Di antara banyak nama yang digunjingkan orang-orang, ada banyak orang yang juga lebih tertarik membicarakan Felix Siauw. Ia memang muallaf fenomenal, yang Islamnya lebih meyakinkan dari sederet kyai. Saat sederet kyai dicap sesat karena dianggap serampangan membela siapa saja yang terzalimi, bahkan membela yang tak seagama, Islam-nya Felix dianggap lebih murni lantaran ia hanya fokus membela yang seagama saja.
Bagi sementara kalangan, sikap Felix yang fokus itu cukup menjadi bukti jika dia memang memiliki cinta yang tak disangsikan lagi terhadap agama yang dikirimkan Tuhan lewat Nabi Muhammad. Terbukti, dia "peduli setan" mau dicap garis keras, fundamental, atau cap apa saja.
Apalagi, pengikutnya pun akan setia membalas memberikan stempel kepada pihak yang tak setuju dengannya sebagai liberal, orang-orang berakidah dangkal, murtad, kafir, dan lebih banyak lagi stempel lainnya. Kesannya, makin banyak orang beralih profesi jadi jualan stempel yang kalau dibiarkan bisa-bisa tukang stempel asli yang tergolong UKM pada gulung tikar.
Militansi pembela Felix Siauw itu mirip-miriplah dengan pembela Prabowo Subianto. Jika Felix dianggap lebih Islam daripada sebagian kyai, Prabowo lebih presiden dari presiden sebenarnya. Anda minta pembela Felix mencium tangan Kiai Aqil Siradj, misalnya, bukan tak mungkin Anda lebih dulu disemprot plus disiram kata-kata yang lebih pedas daripada sambal terpedas yang pernah Anda cicipi. Jangan main-main!
Begitu juga jika Anda meminta pembela Prabowo untuk memuji presiden terpilih, bukan tak mungkin Anda dicap sebagai "IQ 200 sekolam", "Cebong gila", dan berbagai julukan yang bisa membuat uban Anda meningkat drastis.
Jadi, di sini Anda juga jangan main-main. Saya malah menyarankan, jika sedang di depan pendukung Prabowo, misalnya, bilang saja Prabowo memang lebih pantas jadi presiden, karena lebih gagah, lebih karismatik, lebih macho, dan yang jelas lebih ganteng daripada Presiden Jokowi.
Lha iya, Jokowi memang terlalu kurus untuk berada di posisi teratas dalam salah satu unsur Trias Politica itu, eksekutif. Jika Prabowo saat tertawa saja bisa bikin orang merasa akan dilahap seketika, sedangkan Jokowi tertawa justru menaikkan libido sebagian orang yang tak menyukainya untuk merundung (bully) walaupun seringnya hanya lewat akun palsu di media sosial.
Pemandangan itu sedikitnya jadi petunjuk, karisma Prabowo hanya bersaing dengan Felix Siauw. Jokowi tak masuk dalam hitungan ini, karena terlalu kurus dan terlalu sederhana untuk disebut berkarisma.
Jadi, jika Anda melamunkan Pemilihan Presiden mendatang hanya ada dua kandidat, yakni Prabowo dan Felix Siauw, maka percayalah suhu politik akan jauh lebih panas dibandingkan jika eks Danjen Kopassus itu hanya bersaing dengan Jokowi.
Kenapa begitu? Felix Siauw ini tampan jauh di atas Prabowo, sebab eks capres itu meskipun juga disebut sangat tampan ketika mudanya namun saat ini sudah tak muda lagi. Galibnya, orang yang sudah tua pasti akan kehilangan kemudaannya. Ya iyalah, masak ya iya dong!
Jangan gusar jika ia sudah dipecat dari daftar pria kategori anak muda, jadi di situ saja Prabowo sudah kalah. Sebab itu jelas berbeda dengan Felix, selain masih muda, ia juga punya tingkat ketampanan mirip-mirip Andy Lau. Membandingkan keduanya, sama saja Anda membandingkan Andy Lau dengan Kakek Sugiono -Anda pasti orang saleh jika tak kenal nama disebut terakhir.
[caption id="attachment_3481" align="alignleft" width="548"] Jokowi dan Prabowo (Foto: Merdeka.com)[/caption]
Kemudian dari sisi kekuatan pengaruh, memang Prabowo punya pengaruh sangat besar. Bahkan saat negara mengesahkan Jokowi sebagai presiden pun, bagi pemilih mantan menantu Soeharto itu tetap saja Prabowo sajalah presiden mereka. Ini menjadi bukti begitu kuatnya pengaruh Prabowo hingga salah satu pengikutnya pernah secara penuh semangat menyebutnya sebagai "Titisan Allah". Luar biasa bukan.
Jika Anda belum pernah mendengar ada yang menyebut Prabowo sebagai "Titisan Allah", rajin-rajin saja browsing. Apakah yang memberi gelar kepada Prabowo itu adalah orang tak berpendidikan? Tidaklah, wong laporan Merdeka.com, 6 Agustus 2014, menyebut jika pemberi gelar itu kepadanya justru seorang jebolan S3 Universitas Gajah Mada, lho! Jadi, sekali lagi, jangan main-main.
"... Bukan cuma jihad nasionalisme. Kita tidak hanya mendukung Bapak Prabowo, tetapi hanya visi besar Pak Prabowo sebagai titisan Allah SWT..." ujar Nurcahaya berapi-api disambut tepuk tangan hingga teriakan para simpatisan Prabowo-Hatta yang hadir (Kompas.com, 7 Agustus 2014.
Itu yang sedikit rumit dilawan oleh Felix. Pasalnya Felix sendiri meski acap diklaim sebagai orang paling suci yang ada di muka bumi melebihi para kyai, belum ada yang memberinya gelar sebagai "Titisan Allah". Paling tidak Felix masih memiliki poin lain, yakni sebagai pembela Allah sejati. Jadi, meski tak mendapatkan gelar sebagaimana didapatkan Prabowo, Felix pun luar biasa karena Tuhan yang disembah masyarakat Muslim saja dibela olehnya.
Kita ini jelas kalah jauh dibandingkan Felix. Sebab kita terlalu lemah, karena cuma bisa meminta dibela oleh Allah saja saat sedang terjepit utang, galau oleh mahalnya senyuman istri, hingga harus berpikir keras memikirkan kontrakan setiap bulan. Kalaupun ada yang bisa kita bela cuma orang-orang yang lebih lemah dari kita, jelas ini kalah kelas dibandingkan Felix yang bahkan mampu membela Tuhan bukan?
Jadi, Anda jangan kaget jika Pilpres mendatang hanya ada nama Prabowo dan Felix. Bagaimana dengan Pak Jokowi?
Ah, maaf, sekali lagi beliau terlalu kurus untuk tetap ikut-ikutan urusan orang-orang yang dekat dengan Tuhan dan sama-sama tampan atau pernah tampan itu.
Jadi, maaf saja, Pak. Anda fokus saja dulu dengan pernikahan putri Anda, dan memotivasinya lekas memberi Anda cucu lagi. Sebab, memiliki cucu pun bukanlah pencapaian yang bisa dicapai semua orang. Itu tetap berharga juga bukan? Jadi Anda lupakan saja Pilpres mendatang, berikan kepada mereka yang dekat dengan Tuhan!
Jangan risaukan soal bahwa jika semua sibuk mengingat Tuhan, lalu siapa yang memikirkan rakyat. Jangan risau, karena mereka dekat dengan Tuhan, maka segalanya dapat terjadi dan berubah lebih baik hanya dengan do'a. Anda tak punya kemampuan ini, makanya lebih baik biarkan pertarungan itu berlangsung hanya pada dua orang paling berpengaruh menjelang Pilpres mendatang itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews