Azwar Anas Bisa Jadi Alternatif dari Rivalitas Khofifah versus Gus Ipul

Minggu, 17 September 2017 | 22:00 WIB
0
566
Azwar Anas Bisa Jadi Alternatif dari Rivalitas Khofifah versus Gus Ipul

Nama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjadi salah satu tokoh yang diunggulkan sebagai bakal calon wakil gubernur dalam gelaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2018. Melihat prestasi yang gemilang di Banyuwangi dan dengan skor keterpilihan tertinggi, tidak tertutup kemungkinan Azwar Anas "naik kelas" menjadi bakal calon gubernur.

Hasil survei Pilkada Jatim 2018 yang dilakukan Surabaya Survey Center (SSC) selama Juni 2017, misalnya, nama Anas mencatat tertinggi ketimbang nama-nama tokoh lainnya yang diajukan sebagai bacawagub Jatim 2018, seperti Kusnadi dan Imam Nahrawi.

Jika kemudian ada sejumlah partai politik mengusungnya sebagai bakal calon gubernur, dipastikan Azwar Anas akan menjadi "kuda hitam" dari rivalitas Khofifah Indar Parawansa versus Syaefulloh Yusuf.

Direktur SSC Mochtar W. Oetomo mengatakan, elektablitas Anas mencapai 12,90 persen, unggul di atas sejumlah tokoh lain seperti Kusnadi (Ketua PDI-P Jatim) 7,5 persen, La Nyalla Matalitti (Ketua Kadin Jatim) 7,4 persen, dan Halim Iskandar (Ketua DPRD Jatim) 6persen.

Bahkan, Anas lebih unggul daripada Imam Nahrawi (Menpora) yang hanya mencapai 5,8 persen dan Nurhayati Assegaf (Waketum Demokrat) 5,5 persen. Adapun nama lainnya berada di level 4 persen ke bawah. “Bupati Anas dikenal banyak melakukan terobosan,” ujar Mochtar.

Nama Anas muncul menjadi kandidat bacawagub paling diinginkan publik, karena dikenal sebagai bupati yang berprestasi dan inovatif. Selama masa pemerintahannya bersama Yusuf Widyatmoko (PDIP) yang pertama ini meluncurkan berbagai program daerah.

Peresmian Bandar Udara Blimbingsari, penyelenggaraan pendidikan gratis dan program pendukungnya seperti siswa asuh sebaya (SAS), penyelenggaraan berbagai event seperti Banyuwangi Ethno Carnival, Banyuwangi Jazz Festival, Tour de Ijen.

Event tersebut dilakukan bersama dengan event-event lainnya yang dikemas dalam perayaan Banyuwangi Festival. Serta, perencanaan Wisata Banyuwangi yang berkonsep eco-tourism. Banyak presitasi yang telah diukir oleh Anas bersama wakilnya Yusuf.

Karena itulah, nama Anas oleh DPC PDIP Banyuwangi juga sudah didaftarkan maju Pilkada Jatim 2018 melalui DPD PDIP Jatim. Ketua DPC PDIP Banyuwangi I Made Cahyana Negara dan jajarannya yang mengembalikan formulir pendaftaran atas nama Anas.

Pengajuan nama Anas maju bacagub (bukan bacawagub) oleh DPC PDIP Banyuwangi bukan tanpa dasar. Berkat kepemimpinannya, bersama masyarakat, tokoh lintas agama, budayawan, akademisi, dan sebagainya, Banyuwangi kini secara bertahap terus maju pesat.

“Basis kinerja itu menjadi modal penting untuk memimpin Jatim ke depan,” ungkap I Made. Program ekonomi kerakyatan telah meningkatkan pendapatan per kapita warga Banyuwangi dari Rp20,8 juta/orang/tahun menjadi Rp41,46 juta/orang/tahun pada 2016.

Ada kenaikan 99 persen. Angka kemiskinan juga menurun cukup pesat dari level 20 persen menjadi 8,79 persen pada 2016. Dari data BPS, inflasi Banyuwangi terhitung terendah se-Jatim. Artinya, meski ekonomi dan pendapatan tumbuh, warga tetap terlindungi daya belinya.

Program kerakyatan lainnya selama ini telah membantu masyarakat Banyuwangi, khususnya kelompok ekonomi lemah, diantaranya beasiswa Banyuwangi Cerdas yang membiayai 700 anak muda kuliah di berbagai kampus di Indonesia. Dan, banyak program lainnya.

Jadi, wajar jika PDIP Banyuwangi mengajukan Anas untuk maju Pilkada Jatim 2018 sebagai bacagub. Anas memang layak karena berhasil mengubah wajah Banyuwangi dari daerah yang jauh dari pusat pertumbuhan utama dan tak dihitung dalam peta kemajuan daerah.

Apalagi, hasil survei independen menempatkan Anas dalam posisi popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas cukup memadai. “Itu jadi modal awal untuk maju dalam proses penjaringan partai, tapi tentu semua keputusan kami pasrahkan kepada Ibu Megawati,” ujarnya.

Dalam hasil survei yang digelar bulan Juni di 38 kabupaten dan kota se-Jatim kepada 800 responden calon pemilih itu, Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) memimpin perolehan survei figur paling disuka atau akseptabilitas dengan perolehan 75,8 persen dukungan.

Sementara Wagub Jatim Syaifullah Yusuf mendapat 75,5 persen, disusul Mensos Khofifah Indar Parawansa 67,9 persen dukungan. Dalam hal elektabilitas atau keterpilihan, Gus Ipul menempati posisi tertinggi 26,6 persen, Risma dengan 24,1 persen, dan Khofifah dengan 16,8 persen.

Sikap PDI Perjuangan

Persoalannya, mungkinkah Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri bakal memilih Anas untuk maju sebagai bacawub, sementara Gus Ipul bersama PKB telah mendeklarasikan diri sebagai cacagub Jatim 2018? Ataukah Anas bakal dijadikan bacawagubnya?

Dalam pertemuan 40 menit di Ruang VIP Bandara Juanda, Senin 11 September 2017, Megawati sendiri sudah bertemu Gus Ipul, Risma, Anas, dan Dahlan Iskan, didampingi oleh beberapa pengurus PDIP Jatim. Apakah nantinya Megawati akan memilih Anas sebagai bacawagubnya?

Jelas, ini akan menjadi buah simalakama bagi Mega dan PDI Perjuangan. Jika tak memilih Anas untuk posisi bacawagub, dan menempatkan kader PDIP sendiri, Walikota Blitar M. Samanhudi Anwar sebagai bacawagub Gus Ipul. Ingat, Anas adalah kader PKB, bukan PDIP!

Apalagi, sekelas Anas yang punya segudang prestasi bukan lagi posisi bacawagub. Bukan tak mungkin Anas juga diincar oleh partai lainnya untuk diusung sebagai bacagub dalam Pilkada Jatim 2018. Masih ada Demokrat, Gerindra, PAN, PKS, Hanura, atau Nasdem.

Anas bakal menjadi tokoh alternatif di saat rivalitas Gus Ipul versus Khofifah semakin tinggi. Ia bisa “mencuri” suara dari basis massa PKB dan PDIP di Jatim. Belum lagi dari basis massa Muslimat NU pimpinan Khofifah. Anas masih bisa mencuri suaranya.

Sebelumnya tersiar kabar, jika Gus Ipul jadi diusung PDI Perjuangan, yang bakal dijadikan wakilnya adalah Risma atau Anwar . “Itu jika Risma benar-benar “tidak bersedia” dicalonkan dalam Pilkada Jatim 2018,” ujar sebuah sumber yang dekat dengan PDIP di Jakarta.

Termasuk juga dari massa Partai Golkar yang bakal mengusung Khofifah dalam Pilkada Jatim 2018 mendatang. Apalagi jika Anas didampingkan dengan tokoh parpol lainnya, seperti Ketua PW PAN Jatim Masfuk atau Bupati Bojonegoro Sunyoto yang juga kader PAN.

Jika ini terjadi, maka Anas bakal menjadi “tokoh tengah” yang bisa meminimalisir rivalitas antara pendukung Gus Ipul dengan Khofifah. Sehingga bisa mencegah terjadinya perpecahan di kalangan massa NU akibat rivalitas keduanya dalam Pilkada Jatim 2018.

Sebelum menjadi Bupati Banyuwangi, Anas pernah menjadi anggota MPR termuda yang dilantik saat usianya masih 24 tahun dari Utusan Golongan. Dalam Pemilu 2004, ia menjadi anggota DPR untuk periode 2004 hingga 2009 dari PKB.

Karena termasuk tokoh muda NU di Banyuwangi, ia mendapatkan basis kekuatan dari para ulama dan simpatisan NU di Banyuwangi. Bersama pasangannya (saat itu) Ketua DPC PDIP Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, ia terpilih jadi Bupati sejak 21 Oktober 2010.

Pada Pilkada Banyuwangi 2015, pasangan Anas-Yusuf terpilih kembali untuk kedua kalinya. Akankah Anas “meninggalkan” separuh masa jabatan keduanya ini untuk ikut dalam Pilkada Jatim 2018, seperti saat Joko Widodo meninggalkan Kota Solo?

***