Mendaftar ke Lima Partai, Gus Ipul Kurang Percaya Diri?

Senin, 28 Agustus 2017 | 22:16 WIB
0
558
Mendaftar ke Lima Partai, Gus Ipul Kurang Percaya Diri?

Langkah Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mencari dukungan dari partai politik di Jawa Timur terus dilakukan untuk mendaftar sebagai bakal calon gubernur Jatim 2018. Hingga akhir Agustus 2017 ini, Wakil Gubernur Jatim ini sudah mendaftar melalui lima parpol.

Timbul pertanyaan, apakah langkah Gus Ipul ini menandakan ia kurang percaya diri atau mencari amannya saja? Apakah tidak ada partai politik yang benar-benar serius mengusungnya sehingga ia harus mendaftar ke lima parpol? Kelima parpol yanhg disambanginya adalah Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Demokrat, PPDI Perjuangan, Partai Golkar), dan Partai Persatuan Pembangunan.

Partai yang disebut terakhir adalah parpol kelima yang didatangi Gus Ipul selama ini. Pada Kamis, 24 Agustus 2018, Gus Ipul mengambil formulir sebagai bakal calon gubernur 2018 dalam gelaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim 2018. PPP telah membuka pendaftaran Bacagub-Bacagub Jatim untuk Pilgub Jatim pada 23-31 Agustus 2018.

Hingga kini, baru Gus Ipul yang mengambil formulir pendaftaran Bacagub-Bacawagub Jatim 2018 ke PPP. Menurutnya, kehadiran Gus Ipul ke Kantor DPW PPP Jatim menunjukkan serius dan sungguh-sungguh berniat maju dalam gelaran Pilgub Jatim 2018.

“Saya juga bersyukur bisa ambil formulir yang pertama di PPP, semoga cocok lahir batin. Dan saya kesini ini dua kali loh, mungkin nggak gampang cari calon yang seperti saya,” ujar Gus Ipul kepada wartawan, seusai menemui pengurus di Kantor DPW PPP Jatim.

Safari Gus Ipul ke lima parpol untuk “mendulang dukungan” itu tentu saja menarik untuk diulas. Pasalnya, dengan PKB saja sebenarnya Gus Ipul sudah bisa dicalonkan, karena PKB memiliki 20 kursi (19,10 persen) di DPRD Jatim, berarti memenuhi kuota untuk maju.

Apalagi, jika didukung oleh PDIP 18,92 persen (19 kursi), Demokrat 12,06 persen (13 kursi), dan Golkar 9,35 persen (11 kursi). Sehingga, di atas kertas, tanpa dukungan PPP (6,19 persen, 5 kursi) pun, Gus Ipul sudah bisa dicalonkan sebagai bakal calon gubernur Jatim 2018.

Bahkan, di atas kertas pula, Gus Ipul bakal memenangkan pertarungan dalam Pilgub Jatim 2018 mendatang. Pertanyaannya, mengapa Gus Ipul harus melakukan “safari” menjaring parpol untuk memperoleh dukungan? Bukankah ini adalah tugas dari parpol pengusung?

Langkah Gus Ipul ini tentu saja patut diapresiasi. Apalagi, mantan Ketua Umum PKB Muktamar Semarang ini mengawali pencalonannya dari “jalur bawah”, bukan “jalur atas” seperti yang biasa dilakukan oleh sebagian balon lainnya. Ia piawai dalam komunikasi politik.

Apalagi, selama menjadi mahasiswa Universitas Nasional Jakarta, ia memang dikenal sebagai aktivis. Gus Ipul pernah pula bergabung dengan Eros Djarot di tabloid DETIK sebelum akhirnya aktif di Nahdlatul Ulama dan PKB semasa pimpinan KH Abdurrahman Wahid.

Sehingga, meski sejak maju mendampingi Soekarwo dalam dua kali Pilgub Jatim pada 2008 dan 2013, Gus Ipul “tidak pernah” lagi bergabung dengan parpol, secara historis ia punya kedekatan dengan PKB maupun PDIP (Gus Ipul pernah jadi anggota DPR RI dari PDIP).

Makanya, saat Gus Ipul mengajukan diri sebagai bakal calon gubernur melalui PDIP, serasa Gus Ipul pulang ke Kandang Banteng sendiri. Apalagi, Gus Ipul juga punya kedekatan dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Secara faktual, Gus Ipul sudah mendapat restu.

Sekarang ini tinggal bagaimana Gus Ipul menjaga soliditas parpol yang bakal mengusungnya itu. Sebab, jika Khofifah Indarparawansa yang pernah dua kali bersaing dalam Pilgub  sebelumnya jadi ikut maju Pilgub Jatim 2018, ini Gus Ipul akan mendapatkan “lawan berat”.

Sebagai catatan, dalam dua kali Pilgub Jatim (2008 dan 2013), Khofifah dinyatakan kalah atas pasangan cagub-cawagub Soekarwo-Gus Ipul. Akankah dalam Pilgub Jatim 2018 mendatang ini Gus Ipul masih bisa bertahan untuk tampil sebagai pemenang atas Khofifah?

Berhasil bersama Soekarwo

Bukan tidak mungkin, ia masih bisa mengulang kemenangan itu jika ia berhasil mempertahankan prestasi yang diukir Soekarwo selama menjabat Gubernur Jatim dua periode bersama Gus Ipul sebagai Wagub Jatim. Soekarwo pernah menyampaikan catatan prestasinya.

Selama 4 tahun pertama memimpin Jatim, pasangan ini berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi tingkat nasional 7,23 persen pada 2012. Pertumbuhan tersebut jauh melampaui capaian DKI Jakarta yang kini masih berada di angka 6,5 persen

Selain itu, provinsi lain di Pulau Jawa juga masih di bawah level Jatim: Jateng 6,5 persen, Jabar 6,3 persen, Banten 5,92 persen, dan DI Jogjakarta yang hanya 3,54 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi Jatim juga melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 6,4 persen.

Bersama Gus Ipul, Pemprov Jatim berhasil mengukir ekonomi Jatim melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan secara nasional, PDRB Jatim memberikan kontribusi terhadap PDRB nasional sebesar 14,80 persen, terbesar kedua setelah DKI Jakarta sebesar 16,20 persen.

Di bawah Soekarwo-Gus Ipul, nilai distribusi perdagangan ekspor antar provinsi semester I pada 2012 Rp140,99 triliun, sedangkan nilai distribusi perdagangan impor antar provinsi sebesar Rp113,90 triliun, mengalami surplus Rp 27,09 triliun di bidang perdagangan antar provinsi.

Hal tersebut disebabkan adanya optimalisasi peran Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang ada di beberapa provinsi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 4,22 persen.

Jika dilihat pada masing-masing subsektor, kegiatan yang paling menonjol adalah angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan serta kegiatan angkutan udara yang tumbuh masing-masing sebesar 12,24 persen, 11,46 persen dan 11,21 persen.  Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga mengalami pertumbuhan cukup tinggi, sebesar 4 persen.

Pada 2012 juga menjadi tahun mengesankan bagi pertumbuhan investasi di Jatim. Total nilai realisasi investasi di Jatim selama 2012 sebesar Rp 131,32 triliun, meningkat 19 persendari realisasi pada 2011 sebesar Rp 110,47 triliun. Realisasi total dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jatim mencapai 81 persen persen dari total investasi selama 2012.

Realisasi investasi itu terdiri Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 24,86 triliun atau 18,93 persen dan PMDN Rp 26,89 triliun atau 20,48 persen. Sedangkan PMDN non-fasilitas mencapai Rp 79,57 triliun atau 60,59 persen dari total investasi.

Efek domino dari banyaknya investasi yang masuk ke Jatim pada 2012, terjadinya penurunan angka kemiskinan di Jatim yang cukup besar dibanding provinsi lain. Semisal, pada Maret 2009, penduduk miskin Jatim sebesar 6,022 juta jiwa (16,68 persen).

Angka ini mengalami penurunan pada 2011, yakni menjadi 5,356 juta jiwa (14,23 persen). Sedangkan hingga Maret 2012 penduduk miskin Jatim menjadi 5, 071 juta jiwa (13,40 persen). Pada 2012 jumlah penduduk miskin Jatim turun 285,23 ribu jiwa dan memberikan kontribusi penurunan terbesar nasional yaitu 30,35 persen, dari penurunan penduduk miskin nasional 939,72 ribu jiwa.

Capaian prestasi tersebut jelas akan menjadi tantangan tersendiri bagi Gus Ipul, karena jika kita lihat pertumbuhan ekonomi Jatim Kuartal I/2017 ini ternyata lebih rendah, tumbuh 5,37 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,44 persen.

Berdasarkan data BPS Jatim, perekonomian provinsi pada kuartal I tersebut diukur berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 480,36 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp 356,00 triliun.

Tantangan lainnya adalah bagaimana menekan angka kemiskinan. Terbukti angka kemiskinan di Jatim bisa terus mengalami penurunan, namun jumlahnya masih di atas rata-rata nasional yakni 11,85 persen (angka kemiskinan nasional yang saat ini mencapai 10,70 persen).

Target yang terus dikejar harus berada di bawah angka kemiskinan nasional. Sekarang masih ada sebanyak 4,6 juta jiwa dari total sekitar 39 juta jiwa jumlah penduduk Jatim yang berstatus miskin.

Sebetulnya secara persentase angka kemiskinan sudah mengalami penurunan 0,20 poin dari 12,05 persen pada Maret 2016 menjadi 11,85 persen pada September 2016. Inilah tantangan yang bakal dihadapi dan perlu diatasi oleh Gus Ipul dan calob gubernur Jatim lainnya.

***