Ini sejenis balapan antara keong dan kancil. Tentu saja kancil, selalu merasa menang, tapi akhirnya keong juga bisa dianggap sebagai pemenang. Terserah, kita mau jadi kancil atau keong-nya, yang jelas posisi itu bisa berganti-ganti peran sesuai situasi dan kondisi yang kita pilih atau tanpa sengaja kita berada di dalamnya.
Akhirnya Jonru, pesohor Facebook dipolisikan, setelah sekian lama dibiarkan berkicau seenak udelnya sendiri. Main tabrak sana-sini. Jangankan dengan etika permisi layaknya orang Timur, tapi justru dengan kemaki penuh arogansi, serta menghajar nalar manusiawi.
Dia seolah menang, ketika pengikutnya "konon" mencapai 1,5 juta orang, setiap cuitannya di-share ratusan ribu orang, mungkin tanpa dibaca dan dipahami terlebih dahulu oleh pengikutnya. Ia bisa terkenal, karena konon menggunakan ilmu yang meminjam pepatah Arab kuno (sic!), "Kencingilah air zamzam, lalu dunia akan meledakkan dirimu". Ledakan dalam arti negatif tentu saja, sehingga wajahnya seolah mantra yang bisa membuat semua orang langsung bereaksi tergantung pretensi masing-masing.
Saat, polisi akhirnya menahannya, maka seolah para pembencinya merasa menang dan terbelai perasaannya. Pendukungnya senyap, karena tentu saja mereka ini "para pengecut", yang ingin mulutnya tetap wangi dan tangannya tetap bersih. Karakter penyebar ujaran kebencian itu sama di mana-mana, mereka anonim dalam arti menyembunyikan rapat identitas mereka. Cenderung spontan, berwatak inferior dan sama sekali tidak memiliki gagasan baik.
Apa yang diharapkan dari mereka? Hingga sebuah pendapat netral muncul, "Kasihan anak istrinya ya. Siapa yang harus menyantuninya? 'Kan ia kepala keluarga. Kan ia hanya penjual sprei, dan seorang yang bercita-cita jadi motivator tapi gagal. 'Kan ia penulis, tapi bukunya tak laku? Ia masih ngontrak, dan bla bla bla....
Intinya: ia sangat perlu dikasihani, jauh dari tampang menantang dan tak kenal salah yang terus memancar dari wajahnya. Ternyata ia tidaklah sebatu karang yang kita duga, ia ternyata bukanlah sekaya sebagaimana mestinya orang yang memiliki pengikut 1,5 juta.
Suka tidak suka, jonru itu memang fenomenal. Istilah Jonru sendiri, telah masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia. Makna Jonru adalah kabar bohong, fitnah yang sengaja disebar, dst dst. Dari sini saja kalau boleh jujur, itu sudah hukuman pribadi yang sangat berat. Ia sebagaimana pepatah Arab di atas, telah berhasil membuatnya menjadi seorang yang "populer".
Sesaat ia telah menjadi penanda zamannya untuk kemudian dilupakan. Karena itu, berhati-hatilah dengan kata populer, karena biasanya usianya sangat pendek. Ia tak akan pernah jadi legenda, karena untuk sampai pada titik itu diperlukan jangka waktu yang lebih lama.
Jonru itu satu generasi dengan pemilik First Travel, satu gendang satu tabuhan dengan Saracen, satu semangat dengan penggerak demo yang berjilid-jilid itu. Satu nafas dengan Imam besar yang kini berada di Arab Saudi.
Mereka sama-sama pejuang yang tak kenal lelah. Sayangnya hanya satu: mereka tidak memiliki watak "kerelawanan sejati", walau tentu saja mereka akan selalu memaksa dianggap demikian. Relawan sejati: itu tidak mengenal bayaran, lintas SARA, tanpa pamrih dan tidak butuh publikasi (apalagi pengikut).
Jonru and the gank-nya itu adalah penanda jaman mileneal, di mana realitas komunikasi sosial dicampuraduk dengan agama, politik, budaya, hingga hilang wujud aslinya. Karena apa? Rerata mereka berasal dari segala yang berkategori pas-pasan: ya ekonomi, ya intelektual, ya keimanan, latar belakang sosial, dan sebagainya. Karena yang berlebih, tentu saja akan menjauh dan menghindar, sedangkan yang berkekurangan akan cenderung tutup mulut dan manut.
Dalam bahasa gaul hari ini mereka ini yang disebut "kelas menengah ngehek"!
Sebagai mana prolog tulisan ini, seekor kancil yang selalu merasa lebih cerdik tapi pongah itulah, yang pada akhirnya membiakkan keong. Ia lupa keong lebih banyak dan lebih cepat tumbuh, ada di mana-mana, dan jangan kaget juga punya solidaritas diam yang tinggi.
Tanpa kita sadari dengan mem-pidana-kan kita telah membiakkan Jonru-Jonru lainnya, yang ingin menggantikannya dan pengen sama populernya. Apa boleh buat!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews