Pernah Tersangkut Masalah Hukum, tapi Elektabilitas La Nyalla Tertinggi

Senin, 4 September 2017 | 21:36 WIB
0
427
Pernah Tersangkut Masalah Hukum, tapi Elektabilitas La Nyalla Tertinggi

Meski pernah tersangkut persoalan hukum, elektabilitas La Nyalla Mahmud Matalitti dalam survei terbaru Indonesia Network Election Survey (INES) untuk persaingan menuju Pemihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2018 memperoleh nilai tertinggi.

Temuan survei INES menyebutkan, empat nama bersaing ketat dalam bursa calon gubernur, yakni Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, Ketua Umum Kadin Jatim La Nyalla, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa.

Menurut Direktur INES Budi Satrio Dewantoro, survei memetakan sisi aspek popularitas, akseptabilitas, kapabilitas, dan elektabilitas. Dari sisi popularitas, La Nyalla unggul dengan 81,2 persen, disusul Khofifah 76,4 persen, Gus Ipul 75,3 persen, dan Risma sebesar 72,3 persen.

“Dengan popularitas kandidat rata-rata di atas 70 persen, persaingan antarkandidat dalam Pilgub Jatim menjadi sangat ketat,” ujar Budi dalam jumpa pers di Surabaya, Sabtu 26 agustus 2017. Dari sisi akseptabilitas, “La Nyalla kembali unggul dengan 84,4 persen,” ujarnya.

Lalu disusul oleh Khofifah 67,3 persen, Gus Ipul 63,5 persen, dan Risma 60,1 persen. Sisi akseptabilitas menunjukkan tingkat penerimaan publik terhadap para kandidat. Dari sisi kapabilitas, La Nyalla meraih 82,3 persen, Khofifah 67,8 persen, Risma 67,4 persen, dan Gus Ipul 64,2 persen.

Publik melihat kapabilitas kandidat ini, apakah yang bersangkutan layak atau mampu memimpin Jatim atau tidak. Di sini nama La Nyalla cukup menonjol, ini antara lain karena problem utama yang dirasakan publik sekarang adalah permasalahan ekonomi.

Latar belakang La Nyalla sebagai pengusaha dan Ketua Kadin Jatim membuatnya mendapat penilaian kapabel menyelesaikan problem rakyat Jatim saat ini. Temuan sisi kapabilitas, selaras dengan hasil survei terkait tingkat kepuasan warga Jatim dari sisi ekonomi 5 tahun terakhir.

Temuan survei menyatakan, 43,7 persen responden menyatakan kondisi ekonomi cenderung lebih buruk, 10,3 persen menyatakan jauh lebih buruk, dan 35,9 persen menyatakan tidak ada perubahan. Hanya 9,3 persen responden yang menyatakan kondisi ekonomi di Jatim lebih baik.

Ini artinya, rakyat Jatim merasakan kondisi ekonominya masih berat, sehingga butuh sosok pengusaha. Budi menilai, kemunculan La Nyalla relevan dalam hal ini. Itulah mengapa La Nyalla berhasil mematahkan dominasi Gus Ipul.

Bahkan, kata Budi, calon lain kini mengungguli Gus Ipul. Sekali lagi, itu karena ada persepsi bahwa ekonomi makin berat di era saat ini di mana Gus Ipul adalah pemimpin petahana yang mendampingi Soekarwo yang menjabat Gubernur.

Adapun pada aspek elektabilitas, nama La Nyalla unggul dengan 27,1 persen, dibuntuti Khofifah 22,3 persen, Risma 17,3 persen, dan Gus Ipul 14,7 persen. Sedangkan untuk yang tidak tahu/rahasia/tidak menjawab sebesar 18,6 persen. Dari sisi elektabilitas, marjin antar kandidat tidak cukup lebar.

Survei INES tersebut digelar 7-19 Agustus dengan responden sebanyak 2.964 orang. Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen dan margin of error 1,8 persen. Dalam survei sebelumnya, yang dilakukan Lembaga Jaringan Suara Indonesia (LSJI) nama La Nyalla juga unggul.

Berdasarkan hasil survei LSJI, La Nyalla memiliki modal besar untuk memimpin Jatim 5 tahun ke depan. Sampel dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling. Sedangkan margin of error survei sebesar +/- 2,44 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Dari hasil survei LSJI, para responden memilih calon dengan latar belakang pengusaha dengan presentase sebesar 63,3 persen. Nama La Nyalla menempati peringkat sebagai calon gubernur populer di mata masyarakat Jatim dengan presentase sebesar 70,3 persen.

Berdasarkan tingkat aksepbilitas La Nyalla mencapai mencapai posisi tertinggi. Jawaban dari 1.613 responden, tingkat akseptabilitas La Nyalla mencapai posisi tertinggi daripada tokoh lain dengan presentase 85,2 persen, dan Gus Ipul cuma mencapai 72,3 persen.

Presentase Gus Ipul tersebut bahkan jauh dari tingkat akseptabilitas Walikota Surabaya Tri Rismaharini 74,3 persen dan disusul Khofifah Indar Parawansa (73,8 persen), Nur Hayati Ali Assegaf 57,3persen, Nurwiyatno 54,2 persen, Syafi 42,3 persen, Abdullah Azwar Anas 58,3 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 48,2 persen, dan Djarot Syaiful Hidayat 59,2 persen.

Nama La Nyalla kembali menempati posisi terdepan, siapa tokoh paling diinginkan, survei menunjukan sebanyak 26,3 persen memilih La Nyalla. “Alhamdulillah trend-nya survei semakin naik. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya di Bursa Pilgub jatim,” kata La Nyalla.

Alasan responden, La Nyala memiliki kemampuan memimpin Jatim dengan latar belakang sebagai pengusaha dan keterlibatan di KADIN dan organisasi organisasi sosial mampu meningkatkan kesejahteraan Ekonomi Masyarakat.

Begitu hasil survei jelang Pilgub Jaitm 2018. Nama La Nyalla memang bertengger di urutan teratas. Fenomena ini jelas menarik untuk ditelaah, mengingat La Nyalla pernah tersangkut masalah hukum dan sempat ditahan selama 7 bulan.

Mencontoh Nasib Yusuf 

La Nyalla ditetapkan tersangka oleh Kejati Jatim karena diduga terlibat dalam kasus dana hibah kadin. Kemudian, Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat membebaskan La Nyalla karena tidak terbukti korupsi. JPU lantas mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

MA menolak permohonan kasasi JPU. Perkara bernomor 765 K/PID.SUS/2017 itu diputus tiga Hakim Agung yakni, Prof Dr Mohamad Asikin SH,. Dr Leopold Luhut Hutagalung, SH. Prof Dr Surya Jaya SH, MHum.

“Kalau mau jadi Gubernur Jatim dipenjara dulu. Bung Karno jadi Presiden RI juga dipenjara dulu,” ujar La Nyalla. Ia yakin, dirinya diangkat derajatnya oleh Allah SWT. La Nyalla lalu  mencontohkan, Nabi Yusuf AS diangkat derajatnya setelah dipenjara selama 7 tahun.

Jadi, “La Nyalla cukup 7 bulan saja. Keluar jadi Gubernur Jatim. Insyallah,” lanjut La Nyalla penuh keyakinan. “Saya rasa, saya mendapatkan ujian dari Allah. Mudah-mudahan saya akan diberikan hadiah menjadi Gubernur Jatim (2018-2023),” ujar La Nyalla.

Menurut La Nyalla, vonis MA menolak kasasi permohonan JPU itu bukan hanya hadiah awal dirinya maju sebagai Cagub Jatim. Bagi La Nyalla, ini bukan kado awal. Jadi, ini hadiah dan pemberian sertifikat pada saat ia dilantik menjadi Gubernur Jatim nanti.

Meski pernah mendapat predikat Tersangka dan Terdakwa, ternyata La Nyalla bernyali juga untuk ikut maju dalam burca bacagub Jatim 2018.  Ia menyatakan siap bertarung pada Pilgub Jatim mendatang. La Nyalla sendiri sudah mendaftar melalui Partai Demokrat.

Bahkan, ia sudah bertemu sejumlah petinggi partai di Jakarta untuk menggalang dukungan. Antara lain Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat (PAN) Amien Rais dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. “Kedua tokoh partai itu bilang, insya’ Allah,” ujarnya.

***