjadi penguasa grup. Saat itu, tujuh kemenangan, dua kali imbang, dan sekali kalah memaksa mereka harus berada di posisi kedua.
Untuk dapat ke Rusia, mereka harus menjalani play-off dan bersua Swedia yang justru mampu membungkam mereka 1-0 di leg pertama dan setelahnya tinggal menahan Gli Azzurri 0-0 saat tampil di San Siro, Milan, Senin 13 November 2017 waktu setempat.
Air mata pun tumpah. Para penonton di stadion milik AC Milan banyak yang terlihat tak kuasa berdiri melihat Italia dipastikan tidak lolos ke Piala Dunia 2018.
Sedangkan di lapangan pertandingan, seperti dilansir TheGuardian.com, Gianluigi Buffon yang telah 20 tahun membela Italia pun tak dapat membendung air mata. Kiper Gli Azzurri yang juga berkarier di Juventus itu sesenggukan, dan berusaha terlihat tegar.
"Tidak ada yang perlu dikambinghitamkan," Buffon berusaha tegar, menanggapi kegagalannya mengantarkan Italia ke Piala Dunia. "Meskipun memang ada yang paling menyedihkan, karena akhirnya justru harus seperti ini."
Laga di San Siro itu sendiri akhirnya dipastikan menjadi pertandingan terakhir Buffon bersama timnas Italia. Takkan ada lagi nama Buffon di skuat Gli Azzurri. Rencana dia gantung sepatu dari timnas Italia setelah Piala Dunia justru dipercepat setelah dipastikan gagal melangkah ke Rusia.
[caption id="attachment_3979" align="alignleft" width="537"] Buffon tak kuasa menahan air mata (Foto: The Guardian)[/caption]
Hampir sulit dipercaya mengingat Italia pernah empat kali menjadi pemilik peringkat pertama FIFA. Terlebih, mereka pun telah 18 kali terlibat di pesta sepak bola dunia terbesar bernama Piala Dunia. Selain juga, mereka sendiri telah empat kali menjadi kampiun di turnamen itu dari enam kali menjadi finalis.
Bagi fan Gli Azzurri, rasanya baru kemarin melihat mereka mengangkat trofi Piala Dunia ketika turnamen itu berlangsung di Jerman. Ya, sejak tahun 2006 itu, telah 10 tahun lebih tak pernah lagi melihat Italia mengangkat trofi paling bergengsi, dan kini justru terpuruk hingga gagal ke Piala Dunia.
[irp posts="3947" name="Perjalanan Islandia, Negara Kecil ke Pesta Sepak Bola Terbesar Dunia"]
Publik Italia dan penggemar timnas tersebut belum lupa bagaimana final Piala Dunia 2006, kala mereka berhadapan di final lawan Prancis. Tandukan Zinedine Zidane atas Marco Materazzi diabadikan lewat patung, dan sisi lain kedua nama itu pun menghiasi sejarah final di mana mereka pun sama-sama mencetak gol.
Saat itu, Italia meraih trofi setelah Andrea Pirlo, Materazzi, De Rossi, Alessandro Del Piero, dan Fabio Grosso sukses melesakkan bola ke gawang Prancis saat laga ditentukan lewat adu penalti.
Itu menjadi gelar terakhir Italia di Piala Dunia, yang juga ditandai kegagalan David Trezeguet dari kubu Prancis membobol gawang Italia. Saat itu Buffon tampak gagah di gawang Italia dan dia dielu-elukan sebagai pahlawan. Namun kini, tak hanya publik Italia menangis, namun ia sendiri mengakhiri karier bersama Gli Azzurri dengan air mata.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews